Setelah menyelesaikan studinya pada 1877, Abduh menjadi guru di al-Azhar dan Dar al-Ulum (tempat belajar) baru. Di sekolah-sekolah tersebut Abduh mengajar filsafat, sejarah, dan sosiologi.
Pada 1880 ia diminta untuk mengedit Al-Waqai al-Misriyah (Peristiwa Mesir), lembaran resmi. Di bawah kepemimpinannya, Al-Waqai al-Misriyah menjadi model untuk standar baru prosa yang modern dan lugas serta media untuk opini liberal.
Kehidupan Abduh tidak dapat dikatakan tenang tanpa permasalahan. Ketika pemberontakan Kolonel Urabi terjadi pada tahun 1882, Abduh terlibat dan diasingkan.

Ia lalu tinggal di Beirut dan kemudian pergi ke Paris, di mana Jamaluddin telah menetap di sana terlebih dahulu. Bersama-sama mereka mengedit jurnal yang cukup berpengaruh, Al-Urwa al-Wuthqa (The Strongest Bond). Jurnal itu menyerukan pembaharuan Islam dan mengecam kolonialisme di dunia muslim.
Tidak seperti mentornya, Jamaluddin al-Afghani, Abduh mencoba memisahkan politik dari reformasi agama. Abduh menganjurkan reformasi Islam dengan membawanya kembali ke keadaannya yang murni dan menyingkirkan apa yang dilihatnya sebagai dekadensi dan perpecahan kontemporer. Pandangannya ditentang oleh tatanan politik dan agama yang telah mapan, tetapi kemudian dianut oleh nasionalisme Arab setelah Perang Dunia I.
Abduh menghabiskan tahun 1884 dan 1885 untuk melakukan pengembaraan sebelum akhirnya menetap di Beirut. Di kota itu ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar.
Pada tahun 1888, Abduh kembali ke tanah kelahirannya Mesir, di mana ia telah menjadi tokoh yang dikenal. Di Mesir ia bekerja sebagai hakim di pengadilan tradisional, ia mengawali pekerjaannya di provinsi dan kemudian pada tahun 1890 di Kairo. Selain aktif di pengadilan, ia juga menjadi juru bicara bagi orang-orang Mesir yang kala itu berada di bawah Pemerintahan Kolonial Inggris.
Pokok-pokok gagasan pembaharuan Muhammad Abduh, bisa dilacak dalam karya-karyanya seperti Risalah Al-Waridat, Hasyiyah Ala Syarh Al-Dawwani Lil Aqaid Al-Adhudiyah, Nahj Balaghah, Risalah Tauhid, Tafsir Al-Manar, Al-Islam Baina al-Ilm wa al-Madaniyah. Muhammad Abduh meninggal pada 11 Juli 1905 M. Sebelum meninggal, Muhammad Abduh mencetuskan konsep kampus Mesir, dan baru terealisasi berdiri ketika beliau sudah meninggal. Gagasan konsep kampus Mesir tersebut kemudian berdiri menjadi Universitas Kairo. (*)
Artikel ini disarikan dari pelbagai sumber.