Ada banyak obrolan yang menarik dari sesi tanya jawab kegiatan ini. Pada sesi awal, Hening Parlan memberikan kenalan dan motivasi pada kaum muda yang menempuh studi agama untuk terlibat aktif dalam isu lingkungan dengan membagi pemikiran dan pemahaman agama sehingga tidak disconnected pada persaoalan bumi.
Aktifis Lingkungan dari LLHPB PP ‘Aisyiyah ini mengatakan, peran kamanusiaan, lingkungan, dan iklim adalah peran yang diamanahkan Muhammadiyah sehingga harus ada balance antara amar maruf dengan nahi munkar.
“Mengajak berbuat baik terhadap lingkungan tentu itu tidak sulit, tapi mencegah agar orang atau kelompok tertentu berbuat dzalim pada bumi tentu saja itu hal yang sangat menantang tetapi agama kita mewajibkannya,”pungkasnya.
Hening Parlan merupakan sosok perempuan yang banyak terlibat pada penguatan praktik ramah lingkungan di ‘Aisyiah, mulai dari kegiatan kelentingan keluarga, pangan, atasi plastik, dan gerakan menghijaukan muktamar atau green muktamar.
Kata Hening Parlan, untuk menyambut Muktamar, LLHPB Aisyiyah juga menerbitkan buku panduan kader mubalighat lingkungan untuk dibagikan di arena Muktamar.
Sebagaimana informasi yang beredar, Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah keduanya memasukkan isu krisis iklim dan keamanan pangan dunia dalam pembahasannya.
Sementara itu David Efendi sebagai salah satu pegiat Kader Hijau Muhammadiyah membagi pengalaman menjadi bagian dari gerakan lingkungan di kalangan kaum muda Muhammadiyah sejak beberapa tahun terakhir ini.
“Puluhan bahkan ratusan tahun perkara lingkungan ditangani oleh kelompok saintis dan NGO sekuler, keterlibatan kaum agama menjadi sangat tertinggal dan minor bahkan ada marginalisasi peran ketika kaum agama masuk ke dalam isu lingkungan.”, tandas David yang merupakan wakil sekretaris LHKP PP Muhammadiyah.
Menurutnya, krisis lingkungan atau iklim kini lebih banyak disebabkan oleh gerak antroposentris yang kering akan spiritualitas dan moralitas. Hal ini juga pernah ditegaskan oleh Syed Hussoen Nasr dalam bukunya Man and Nature.
Menurut David, pemikiran kritis itu penting untuk dimaknai dan direfleksikkan demi memperkuat gerakan penyelamatan bumi.
Antusiasme peserta luar biasa hampir disemua sesi yang dibagi dan tepukan tangan menyemangati menggelegar.