TAJDID.ID || Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode 2005-2010 dan 2010-2015, Prof Din Syamsuddin menyebut pimpinan pusat Muhammadiyah ke depan perlu diisi figur-figur ‘berdarah segar’. Din pun mengusulkan beberapa nama yang masuk kriteria ‘darah segar’ itu. Siapa saja?
Ia mengungkapkan, Muhammadiyah memiliki stok kader-kader yang mumpuni, dinamis, dan progresif. Di Yogyakarta, kata Din, Muhammadiyah memiliki kader yang ‘berdarah segar’, yakni ada Hilman Latif, Untung Cahyono, Suyuti, Abdul Aziz, hingga Syamsul Anwar.
“Di Yogyakarta ada, misalnya Prof. Dr. Hilman Latif (yang sekarang menjabat sebagai Dirjen Haji dan Umrah Kementerian Agama), Dr. Untung Cahyono (mantan aktivis Pemuda Muhammadiyah dan Dosen UAD), Dr. Suyuti (alumni Australia dan Sekretaris Majelis Dikti PP Muhammadiyah), Dr. Abdul Aziz (aktivis Pemuda Muhammadiyah, alumni universitas di Beijing),” kata Din dalam keterangan pers tertulis, Ahad (30/10/2022).
“Untuk memperkuat barisan fukaha Prof. Dr. Syamsul Anwar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid tiga periode sudah harus bersedia dan diyakinkan masuk jajaran PP Muhammadiyah,” imbuhnya.
Baca juga: Prof Din Syamsuddin: PP Muhammadiyah ke Depan Perlu Figur yang “Berdarah Segar”
Kemudian kader Muhammadiyah di Solo, yaitu Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Sofyan Anif. Din menilai Sofyan cocok untuk masuk di jajaran pimpinan Muhammadiyah.
“Dari Solo, Rektor UMS Prof. Dr. Sofyan Anif cocok untuk masuk apalagi dia berhasil menyiapkan Muktamar sebagai Ketuk panitia,” ungkapnya.
Bukan cuma itu, Din menyebutkan kader Muhammadiyah di Jakarta juga banyak yang mumpuni, diantranya Imam Addaraqutni, Ma’mun Murod, Armyn Gultom, dan Izzul Muslimin.
“Dari Jakarta juga banyak nama yang bisa disebut, antara lain Dr. Imam Addaraqutni (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, pakar ulumul Qur’an dan menguasai kitab-kitab turats), Dr. Ma’mun Murod (alumni pesantren dan sekarang Rektor UMJ), Armyn Gultom (aktivis dan Ketua Umum Fokal IMM), Izzul Muslimin (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dan anggota KPI),” sebut Din.
Guna menambah barisan fukaha atau ulama, Din memaparkan ada tiga ketua pimpinan wilayah Muhammadiyah yang mumpuni di bidang keislaman. Barisan ulama yang mumpuni itu di antaranya Saad Ibrahim, Saidul Amin, hingga dai terkemuka Ustadz Adi Hidayat (UAH).
Lebih lanjut, Din menuturkan tokoh-tokoh perempuan, baik dari Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah, juga perlu dipertimbangkan untuk masuk ke jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Akan tetapi, menurut Din, semuanya itu kembali kepada 2.500 peserta Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang akan memilih pimpinan Muhammadiyah untuk periode selanjutnya.
“Semuanya terpulangkan kepada 2.500-an peserta Muktamar dengan harapan mereka memilih dengan hati nurani dan akal pikiran jernih dengan mengedepankan kepentingan dan kemajuan organisasi pada masa mendatang. Kita berharap dan berdoa semoga Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah di Solo, 19-20 November 2022, nanti (bersamaan dengan Milad 110 Muhammadiyah) menjadi Muktamar teladan: lancar, elegan, bermutu, dan bermartabat,” tuturnya.
Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti
Din memandang kepemimpinan Haedar Nashir sebagai Ketua Umum Muhammadiyah saat ini sudah bagus dengan kiprah dan performa yang efektif. Hal itu ditandai dengan bertambahnya amal usaha, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi.
“Kepemimpinan Muhammadiyah di tingkat pusat yg digerakkan dua intelektual-ulama, yaitu Prof. Dr. Haedar Nashir dan Prof. Dr. Abdul Mu’ti, telah mampu menampilkan kepemimpinan yang harmonis, visioner, dan berkemajuan. Keduanya masih diperlukan untuk melanjutkan gerak organisasi pada satu periode ke depan, bersama para anggota pimpinan lain,” katanya.
Din mengatakan nantinya, siapa yang disepakati sebagai ketua umum dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah mendatang, hanyalah siapa yang dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting. Yang terpenting saat ini, kata Din, Muhammadiyah perlu figur-figur baru, khususnya dari kalangan kader muda Muhammadiyah, baik laki-laki maupun perempuan.
“Untuk itu, mungkin sebagian anggota PP Muhammadiyah yang sudah lama berkhidmat perlu legowo memberi kesempatan berjuang dan beramal bagi figur-figur baru,” ungkapnya. (*)