Eco-Bhinneka merupakan gagasan yang memadukan tujuan untuk mewujudkan toleransi dengan upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Kegiatan-kegiatan Eco Bhinneka nanti diharapkan dapat menjadi solusi atas berbagai konflik intoleransi dan juga krisis kepedulian terhadap lingkungan di negeri ini.
Dengan berbagai alasan itu lah tim Eco Bhinneka PP Nasyiatul Aisyiyah memandang perlu untuk menyusun sebuah modul sebagai panduan bagi pendamping/fasilitator yang kelak menjadi agen perubahan dalam membentuk atau merawat kehidupan bermasyarakat yang toleran dengan pendekatan kelestarian lingkungan. Seperti tagline Eco Bhinneka “Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan.”
Khotimun Sutanti, Ketua Bidang Kemasyarakatan PP Nasyiatul Aisyiyah menjelaskan keterkaitan isu stunting, gender, dan inklusi sosial dengan gerakan Eco Bhinneka. Di dalam Eco Bhinneka bisa digali bersama keterkaitan pencegahan stunting dengan lingkungan. Dari situ nanti ada jembatan untuk membangun interaksi yang intensif antara kelompok lintas agama. Bergerak bersama mencegah stunting yang kaitannya dengan lingkungan karena sanitasimerupakan faktor yang paling penting dalam pencegahan stunting.
Lebih lanjut Nurlia Dian Paramita, Ketua Bidang Organisasi dan Kerja sama PP Nasyiatul Aisyiyah menuturkan, bahwa program Eco Bhinneka harus melibatkan perempuan dan anak dalam setiap kegiatan dan capaian hasil akhir, sehingga targetnya adalah mampu mengubah perilaku. Menggalakkan sosialisasi di tingkat desa dengan kampanye melibatkan perempuan dalam mewarat lingkungan.
“Alhamdulillaah dengan adanya kegiatan ini, banyak pencerahan dari narasumber, sehingga program Eco Bhinneka kedepannya yang sudah terencana dan tersusun secara bertahap, akan bisa terlaksana dengan baik,” harap Fatihatul Jannah, Fasilitator Eco Bhinneka regional Surakarta.
Fitriyanti Anggraini, peserta dari Fasilitator regional Banyuwangi menyebutkan bahwa lingkungan hidup yang lestari tempat manusia bergantung. Pembangunan ekonomi yang mengesampingkan keseimbangan ekologi dapat berakibat buruk bagi kehidupan.
Rivandi dari Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah menyarankan untuk kegiatan penyusunan modul tahap II, salah satu narasumber bisa dari tokoh lintas iman.
“Kegiatan sangat positif dan memberi ruang antarumat beragama untuk bergerak bersama melalui isu kebhinekaan dan ekologi,” ujar Jimmy Sormin perwakilan dari PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia).
Intan Mustikasari dari tim Eco Bhinneka Muhammadiyah menyatakan bahwa kegiatan ini keren dan konsepnya bagus. Bisa menjadi wadah berbagi praktik baik Fasilitator daerah dalam membuat konten modul Eco Bhinneka yang dibutuhkan pada sasaran regional program atau bahkan secara nasional.
“Sangat menarik sekali kajian tematik Eco Bhinneka Nasyiatul Aisyiyah kali ini. Semoga dalam kegiatan penyusunan modulnya dapat berjalan lancar,” ucap Fathiyah Dwi Astuti, peserta dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP ‘Aisyiyah. (*)
Kontributor: Winda