Apa yang terjadi dengan catatan tertulis itu?
Jelas, tentunya dokumen-dokumen tertulis itu adalah harta berharga yang berisi sejarah Islam yang akan sangat berharga bagi generasi mendatang? Tapi, mengapa dokumen-dokumen tertulis itu hilang?
Apakah dokumen-dokumen itu dihancurkan? Jika demikian, siapa yang bisa menghancurkan mereka? Mungkinkah ada beberapa yang ingin menempatkan kereta Islam di jalur ekonomi dan politik yang berbeda dan mereka merasa tidak bisa melakukannya dengan adanya dokumen-dokumen itu? Akankah raja-raja Muslim dapat memerintah atas nama Islam di bawah kehadiran dokumen-dokumen itu?
Perlu kita ingat bahwa tidak ada bencana alam seperti banjir, kebakaran, atau gempa bumi yang pernah melanda Madinah sejak zaman Nabi (SAW). Jadi, tidak ada yang bisa mengklaim bahwa dokumen-dokumen ini dihancurkan oleh bencana alam. Tidak ada yang bisa mengatakan bahwa musuh-musuh Islam menghancurkan dokumen-dokumen ini karena tidak ada penguasa non-Muslim yang pernah menaklukkan Madinah. Kota ini selalu berada di bawah kekuasaan Muslim sejak zaman Nabi.
Tentunya ini sebuah ironi, sebab Al-Qur’an sendiri mendesak umat Islam untuk belajar dari sejarah, namun sepertinya umat Islam mengabaikannya. Al-Qur’an menyajikan sejarah bangsa-bangsa masa lalu sebagai bukti keampuhan dan kebenaran pesannya dan peringatan bagi mereka yang tidak mendengarkan putusan sejarah, seperti yang diingatkan dalam ayat-ayat al-Qur’an di bawah ini:
“Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS Ali Imran: 137).
“Katakanlah (Muhammad); Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu,” (QS al-An’am: 11)
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu,” (QS Muhammad: 10)
Ada dua cara belajar dari sejarah bangsa-bangsa masa lalu: (1) belajar dari arsip dan (2) belajar dari penemuan-penemuan arkeologi. Sejarah berdasarkan narasi lisan tanpa adanya arsip mungkin tidak dapat diandalkan, terutama jika sejarah itu disusun di bawah periode yang diperintah oleh raja. (*)
Sumber: islamstory.com
Ragheb Hanafi Sergani adalah profesor urologi Mesir di Fakultas Kedokteran Universitas Kairo, Mesir. Ia terkenal dengan minat akademisnya dalam sejarah Islam dan telah menulis buku-buku tentang masalah ini.