TAJDID.ID~Banda Aceh II Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PW Aisyiyah Aceh menggelar Webinar Kebencanaam, bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Aceh. (9/5)
Webinar diadakan dalam rangka Milad Aisyiyah yang ke-104 dan juga memperingati Hari Kesiapsiagaan Nasional yang jatuh setiap tanggal 26 April.
Kegiatan ini dimoderatori langsung oleh Ketua LLHPB PW Aisyiyah Aceh, dr. Aslinar, Sp.A, M. Biomed. Lantunan pembacaan ayat suci Al-Quran Surah Al A’raf ayat 155-157 dibacakan oleh Izzatun Nisa.
Zaidar Ja’far Ketua PW Aisyiyah Aceh dalam kata sambutannya menyampaikan “ bahwa rangkaian kegiatan milad PW Aisyiyah sudah banyak dilakukan yaitu pengajian tadarus, tahfidz dan tahsin, pengajian rutin setiap hari Sabtu, santunan anak yatim, pembagian makanan berbuka puasa setiap hari kepada jamaah Masjid Taqwa Muhammadiyah, dan webinar kebencanaan adalah salah satu rangkain milad Aisyiyah.”
Ketua PW ‘Aisyiyah Aceh setelah memberikan kata sambutan langsung membuka acara wabiner tersebut.
Narasumber yang tampil di webinar kebencanaan ini adalah Ibu Dr. Rahmawati Husein. Beliau adalah Wakil Ketua LLHPB PP Aisyiyah, Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah, Dewan Pengarah di PBB untuk urusan dana kemanusian global (United Nation Central Emergency Response Funds). Rahmawati Husein membawakan materi dengan judul ‘peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana’.
Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara “supermarket bencana”, dimana Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana karena kondisi geologis, geografis dan demografis. Jumlah kejadian bencana dan korban bencana terus meningkat dan kompleks. Secara geografis Indonesia mengandung potensi alamiah seperti potensi gempa bumi, tsunami, badai, gunung berapi, banjir hingga tanah longsor.
Di samping faktor alam, lanjutnya, kondisi demografis berupa kepadatan penduduk dan dari segi ekonomi (kemiskinan yang masih tinggi) yang menambah tingginya kerentanan terhadap peristiwa bencana alam.
“Nah, dari fakta bencana bahwa perempuan dan anak berisiko meninggal 14x dibandingkan lelaki dewasa. Bencana di Cylone Bangladesh tahun 1991, 90% korbannya adalah perempuan. Demikian juga dengan bencana tsunami di Aceh, 60-70% korban bencana adalah wanita dan anak anak serta lanjut usia. Korban tsunami Aceh banyak para korban Ibu meninggal bersama anaknya,” jelasnya.
Apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir korban perempuan yang terdampak bencana? Menurutnya, para perempuan harus berperan supaya menjadikan keluarganya tangguh, yaitu dengan cara: (1) perempuan harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang risiko bencana di lingkungannya, (2) Sadar akan tanggung jawabnya dalam mengurangi risiko bencana dan mengantisipasi bencana bila terjadi, (3). Menerapkan kesadaran tersebut sehingga menjadi budaya pada setiap anggota keluarga dan. (4) Budaya ketangguhan yang terbentuk pada setiap anggota keluarga terus dikembangkan hingga BERDAYA untuk bertindak dalam mengurangi kejadian bencana, mengurangi korban dan kerugian serta menularkan ketangguhan bencana ke keluarga lain.
Narasumber kedua adalah Prof. Alyasa’ Abubakar, MA. Beliau adalah penasehat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh dan juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Ranniry Aceh.
Beliau memaparkan materi berjudul “Bencana antara Ujian dan Azab”. Dalam iman islami, diyakini bahwa apa yang terjadi di atas alam semuanya dengan pengetahuan dan izin dari Allah. Bencana merupakan takdir Allah. Menurut berbagai ayat dalam Al Quran, bencana yang terjadi selalu mempunyai sebab yang logis, yang dapat dipahami dan diterangkan secara ilmiah.
Ada bencana yang merupakan siksa (hukuman) Allah, dan ada yang merupakan cobaan. Bencana sebagai hukuman akan diturunkan oleh Allah apabila penduduk melakukan kezaliman dalam arti yang luas. Bencana sebagai cobaan akan diturunkan apabila kepada orang yang beriman untuk menguji keimanan mereka. Ada yang bersifat pribadi, dan ada yang bersifat kolektif, menimpa masyarakat secara keseluruhan. Namun batas antara keduanya tidak mudah untuk ditarik karena para pihak biasanya akan melihatnya dari perspektif yang berbeda beda.
Setelah selesai paparan kedua narasumber, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Para peserta webinar sangat antusias bertanya kepada kedua narasumber, hal tersebut tampak dari banyaknya pertanyaan yang masuk. Alhamdulillah semoga webinar kebencanaan ini membawa manfaat yang besar. (*)
Kontributor: Agusnaidi B