TAJDID.ID~Medan || Di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks, pembahasan mengenai etika dan wawasan kebangsaan kembali mencuat sebagai fondasi penting dalam membangun generasi muda Indonesia. Hal itu mengemuka dalam kegiatan pembinaan karakter pelajar yang digelar di Komplek Perguruan Sekolah Muhammadiyah Tanjung Sari, Medan, Jumat (5/12).
Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah tokoh pendidikan dan legislatif, yang menyoroti urgensi penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam aspek yang kerap dianggap sepele, perilaku di jalan raya.
Pendidikan Pancasila sebagai Modal Masa Depan Pelajar
Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Nonformal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara (Dikdasmen & PNF PWM Sumut), Dr. Aswin Bancin, M.Pd, membuka kegiatan dengan menegaskan bahwa ideologi Pancasila bukan hanya materi pelajaran, tetapi juga modal utama bagi pelajar dalam menapaki masa depan kehidupan berbangsa. “Di era saat ini, tantangan kebangsaan semakin beragam. Pelajar harus memiliki pemahaman ideologis yang kuat agar mampu berdiri teguh di tengah arus globalisasi,” ujar Aswin.
Ia menekankan bahwa internalisasi nilai Pancasila harus terus dilakukan dalam konteks kekinian agar tidak sekadar dihafal, tetapi dipahami dan diamalkan.
Legislator Tekankan Nilai Disiplin dan Kehormatan Bangsa
Sementara itu, Legislator DPRD Sumatera Utara dari Fraksi Gerindra, Dr. H. Aripay Tambunan, MM, menyampaikan bahwa Pancasila merupakan pondasi abadi bangsa yang tidak boleh tergerus perubahan zaman.
Menurut Aripay, terdapat nilai karakter fundamental dalam Pancasila, terutama bagi pelajar: disiplin, kesetiaan, dan kehormatan kepada bangsa dan negara. “Tanpa disiplin, bangsa sulit maju. Tanpa kesetiaan, bangsa mudah goyah. Dan tanpa kehormatan, bangsa kehilangan martabatnya,” tegasnya dalam pemaparan.
Aripay juga menyoroti tantangan era digital yang membuat pelajar lebih mudah terpapar budaya global, sehingga pembinaan karakter berbasis Pancasila menjadi semakin penting.
Etika Jalan Raya sebagai Cermin Karakter Bangsa
Materi penutup disampaikan oleh akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Dr. Robie Fanreza, S.Pd.I, M.Pd.I, yang mengangkat perspektif unik, jalan raya sebagai ruang kebangsaan.
Robie menjelaskan bahwa jalan raya, yang setiap hari mempertemukan pengguna dari beragam suku, agama, budaya, dan latar sosial, merupakan miniatur kebhinekaan Indonesia. Di ruang inilah nilai demokrasi, penghormatan hak orang lain, serta kedewasaan sosial diuji secara nyata.
“Cara seseorang berkendara menunjukkan kualitas karakter kebangsaannya. Etika di jalan raya bukan sekadar soal aturan lalu lintas, tetapi cermin langsung bagaimana seseorang menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Robie.
Ia menekankan bahwa rendahnya kesadaran berlalu lintas, mulai dari melanggar lampu merah hingga tidak memberi jalan pejalan kaki, merupakan indikator lemahnya internalisasi nilai kebangsaan.
Data Korlantas Polri turut menguatkan urgensi tersebut. Sepanjang tahun 2024, tercatat lebih dari 152 ribu kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh pelanggaran etika dan kedisiplinan berkendara. Robie menilai fakta ini bukan hanya persoalan keselamatan, tetapi juga persoalan karakter bangsa.
Menjadikan Ruang Publik sebagai Laboratorium Kebangsaan
Sekretaris Dikdasmen Sumatera Utara Miftah Fariz, MA sepakat bahwa pembentukan karakter tidak hanya berlangsung di ruang kelas. Ruang publik, terutama jalan raya, adalah laboratorium nyata bagi pelajar untuk mempraktikkan nilai kebangsaan.
Dengan mengedepankan etika, sopan santun, dan penghormatan pada sesama pengguna jalan, pelajar dapat menunjukkan bahwa wawasan kebangsaan bukan hanya teori, tetapi perilaku hidup.
Kegiatan tersebut ditutup dengan ajakan bersama agar sekolah, keluarga, dan masyarakat memperkuat pendidikan karakter secara kolaboratif, sehingga nilai Pancasila tetap menjadi pedoman hidup generasi muda Indonesia. (*)

