Ada Rindu yang Tidak Mampu Kupendam di Penghujung Ramadan
Seolah masih menerka dunia
Akankah ia tetap indah seperti harapan
Ataukah
Tidak ada perubahan dalam diri
Seperti kempompong dalam kesabaran
Mendekap segala rindu pada titik kerinduan
Menahan diri, menjaga hati, menjauhkan emosi
Namun diri selalu ingin dipuji
Namun hati selalu ingin meninggi
Namun emosi selalu merajai
Lantas rindu menjadi beku
Sementara Ramadan segera berlalu
Waktu demi waktu takkan menunggu
Padamkanlah segala rindu jika mampu
Ataukah
Seolah masih menerka dunia
Akankah Ramadan berlalu begitu saja
Bandung, 2.5.21
Malam Memendam Kelam
Sudah terlewati petang selepas siang meradang
Kesunyian akan menjelang
Menanyakan kabar apakah kata masih bersarang
: dalam bayanganIni tentang malam,
Berselimut kelam dalam diam
Temuilah apa saja yang belum kunjung ditemui
Bawa serta dalam mimpi sekiranya akan berceritaMalam ini bertambah larut
Melarutkan segala senyap
Melenyapkan semua bayang.
Bandung, 03.07.20
De Eka Putrakha berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Profilnya dapat dibaca dalam buku “Ensiklopedi Penulis Indonesia jilid 6” FAM Indonesia. Tulisannya dimuat lebih dari 100 judul buku antologi. Buku puisi tunggalnya antara lain; Hikayat Sendiri (2018) dan Perayaan Kata-Kata (2019). Baru-baru ini terpilih sebagai Pemenang 10 Resensi Terbaik “Resensi Buku Peringkat ASEAN 2020” anjuran Persatuan Penyair Malaysia. Dapat dihubungi via Facebook: De Eka Putrakha, instagram: @deekaputrakha