Site icon TAJDID.ID

Kuliah Umum di UMSU, Dirjen Dikti: Kampus Inspiratif dan Kreatif itu Harus Sehat

TAJDID.ID~Medan || Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar Kuliah Umum “Implementasi Merdeka Kampus Merdeka” dengan menghadirkan pembicara Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemendikbud) Prof Ir Nizam MSc, DIC, PhD di Aula Kampus Utama UMSU, Jl Kapt. Mukhtar Basri, Medan, Sabtu ( 20/3).

Kegiatan yang digelar secara hybrid (online dan offline) ini juga dihadiri Dr Ir Ridwan M.Sc (Direktur Kelembagaan Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI), Prof Dr. Ibnu Hajar (Kepala LLDKTI Wilayah I Sumut), Dr. Agussani M.AP (Rektor UMSU), jajaran BPH UMSU, Dr Muhammad Arifin Gultom SH MHum (WR I UMSU), Dr Akrim MPd (WR II UMSU), Dr Rudianti MSi (WR III UMSU), Dekanat se UMSU dan sejumlah perwakilan mahasiswa.

Dalam prolognya, Nizam mengapresiasi UMSU yang menjadi leading institution di Sumatera Utara. Karena itu ia meminta UMSU untuk menarik PTS lainnya untuk ikut maju dan berkembang, sehingga akan semakin kokoh dan kuat persaudaraan di antara perguruan tinggi di Sumut.

Kemudian dalam paparan kuliah umumnya, Nizam menyampaikan, bahwa kunci perguruan tinggi bisa maju dan berkembang untuk mewujudkan cita-cita para pendiri republik ini adalah menyiapkan generasi masa depan yang unggul sebagai pemimpin-pemimpin masa depan di semua sektor produktif bangsa.

Ia mengakui, Indonesia sekarang ini sedang menghadapi banyak sekali tantangan baik ditingkat regional maupun global.

Mencermati perkembangan dunia saat ini, Nizam mengungkapkan, bahwa bandul ekonomi dunia sedang beralih dari Barat ke Timur, dari Eropa dan Amerika menuju ke Asia.

“Abad ini adalah abadnya Asia. Sekarang ini Asia tumbuh menjadi kekuatan ekonomi terbesar didunia, dimana lebih 50 persen perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di dunia ada di Asia,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Asia tersebut dimotori raksasa-raksasa ekonomi seperti Tiongkok, Jepang , Korea dan India. Namun, kata Nizam, diantara negara-negara tersebut sedang mengalami krisis populasi yang disebut dengan “masyarakat yang menua”.

Sementara Indonesia diproyeksikan berpotensi mengalami bonus demografi pada tahun 2020 hingga 2024 mendatang. Momentum ini, kata Nizam, tentu bisa jadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Sebab, ada negara yang berhasil mengelola bonus demografinya, namun ada pula yang tidak.

“Indonesia harus memanfaatkan bonus demografi yang akan dihadapi beberapa tahun ke depan. Sehingga nantinya tidak mengalami krisis populasi yang tengah dialami sejumlah Negara raksasa ekonomi Asia saat ini,” tukasnya.

Menurut Nizam, Indonesia akan kehilangan momentum jika tidak segera memanfaatkan bonus demografi, karena struktur penduduk berubah dengan sangat cepat. Dan rentang waktu bonus demokrafi itu sangat pendek, yakni 5 sampai 10 tahun kedepan saja,” imbuhnya.

Lebih lanjut diingatkannya, Indonesia harus memanfaat kan bonus demokrafi ini dengan sebaik- sebelum berakhir. Sebab bonus demografi tidak sertamerta menjadi kekuatan ekonomi, kekuataan kemajuan pembanguan kalau SDM tidak kita siapkan dengan baik dari sekarang.

“Jadi pelajaran bagi kita, bahwa banyak terjadi di sejumlah Negara di Amerika Selatan dan Afrika yang bonus demokrafinya lewat begitu saja, sehingga terjebak dalam apa yang kita kenal dengan middle income trap, yaitu kegagalan suatu negara untuk naik kelas dari pendapatan menengah-bawah (lower-middle income) ke menengah-atas (upper-middle income),” terangnya.

Karena itu, Indonesia membutuhkan terobosan-terobosan dalam mengakselarasi penyiapan SDM yang unggul, kreatif, dan inovatif.

“Itulah tugas utama perguruan tinggi. Dan ini pulalah yang menginspirasi kebijakan Kampus Merdeka. Kita harus membuka potensi mahasiswa seluas-luasnya dan secepat-cepatnya,” kata Nizam.

Namun demikian, kata Nizam, diperlukan upaya keras karena angkatan kerja yang berpendidikan tinggi saat ini masih di bawah 20 persen. Dilihat dari kacamata SDM mengenai kualifikasi SDM, Indonesia sudah tertinggal jauh dari persiapan negara-negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi.

“Oleh karena itu, perguruan tinggi harus bekerja 3 kali lebih cepat dari negara lain agar bisa bisa memanfaatkan bonus demografi seperti Negara-negara lain,” ujar Nizam.

Nizam menambahkan, tantangan yang ada di dalam negeri menjadi PR utama. Adanya publikasi internasional sangat penting tetapi saat ini, perguruan tinggi bisa menjadi tulang punggung dalam perekonomian nasional jauh lebih penting, bagaimana produk perguruan tinggi bisa menjadi pengungkit bagi segala aspek.

“Kemajuan suatu bangsa negara akan sangat ditentukan oleh majunya pendidikan tinggi,” kata Nizam.
Kampus yang Sehat

Untuk mewujudkan semua harapan tersebut, Nizam mengatakan saat ini Indonesia perlu memperkuat kampus-kampus yang inspiratif dan kreatif.

“Untuk bisa inspiratif dan kreatif maka kampus itu harus sehat. Sehat dalam arti yang utuh, baik sehat secara fisik (jasmani), sehat secara rohani (spiritualitas) dan sehat secara intelektualitas,” jelas Nizam.
Selain itu, kata Nizam, kampus juga harus sehat secara sosial, yakni bagaiman perguruan tinggi bisa menjadi mata air bagi kehidupan masyarakat dan kemajuan bangsa dan negara.

“Perguruan tinggi harus mampu menyuguhkan manfaat dan kemaslahatan bagi masyarakat di sekitarnya,” ujar Nizam

***

Sebelumnya, Rektor UMSU Dr Agussani MAP dalam sambutannya menyampaikan bagaimana progres kemajuan yang dicapai UMSU sehingga menjadi PTS unggulan di Sumut dan satu-satunya PTS yang meraih Akreditas Institusi “A”.

Agussani mengungkapkan, capaian yang diraih UMSU ini tidak terlepas dari kerja keras dan soliditas seluruh Civitas akademika UMSU, serta juga dukungan dari pelbagai pihak baik internal dan eksternal.

Secara khusus, Agussani juga memaparkan Road Map UMSU 2033 yang merupakan panduan penting bagi UMSU untuk meraih impian dan cita-citanya di masa yang akan datang.

***

Sementara itu Ketua L2Dikti Prof Dr Ibnu Hajar dalam paparannya mengatakan, tantangan pendidikan tinggi di Sumut hari ini adalah, bagaimana mengangkat performa PTS yang ada di Sumatera Utara.

Ia mengatakan, bahwa layanan pendidikan tinggi khususnya di Sumut harus terus dibenahi dan diatur sedemikian rupa agar tetap on the right track.

“Karena itu, pada masa sekarang PT itu tidak mungkin lagi ‘bermain tunggal’. Artinya, bahasa sinergi dan integrasi adalah poin penting yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam mengembangkan sebuah Perguruan Tinggi,” ungkapnya.

“Dengan segudang prestasi yang sudah diraihnya, maka UMSU sekarang sudah layak menjadi pionir, maka tularkan keberhasilan ini kepada PTS-PTS yang lain,” harapnya. (*)

 

Exit mobile version