Site icon TAJDID.ID

Pelajar Anti Apatis, Meningkatkan Daya Kritis

Hanifah Syafina, Ketum PW IPM Sumut.

Oleh: Hanifah Syafina


Sadar gak sih kita. yang kita jalanin setiap langkah saat ini adalah pembelajaran? Dari langkah demi langkah yang kita susuri kita telah menemukan banyak hal dalam kehidupan.

Nah, orang sering menyebutkan itu dengan nama “pengalaman”. Hiruk pikuknya gemerlap dunia yang hari ini dikhawatirkan banyak kalangan yang membuat kita harus melakukan banyak hal, yaitu dengan bertindak peduli dan ingin tahu. Kenapa harus kedua ini yang kita lakukan?

Setiap orang memiliki perbedan sikap, sifat dan lainnya. tak bisa kita samakan satu dengan lainnya. selain beda jenis kelamin, kita juga beda kebudayaan dan kebiasaan yang setiap orang tidak bisa memaksa kehendaknya untuk sama. Sama hal nya dengan kita dalam menyikapi setiap problematika yang sedang terjadi saat ini di negeri tercinta ini.

Semakin banyaknya permasalahan dan kerumitan keadaan yang saat ini kita jalanin membuat kita harus terus berpikir apa yang harus kita lakukan dan kita kerjakan. Bukan malah membuat kita semakin tidak peduli dan semakin menjadi seorang yang sangat ketergantungan dengan orang lain.

Sebenarnya sudah dari dahulu kita dituntut untuk terus membenah diri membangun kesadaran diri untuk kreatif dan inovatif. tetapi banyaknya kita baru sadar sekarang ini, saat semua sudah sangat terpecah belah dengan berbagai polemik dan permasalahan yang ada. Baru kita merasa kalau kita masih banyak kekuurangan dalam hal kepedulian dan kemadirian.

 

Kenapa kita harus belajar disetiap momet yang kita jalanin?

Pahamilah, setiap hari hidup kita itu enggak gitu-gitu aja, walaupun banyak dari kita mengeluh kesah dengan kalimat “uh hidupku gini-gini aja”. Hidup itu proses maju kedepan, setiap hari dan setiap saat hidup kita bukan itu-itu aja.

Gagne (The Conditions of Learning) mengatakan, bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbedanya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa. Perubahan itu terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan, berbeda dengan perubahan serta merta akibat refleksi atau perilaku yang bersifat naluriah.

Dan aku pastikan untuk yang sedang membaca tulisan ini, perkirakan usia rata-rata kita sudah lebih dari 17 tahun. Nah, 17 tahun sudah hidup di dunia ini, terus masih merasa kita belum buat apa-apa?

Coba kita hitung kembali usia produktif kita yang sudah kita jalankan. Kalau dari pemahaman saya kita semua sudah banyak dan sudah diberi ilmu dari kita baru lahir, terus kita mulai mengejar dan berbagi ilmu itu saat kita sudah mendudukin bangku sekolah dasar. Kisah lucunya saja, saat SD kita sudah berbagi contekan kepada sesama teman kita. iya gak? Nah itu dia selama kita hidup pasti kita menemukan pelajaran baru, moment baru, kisah baru yang dapat kita ambil pelajarannya untuk kita pelajari di kehidupan yang akan datang.

Secara sederhana pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan sesorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

Pembelajaran juga diartikan sebagai rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Soo, dengan kata belajar dan pembelajaran itu artinya kita terus maju dan berkembang. Bukan masanya lagi kita terus berpangku tangan terhadap semua kisah yang ada.

Bukan Soal Diri Sendiri

Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri, hidup itu membuat diri Anda sendiri“, ungkapan George Bernard Shaw.

Terkadang kita terjebak pada satu frasa yang salah dalam hidup, yaitu fase mencari jati diri. Tidak ada jati diri yang hilang. Jati diri ada karena dibentuk oleh setiap orang, oleh diri sendiri, bukan dibuat dan disembunyikan dari kita, sehingga mereka harus mencari jati diri.

Seperti apa diri kita tergantung dari bagaimana kita memilih hal-hal apa saja yang berpengaruh dalam kehidupan kita.menjadi berpengaruh dalam situasi apapun, kita harus menjadi seorang yang ingin tahu dan peduli.

Banyak yang salah paham dalam konteks ini, menjadikan diri ingin tahu dan peduli itu bukan urusan diri sendiri. Banyak orang yang akan terselamatkan dalam hal tersebut.Peduli atau kepedulian merupakan konsep yang mendasari mutu serta hubungan manusia sepanjang sejarah. Tindakan manusia yang mengabaikan orang lain akan berakibat kesulitan dalam skala yang lebih luas.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, di era globalisasi ini nilai-nilai kepedulian sosial terus mengalami degradasi khususnya di kalangan generasi muda. Nilai-nilai kepedulian sosial yang saat ini mulai luntur contohnya sikap acuh tak acuh, sikap ingin menang sendiri, tidak setia kawan dan lain sebagainya.

Penyebab lunturnya nilai-nilai tersebut sangat beragam, diantaranya karena kesenjangan sosial atau status sosial, karena sikap egois masing-masing individu, kurangnya pemahaman atau penanaman tentang nilai-nilai peduli sosial, kurangnya sikap toleransi, simpati dan empati.Sehingga dengan membangun sifat ingin tahu dan peduli kita akan lebih merangkul banyak orang dan kalangan untuk kemajuan negara khususnya di lingkungan kita.

 

Belajar Ingin Tahu dan Belajar Peduli

Berdasarkan delapan belas karakter budaya bangsa wajib dikembangkan di sekolah, salah dua diantaranya adalah rasa ingin tahu dan peduli sosial.

Rasa ingin taahu merupakan suatu tingkah laku untuk mengetahui dan terus mencari tahu terhadap suatu permasalahan. Rasa ingin tahu adalah cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam (Kementerian Pendidikan Nasional). Rasa ingin tahu merupakan modal awal bagi siswa dalam proses pembelajaran. Dengan keingintahuan yang tinggi maka siswa akan belajar lebih guna memenuhi kehausan akan pengetahuan yang ingin diketahui. Melalui kaingintahuannya siswa akan mulai belajar dan menemukan.

Sedangkan peduli sosial adalah tindakan untuk peduli pada lingkungan sosial disekitarnya sehingga menjadikan diri selalu tergerak untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Sebagaimana didukung oleh Zuchdi menjelaskan bahwa, peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Karakretistik manusia abad 21. Sumber Daya Manusia seharusnya memiliki sejumlah kompetensi/keahlian antara lain:

  1. emampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills).
  2. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills).
  3. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills).
  4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy)
  5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills)
  6. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills).

Sehingga sesuai ungkapan Les Geblin mengatakan bahwa “Anda tidak bisa membuat orang lain merasa penting dengan kehadiran Anda jika Anda secara diam-diam merasa bahwa ia bukan siapa-siapa.”.

Kita sama-sama tahu tentang fakta sederhana yang mengatakan jika kita tak peduli dengan orang lain, maka kita tidak akan membangun hubungan baik sebagai sebuah prioritas hidup. Kata kunci hubungan yang baik adalah meletakkan nilai yang tinggi pada orang-orang. Solusinya adalah harapkan yang terbaik dari siapapun. Asumsikan bahwa motivasi orang-orang adalah baik kecuali mereka membuktikan bahwa mereka tidak baik. Hargai mereka berdasarkan saat-saat terbaik mereka. Dan daripada meminta persahabatan dari mereka, berikanlah persahabatan kita kepada mereka. Pada akhirnya, ini akan menjadi keputusan mereka.

Jika kita ingin meningkatkan pemahaman kita mengenai orang-orang maka kita harus membangun hubungan positif, hal tersebut sering diungkapkan dalam:

 

Meningkatkan daya kritis
Apa hubungannya daya kritis dengan anti apatis? Pasti ada dong. Dengan kita peduli terhadap lingkungan, menghadirkan diri dalam masyarakat, mengembangkan rasa ingin tahu, membuat kita menjadi manusia manusia yang akan bertembuh dan meningkat daya kreatis. Sebab dengan kita bersosial, saling memahami, dan menghadirkan diri, pasti akan mempertemukan kita pada ruang ruang diskusi yang terus mengasah fikir yang pada akhirnya meningkatkan daya kritis kita.

Ayo semangat menebarkan manfaat, hadirkan diri dalam masyarakat dan orang-orang di sekitar kita. (*)


Penulis adalah Ketua Umum PW IPM Sumut

Exit mobile version