TAJDID.ID~Tapsel || Relawan Muhammadiyah melalui Lembaga Resiliensi Bencana/Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB/MDMC) PWM Jawa Tengah terus mengintensifkan pelayanan bagi warga terdampak bencana di Kabupaten Tapanuli Selatan. Selain layanan kesehatan, psikososial, WASH, logistik, dan pembersihan rumah/fasum, tim relawan juga memprioritaskan penyediaan shelter dalam bentuk hunian darurat bagi para penyintas.
Upaya tersebut dilakukan sebagai respons atas kebutuhan mendesak warga yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana. Sejumlah wilayah terdampak masih membutuhkan penanganan lanjutan, khususnya terkait tempat tinggal yang layak dan aman. Karena itu, MDMC Jawa Tengah menempatkan layanan hunian sebagai salah satu fokus utama selama masa tanggap darurat.
Pada Senin (22/12) tim MDMC Jawa Tengah menggelar koordinasi bersama para penyintas di Pos Pengungsian MDA Batu Hula, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Pertemuan berlangsung di Pos Layanan Muhammadiyah Batang Toru yang berada di kompleks MDA Batu Hula. Koordinasi ini bertujuan menyamakan persepsi terkait rencana pembangunan hunian darurat bagi warga terdampak.
Dalam pertemuan tersebut, relawan MDMC Jawa Tengah menyampaikan gambaran awal mengenai konsep hunian darurat yang akan dibangun. Model hunian telah disiapkan sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi lapangan serta kebutuhan penyintas. Tim relawan juga membuka ruang diskusi agar warga dapat menyampaikan aspirasi dan masukan secara langsung.
Koordinator Tim Relawan Muhammadiyah Jawa Tengah, Donny Halim Mutiasa, menjelaskan bahwa pembangunan hunian darurat menjadi langkah penting untuk memastikan para penyintas memiliki tempat tinggal sementara yang aman. Ia menyampaikan bahwa MDMC Jawa Tengah telah menyiapkan desain hunian yang praktis, cepat dibangun, dan memungkinkan digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Donny menyebutkan bahwa koordinasi dengan penyintas menjadi bagian penting dari proses tersebut. Menurutnya, keterlibatan warga sejak awal akan memudahkan pelaksanaan pembangunan sekaligus memastikan hunian yang dibangun benar-benar sesuai kebutuhan di lapangan. Ia mengatakan bahwa relawan tidak hanya datang membawa bantuan, tetapi juga ingin membangun kesepahaman bersama masyarakat.
Selain itu, Donny menuturkan bahwa MDMC Jawa Tengah berkomitmen mendampingi penyintas selama proses pembangunan berlangsung. Pendampingan tersebut mencakup aspek teknis hingga pengorganisasian warga agar pembangunan dapat berjalan secara gotong royong. Ia menilai pendekatan partisipatif akan memperkuat rasa memiliki warga terhadap hunian darurat yang dibangun.
Hasil koordinasi tersebut menghasilkan kesepakatan bersama antara MDMC Jawa Tengah dan masyarakat terdampak. Dalam tahap awal, disepakati pembangunan hunian darurat bagi penyintas sejumlah 37 KK yang berada dalam pendampingan MDMC Jawa Tengah. Pembangunan tahap pertama ini diprioritaskan bagi warga yang kondisinya paling terdampak dan membutuhkan tempat tinggal segera.
Kesepakatan tersebut disambut baik oleh para penyintas yang hadir. Mereka berharap pembangunan hunian darurat dapat segera direalisasikan agar aktivitas sehari-hari bisa kembali berjalan dengan lebih normal. Hunian sementara dinilai penting untuk memberikan rasa aman sekaligus menjadi titik awal pemulihan pascabencana.
Relawan Muhammadiyah menegaskan bahwa layanan yang diberikan tidak berhenti pada pembangunan hunian darurat. MDMC Jawa Tengah berencana melanjutkan pendampingan dalam berbagai aspek lain sesuai kebutuhan di lapangan. Seluruh langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari komitmen Muhammadiyah dalam merespons bencana secara terstruktur dan berkelanjutan. (*)
✒️ Uli Nuha

