Site icon TAJDID.ID

Solidaritas Tanpa Jarak: FEB UMSU Bantu Korban Bencana Sumatera

TAJDID.ID~Medan || Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FEB UMSU) menggelar aksi penggalangan dana bagi korban banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Selama empat hari, mahasiswa dari berbagai organisasi kemahasiswaan, termasuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM( dan seluruh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di lingkungan FEB UMSU, menghimpun donasi dari civitas akademika dan masyarakat kampus.

Dari penggalangan dana ormawa tersebut terkumpul Rp10.157.700.

Selain itu, fakultas, program studi, dosen, dan tenaga kependidikan turut menyalurkan bantuan sebesar Rp23 juta.

Tidak hanya berupa dana, FEB UMSU juga menggalang bantuan pakaian layak pakai, selimut, dan perlengkapan penunjang kehidupan untuk kawasan yang terisolasi dan pengungsian yang kekurangan pasokan dasar.

Seluruh bantuan telah diserahkan kepada UMSU sebagai pusat pengumpulan kolektif sebelum disalurkan ke lembaga penanggulangan bencana yang berwenang.

Dekan FEB UMSU, Dr. Radiman, S.E., M.Si mengatakan bahwa perguruan tinggi tidak boleh kehilangan kepekaan saat masyarakat menghadapi bencana besar. “Kampus tidak boleh hanya menjadi pengamat. Donasi ini adalah bentuk paling sederhana dari solidaritas kami,” ujarnya.

Radiman menambahkan bahwa partisipasi warga kampus menunjukkan bahwa kepedulian tidak harus menunggu instruksi, tapu cukup rasa kemanusiaan.

Ia berharap aksi seperti ini dapat menggerakkan warga untuk saling membantu, sebab musibah sebesar ini hanya dapat dilalui dengan kekuatan kolektif warga untuk warga.

Sementara itu, situasi di lapangan masih jauh dari pulih. BNPB mencatat bahwa bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Sumatera sejak akhir November 2025 telah berdampak pada 53 kabupaten/kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Hingga 4 Desember 2025, jumlah korban mencapai 780 warga meninggal, 564 masih hilang, dan lebih dari 2.600 luka-luka, sementara sekitar 3,3 juta penduduk terdampak langsung.

Banyak wilayah masih terisolasi total akibat akses jalan terputus, dengan sebagian besar daerah mengalami pemadaman listrik dan lumpuhnya jaringan komunikasi.

Bantuan logistik belum merata; di sejumlah pengungsian, persediaan air bersih, makanan, pakaian layak pakai, selimut, dan obat-obatan mulai menipis. Anak-anak menjadi kelompok paling rentan, dengan laporan awal menunjukkan risiko gizi buruk meningkat akibat minimnya asupan dan buruknya sanitasi. Di tengah kondisi lembab dan air yang menggenang, ancaman penyakit kulit, diare, dan infeksi saluran pernapasan mulai dilaporkan oleh relawan medis, mempertegas betapa gentingnya krisis kemanusiaan yang kini terjadi di Sumatera.

Radiman menutup dengan penegasan bahwa bencana ini seharusnya menjadi pengingat tentang pentingnya solidaritas. “Ini urusan kemanusiaan. Ketika satu daerah jatuh, daerah lain harus merangkul. Warga untuk warga. Itu yang membuat kita tetap tegak.” tuturnya. (*)

 

✒️ Andi

Exit mobile version