Site icon TAJDID.ID

Medan Film Festival Vol. 3 Resmi Ditutup: Medan Disebut Siap Jadi Barometer Perfilman Nasional

TAJDID.ID~Medan || Medan Film Festival (MFF) Vol. 3 resmi berakhir hari ini setelah berlangsung selama dua hari, sejak 22–23 November 2025, menghadirkan perayaan sinema, diskusi kreatif, dan pemutaran film dari berbagai negara. Mengusung tema “Remembering Future”, festival tahun ini menempatkan film sebagai ruang dialog antara bunyi, memori, dan visual, sekaligus memperkuat posisi Medan sebagai pusat perkembangan industri kreatif dan perfilman di Sumatera Utara.

Rangkaian kegiatan dimulai pada Sabtu, 22 November 2025, di BINUS University Medan sejak pukul 09.00 WIB, dilanjutkan dengan program malam di Serayu Coffee hingga 23.00 WIB. Pada Minggu, 23 November 2025, seluruh acara berpusat di Maple Theater Grand City Hall, berlangsung dari 10.00 WIB hingga 21.00 WIB, ditutup dengan pemutaran film terakhir oleh Mark Lee.

Festival yang digelar di tiga venue ini menayangkan beragam karya mulai dari film panjang, film pendek, hingga film klasik dari Filipina, Jepang, Malaysia, India, dan Indonesia. Selain pemutaran film, rangkaian diskusi seperti Scriptwriting with Box Office Potential, Crafting Sound in Visual, hingga The Potential of Sound in Film Image menghadirkan praktisi film nasional dan internasional yang berbagi pengalaman kreatif kepada peserta.

Dalam diskusi bersama, Wali Kota Medan, Rico Waas, untuk pertama kalinya hadir memberikan dukungan langsung terhadap industri film lokal. Ia menegaskan bahwa pemerintah kota sangat mengapresiasi keberlanjutan MFF yang kini memasuki tahun ketiga. “Medan punya potensi besar di bidang seni dan budaya. Festival seperti ini penting untuk melahirkan sineas baru dan menjadikan Medan sebagai salah satu pusat pembuatan film di Indonesia,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa Pemko Medan siap memberikan dukungan, termasuk pengembangan pusat pembelajaran perfilman dan perlindungan hukum bagi produksi film yang memenuhi aturan. Menurutnya, film bukan hanya karya seni, tetapi juga sarana promosi kota yang strategis.

Penutupan festival turut diisi dengan testimoni dari sutradara Malaysia Mark Lee dan penulis skenario Indonesia Alim Sudio, yang memberikan dorongan bagi sineas muda Medan untuk terus mengangkat kekuatan lokalitas. Mereka menekankan bahwa cerita dan identitas khas daerah memiliki peluang besar untuk menembus pasar nasional maupun internasional.

Pada momen penutupan ini, suasana Maple Theater semakin hangat dengan penampilan biola Tengku Ryo dan band, yang menghadirkan nuansa artistik dan emosional sebagai perayaan akhir festival. Penampilan musik ini menjadi salah satu highlight yang memperkaya pengalaman penonton dan menegaskan bahwa film dan musik adalah dua medium yang saling menguatkan.

Dalam closing statement-nya, Andi Hutagalung, selaku Festival Director, menegaskan bahwa penyelenggaraan MFF Vol. 3 merupakan puncak dari proses panjang yang berlangsung sejak bulan Juni. Ia menggambarkan perjalanan tersebut sebagai penuh tantangan namun sangat memuaskan. “Kami bangga bisa konsisten hingga tahun ketiga. Ini bukti bahwa ekosistem film Medan hidup dan terus bergerak. Lokalitas adalah kekuatan utama kita, dan Medan harus berani tampil dengan identitasnya sendiri,” ungkapnya.

Andi juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, pembicara, media, dan panitia yang telah bekerja tanpa henti demi keberhasilan festival ini.

Sementara itu, Dr. Daniel Irawan, Festival Programmer, menutup acara dengan mengajak seluruh peserta untuk menjaga semangat kolaboratif yang telah terbangun. Ia berharap MFF terus menjadi ruang edukasi dan apresiasi bagi sineas Medan. “Semoga kita bertemu lagi di Medan Film Festival berikutnya,” pesannya.

Dengan menghadirkan berbagai film lintas negara dan ruang diskusi yang mempertemukan komunitas kreatif, Medan Film Festival Vol. 3 membuktikan bahwa Medan memiliki energi besar untuk berkembang sebagai kota film yang diperhitungkan secara nasional, bahkan di tingkat Asia Tenggara. Festival tahun ini ditutup dengan pemutaran film “The Story of Tarcians” karya Mark Lee, menegaskan bahwa sinema selalu menyimpan masa depan dalam memori yang terus diceritakan.

Tentang Medan Film Festival (MFF)

Medan Film Festival (MFF) adalah festival film independen yang diselenggarakan untuk memperkuat ekosistem kreatif di Kota Medan. Festival ini bertujuan untuk membuka ruang bagi para sineas lokal dan internasional untuk berkolaborasi, berbagi pengetahuan, serta mengenalkan film sebagai seni yang menghubungkan berbagai budaya dan latar belakang.

Sejak pertama kali diadakan, MFF telah menjadi platform penting untuk pengembangan industri perfilman di Medan dan sekitarnya. (*)

Exit mobile version