TAJDID.ID~Jakarta || Visi transformasi pendidikan nasional untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull), sadar dan reflektif (mindful), serta bermakna (meaningful) terus terhadang oleh praktik kekerasan yang tak kunjung usai di lingkungan sekolah. Mulai dari kasus perundungan, kekerasan seksual, hingga diskriminasi dan intoleransi kian menghiasi pemberitaan, menunjukkan lingkungan pendidikan yang belum sepenuhnya aman bagi peserta didik.
MAARIF Institute memandang situasi ini sebagai darurat yang memerlukan upaya utuh dan menyeluruh untuk menghapuskan kekerasan, serta membangun benteng perlindungan emosional dan psikologis bagi para pelajar.
Sebagai respons nyata, MAARIF Institute bekerja sama dengan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) dan Direktorat SMA, Ditjen PAUD Dasmen, Kemendikdasmen, menyelenggarakan Jambore Pelajar Teladan Bangsa (JPTB) 2025 dengan fokus utama pada isu Ketahanan Kesehatan Mental di Kalangan Pelajar. Kegiatan rutin sejak 2012 ini berlangsung pada 17 – 21 November 2025 di Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP), Jakarta Selatan.
Salah satu puncak rangkaian JPTB adalah sesi dialog di kantor Kemendikdasmen pada Kamis (20/11), di mana 100 pelajar terpilih dari 87 sekolah di 25 provinsi berkesempatan menyampaikan aspirasi mereka kepada Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq.
Dalam sesi NGAJAR, peserta Jambore secara lugas menyuarakan tiga poin kunci melalui poster dan video yang menjadi proyek kampanye bersama untuk budaya yang aman, nyaman, dan gembira. Kampanye tersebut menekankan pentingnya membangun rasa aman di lingkungan sekolah, perlunya perhatian serius terhadap layanan kesehatan mental bagi pelajar, dan pentingnya keterlibatan aktif pelajar dalam perumusan kebijakan anti-kekerasan.
Fajar Riza Ul Haq mengapresiasi aspirasi yang disampaikan para pelajar tersebut, menegaskan komitmen Kemendikdasmen untuk menjadikan suara pelajar sebagai pertimbangan utama dalam merumuskan kebijakan perlindungan dan pencegahan kekerasan.
Lebih lanjut, Fajar berpesan kepada para pelajar agar terus menjadi pionir dan agen perubahan di lingkungan masing-masing, memanfaatkan ilmu dan jejaring yang didapat dari Jambore untuk menciptakan ekosistem sekolah yang inklusif dan suportif.
Kemendikdasmen Kembali mengulas Permendikdasmen Nomor 46 Tahun 2023 terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan setiap sekolah harus terlibat dalam mendeteksi, mencegah, dan pendampingan korban melalui TPPK (Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan). Seluruh implementasinya diperlukan kesadaran kolektif seluruh pihak agar tidak ada ruang kekerasan untuk siapapun di manapun.
Di akhir berbincang beliau memberikan pesan untuk seluruh peserta, “pulang dari sini, adik-adik punya tanggung jawab moral besar yaitu menyampaikan apa yang didapatkan disini dan menularkan hal-hal baik di sekolahnya Perluas komunitas di sekolah dan perluas jejaring teman sebaya sehingga adik-adik tidak berjuang sendiri.”
Rusprita Putri Utami, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen dalam sambutannya menekankan bentuk kekerasan yang bisa terjadi di dunia maya dan penguatan karakter bisa menjadi pondasi dalam pembentukan karakter untuk menghadapinya. “Adik-adik ini akan menjadi aktor utama dan agen perubahan yang menyebarkan toleransi, saling menghargai, saling menghormati. Keberagaman ini seharusnya bisa kita rayakan bersama. Melalui acara ini, semoga menjadi kesempatan berharga untuk Adik-Adik belajar banyak dari Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq. Ini menjadi forum yang berharga, menjadi ruang perjumpaan dengan latar belakang berbeda namun dengan tujuan yang sama, Indonesia Emas 2045,” tutup beliau dalam sambutannya.
Andar Nubowo, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, menggarisbawahi pentingnya momen dialog ini.
“Kami sangat gembira melihat Wamen Kemendikdasmen menerima langsung aspirasi dari 100 perwakilan pelajar ini. Ini adalah bukti nyata bahwa isu kesehatan mental dan kekerasan di sekolah telah naik ke tingkat prioritas tertinggi pemerintah,” ujar Andar Nubowo.
Lebih lanjut Andar menegaskan bahwa tantangan terbesar kita sekarang adalah menerjemahkan apresiasi dan komitmen politik tersebut menjadi program nyata yang terukur, terdanai, dan berkelanjutan di setiap jenjang sekolah, dari Sabang sampai Merauke. MAARIF Institute berkomitmen untuk terus mengawal proses implementasi ini, memastikan aspirasi pelajar—ruang aman, layanan mental yang memadai, dan keterlibatan mereka dalam kebijakan—benar-benar terealisasi di lapangan.”
Jambore Pelajar Teladan Bangsa (JPTB) adalah agenda tahunan MAARIF Institute yang konsisten terselenggara sejak tahun 2012. Dengan menghadirkan 100 pelajar terpilih dari seluruh penjuru Indonesia.
JPTB merupakan ikhtiar strategis MAARIF Institute untuk menegaskan bahwa kualitas pendidikan Indonesia harus diukur secara holistik, mencakup tidak hanya prestasi akademik, tetapi juga kesejahteraan psikologis dan penguatan karakter sosial kebhinekaan para pelajar Indonesia. (*)
✒️ Deni Murdiani

