Oleh: Andi Hariyadi
Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya
KH Ahmad Dahlan sebelum mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912, lebih dahulu mendirikan lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1 Desember 1911. MIDI menjadi sekolah pertama yang didirikan KH Ahmad Dahlan di Kauman Yogyakarta, menggunakan ruang tamu rumah tempat tinggalnya.
Meski dengan segala keterbatasan, tekad ini menjadi pondasi kuat untuk mengembangkan pendidikan yang mencerahkan sekaligus memperluas akses pendidikan bagi anak bangsa. Sebagai seorang terdidik, KH Ahmad Dahlan tidak ingin membiarkan ketimpangan terus terjadi. Ia melihat perlunya sekolah sebagai tempat pembinaan dan transfer keilmuan untuk melahirkan insan berkemajuan yang luas wawasan dengan landasan prinsip ajaran Islam.
KH Ahmad Dahlan pernah berpesan, “Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apa pun, sekali dua kali, berulang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu akan sukar untuk diubah.” Nasehat ini menginspirasi bahwa proses pendidikan yang menyenangkan akan membentuk karakter berkemajuan. Pendidikan yang berkelanjutan diperlukan mengingat dinamika kehidupan yang terus berubah, dan melalui pendidikan masyarakat dapat menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik.
Bahkan Mitsuo Nakamura menjelaskan, “Pendidikan Muhammadiyah memiliki beraneka ragam manfaat. Pertama, memperkuat kesadaran keindonesiaan dalam konteks Islam. Kedua, ideologi Islam reformis disebarluaskan. Ketiga, mempromosikan penyebaran pengetahuan praktis dalam bidang sains modern.” (2021, 107)
Mendorong Kesejahteraan dan Membenahi Ketimpangan
Mengingat Milad Ke-113 Muhammadiyah pada 18 November 2025 mengambil tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, maka pendidikan yang terintegrasi dengan nilai Islam menjadi pilar penting bagi proses kemajuan.
Kemajuan membutuhkan daya dukung keilmuan untuk meningkatkan kesejahteraan. Lebih-lebih, kekayaan bangsa yang begitu besar seharusnya dapat digunakan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi sering justru disalahgunakan melalui praktik korupsi demi memperkaya pribadi dan kolega. Akibatnya, rakyat terus menderita dalam kemiskinan.
Kesejahteraan yang diharapkan sering berubah menjadi kesengsaraan karena korupsi yang semakin menjadi-jadi. Meski pemberantasan korupsi digencarkan, cengkeraman gurita korupsi begitu kuat sehingga dengan mudah merusak tatanan kebijakan dan menghancurkan nilai-nilai keadilan. Upaya penegakan hukum pun tampak rapuh.
Buya Ahmad Syafii Maarif mengingatkan, “Tentu kita tidak boleh pesimis, seperti kita sebutkan di atas. Dalam proses pembangunan, sebenarnya agama dapat pula berfungsi sebagai gas dan rem sekaligus.” (2019, 82)
Dari ilustrasi tersebut, dakwah Muhammadiyah semakin luas untuk meluruskan ketimpangan dan penyimpangan. Sebagai “gas”, Muhammadiyah melalui dakwah yang mencerahkan dan pendidikan berkemajuan menjadi energi perubahan menuju percepatan kesejahteraan. Sebagai “rem”, Muhammadiyah turut mengawal jalannya pemerintahan agar tetap pada nilai keadilan dan dapat meminimalkan praktik korupsi sebagai kejahatan kemanusiaan.
Tema Milad Ke-113 Muhammadiyah bukan sekadar pemanis literasi, tetapi benar-benar bermisi untuk keselamatan negeri. Muhammadiyah harus berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan bangsa, bukan menjadi bagian dari masalah.
Peran kebangsaan Muhammadiyah sangat diharapkan untuk memberikan pencerahan agar kesejahteraan dapat terwujud. Bangsa ini membutuhkan keteladanan dalam perjuangan, bukan tampilnya para pecundang yang merasa seperti pahlawan.
Muhammadiyah memperkuat pendidikan berkemajuan untuk melahirkan anak bangsa yang unggul dan siap berkompetisi hingga meraih prestasi. Namun masih sering terjadi kompetisi yang justru saling menjatuhkan, energi anak bangsa terkuras sia-sia, dan sumber daya alam terbengkalai karena ketidakmampuan mengelolanya. Akibatnya, keuntungan finansial hilang begitu saja, diperparah dengan utang negara yang semakin menggila.
Momentum Milad ini sangat strategis untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Karena itu, Muhammadiyah harus terus berkiprah optimal sebagaimana perjuangan para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan bangsa.
Selamat Milad Ke-113 Muhammadiyah. Tingkatkan gerakan dakwah yang mencerahkan dan tetap berkomitmen memajukan kesejahteraan bangsa. (*)

