TAJDID.ID~Serdang Bedagai || Visi pembangunan Dambaan MANTAB (Mandiri, Sejahtera, dan Berkelanjutan) kembali ditegaskan melalui pesan moral yang kuat dari Bupati Serdang Bedagai, H. Darma Wijaya.
Ia menyatakan bahwa membangun peradaban tidak hanya berbicara soal infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga tentang etika berlalu lintas dan cara masyarakat memperlakukan ruang publik sebagai ruang sosial.
Menurut pria yang akrab disapa Wiwi ini, jalan raya mencerminkan wajah moral suatu bangsa. Ketertiban, kesabaran, dan kepedulian di jalan adalah fondasi budaya masyarakat yang beradab. “Etika di jalan raya itu bukan hanya tentang aturan, tetapi tentang kesadaran moral dan tanggung jawab sosial. Ketika seseorang tertib di jalan, ia sejatinya sedang menunjukkan akhlak dan rasa hormat terhadap kehidupan orang lain,” ujar Bupati di Kantor Bupati Serdang Bedagai.
Disiplin Lalu Lintas Berawal dari Pendidikan Moral
Darma Wijaya menilai bahwa persoalan rendahnya disiplin berkendara kerap bersumber dari kurangnya edukasi etika sejak usia dini. Oleh karena itu, ia mendorong sinergi antara pemerintah daerah, kepolisian, lembaga pendidikan, komunitas masyarakat, hingga tokoh agama untuk memperkuat budaya tertib berlalu lintas.
Kolaborasi lintas sektor tersebut dipandang sebagai kunci mewujudkan masyarakat yang tidak hanya patuh karena takut sanksi, tetapi karena sadar bahwa tertib adalah bagian dari akhlak publik.
Menghidupkan Kembali Budaya Bersepeda
Dalam langkah nyata menuju masyarakat yang sehat dan beradab, Bupati Wiwi mengajak masyarakat untuk kembali membudayakan bersepeda, sebagaimana dilakukan para pelajar di masa lalu.
Selain menyehatkan, ramah lingkungan, dan ekonomis, aktivitas ini diyakini mampu membentuk karakter sosial yang kuat. “Bersepeda bukan hanya aktivitas olahraga, tetapi juga ekspresi etika sosial. Dari kesabaran mengayuh, kita belajar menghargai waktu, ruang, dan orang lain di jalan,” tuturnya.
Gerakan bersepeda ini sejalan dengan nilai pembangunan berkelanjutan, mendukung lingkungan yang bersih, dan mengurangi beban lalu lintas kendaraan bermotor.
Apresiasi untuk Literasi Etika Jalan Raya
Darma Wijaya juga memberikan apresiasi kepada akademisi UMSU, Dr. Robie Fanreza, penulis buku Etika di Jalan Raya, yang menyumbangkan karyanya bagi Kabupaten Serdang Bedagai.
Menurut Bupati, literasi ini penting untuk menanamkan nilai moral dalam ruang publik. “Buku ini bukan hanya relevan bagi pelajar dan pengendara, tetapi menjadi refleksi bagi kita semua bahwa tertib di jalan adalah bagian dari akhlak bangsa,” ujarnya.
Menuju Jalan Raya sebagai Cermin Peradaban
Bupati menutup pernyataannya dengan harapan agar gerakan literasi dan budaya tertib berlalu lintas dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain.
“Etika di jalan bukan hanya tugas aparat, tapi tanggung jawab moral bersama. Jika masyarakat sadar dan saling menghargai, maka jalan raya akan menjadi cermin peradaban, bukan sumber kekacauan,” tegasnya.
Dengan mengusung budaya bersepeda dan memperkuat literasi etika, Serdang Bedagai menegaskan langkah nyata menuju masyarakat yang lebih sehat, harmonis, dan beradab, sejalan dengan cita-cita Dambaan MANTAB, Serdang Bedagai yang Mandiri, Sejahtera, dan Berkelanjutan. (*)

