Site icon TAJDID.ID

Mahasiswa PBSI FKIP Uhamka Berperan Aktif Konsinyasi Pengolahan Data Korpus Bahasa Daerah 2025

TAJDID.ID~Jakarta || Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra di bawah naungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemeterian Pendidikan Dasar dan Menengah, menyelenggarakan kegiatan Konsinyasi Pengolahan Data Korpus Bahasa Daerah pada 20-24 Oktober 2025 di Hotel Novotel Cikini. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya nasional dalam melestarikan dan mendigitalisasi bahasa daerah agar tetap hidup di Tengah perkembangan teknologi dan globalisasi.

Bahasa daerah merupakan warisan budaya yang merekam sejarah Panjang perjalanan bangsa. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola komunikasi masyarakat, banyak bahasa daerah yang mulai kehilangan penuturnya. Kondisi inilah yang mendorong Badan Bahasa untuk mengambil langkah strategis melalui kegiatan konsinyasi yang berfokus pada pengolahan dan pendokumentasian bahasa daerah dalam bentuk digital.

Konsinyasi Pengolahan Data Korpus Bahasa Daerah bertujuan untuk mengelola dan mengolah data bahasa daerah menjadi korpus digital yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian linguistik, penyusunan kamus, serta pengembangan kecerdasan artifisial (AI) berbasis bahasa daerah. Fokus utama kegiatan tahun ini Adalah pengelolaan 30 korpus bahasa daerah, yang menjadi Langkah awal menuju penyusunan Korpus Bahasa Daerah (KODA) nasional. Melalui korpus tersebut, Badan Bahasa berharap dapat mengumpulkan data kebahasaan yang lengkap, valid dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan akademik maupun teknologi.

Kegiatan dipimpin oleh Dr. Dora Amalia, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, dengan Dwi Agus Ernita sebagai ketua pelaksana kegiatan dan Amat Triatna sebagai pembina. Turut hadir Tri Luki Cahya Dini, S.S., M.M, Kepala Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan Perpustakaan. Peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, antara lain yaitu Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA, Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN), dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), serta perwakilan dari Pusbanglin.

Dari UHAMKA, kegiatan ini diikuti oleh 10 mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) semester 3 dan 5 yang didampingi oleh dosen pembimbing Deasy Wahyu Hidayati, M.Pd. yang turut mengarahkan mahasiswa dalam proses pengolahan dan digitalisasi data bahasa daerah. Kegiatan ini dilaksanakan selama lima hari, peserta mengikuti pelatihan dan praktik pengolahan data kebahasaan serta teknik digitalisasi korpus. Ini merupakan program lanjutan dari pendokumentasian bahasa daerah yang sebelumnya telah berhasil mengarsipkan 718 bahasa daerah di Indonesia.
Menurut Tri Luki Cahya Dini, banyak bahasa daerah yang masih bersifat tutur dan belum terdokumentasi secara tertulis. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya penyelamatan bahasa agar tidak hilang ditelan perkembangan zaman. “Perkembangan bahasa sangat pesat, tetapi banyak bahasa daerah yang hamper punah. Kita perlu merawat bahasa, terutama yang masih bersifat tutur, agar tetap Lestari dan terdokumentasi dengan baik. Melalui kegiatan ini, kita dapat menemukan hal unik dari bahasa yang perlu dijaga,” ujarnya.

Kemudian Tri Luki Cahya Dini juga menegaskan bahwa bahasa daerah bukan hanya alat komunikasi, melainkan symbol eksistensi budaya yang mencerminkan identitas masyarakatnya. Ia menekankan bahwa pendokumentasian bahasa daerah tidak bisa ditunda, karena setiap generasi memiliki peran penting dalam mewariskan bahasa tersebut.

Sementara itu, Dr. Dora Amalia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program perlindungan bahasa daerah yang lebih luas, di mana data yang terkumpul akan dijadikan dasar bagi penelitian linguistik dan pengembangan teknologi bahasa daerah. “Korpus merupakan sumber utama dalam penelitian lingusitik. Dari korpus, kita dapat Menyusun kamus, mengembangkan mesin penerjemah, hingga membangun chatwords berbasis bahasa daerah. Inilah salah satu bentuk nyata perlindungan bahasa di era digital,” tuturnya.

Dr. Dora Amalia juga menambahkan bahwa melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya belajar tentang teori linguistik, tetapi juga dilatih untuk memahami bagaimana teknologi dapat digunakan sebagai alat pelestarian bahasa. Ia menilai Langkah ini penting untuk mempersiapkan generasi baru peneliti bahasa yang tidak hanya memahami nilai budaya, tetapi juga mampu mengintegrasikan ilmu linguistik dengan inovasi teknologi.

Proses kegiatan dilakukan melalui pelatihan dan praktik langsung. Para peserta dilatih untuk mengelola data bahasa daerah yang bersumber dari naskah lama, koran, majalah, kaset, hingga dokumen arsip. Data tersebut kemudian diolah menjadi korpus digital melalui proses pengetikan, penyuntingan, anotasi, serta klasifikasi linguistik. Data tersebut kemudian diolah menjadi korpus digital melalui proses pengetikan, penyuntingan, anotasi, serta klasifikasi linguistik yang memerlukan ketelitian dan kepekaan bahasa tinggi.

Dalam sesi pembinaan, Amat Triatna juga secara langsung membagikan tutorial teknis mengenai proses pengolahan data bahasa daerah kepada seluruh peserta. Ia menjelaskan langkah-langkah praktis mulai dari memasukkan data bahasa ke dalam dokumen Word, kemudian mengonversinya menjadi format plain text (.txt) agar lebih mudah dibaca oleh perangkat lunak analisis korpus. Setelah data siap, file tersebut kemudian dimasukkan ke Microsoft Excel untuk dilakukan pengecekan struktur dan penyusunan metadata, seperti identitas penutur, sumber teks, dan konteks bahasa.

Tantangan terbesar dalam kegiatan ini adalah mengonversi data lisan menjadi data tertulis dengan tetap mempertahankan keaslian bunyi dan makna bahasa. Kegiatan ini juga memperkenalkan penggunaan teknologi kecerdasan artifisial (AI) untuk membantu pengolahan bahasa daerah agar dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi digital. Mahasiswa PBSI UHAMKA dan peserta lainnya mendapatkan pengalaman berharga dalam pengolahan data linguistik, digitalisasi bahasa dan penelitian terapan, sekaligus berkontribusi dalam penyusunan Korpus Bahasa Daerah (KODA) yang kelak dapat diakses publik sebagai referensi ilmiah.

Melalui kegiatan Konsinyasi Pengolahan Data Korpus Bahasa Daerah ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menunjukkan komitmen kuatnya dalam melestarikan kekayaan bahasa Nusantara. Kolaborasi antara ahli bahasa, akademisi, mahasiswa, dan pembina kegiatan Amat Triatna menjadi wujud nyata sinergi antara ilmu pengetahuan dan semangat kebangsaan. Tidak hanya menjadi kegiatan akademis semata, konsinyasi ini menumbuhkan kesadara baru bahwa melestarikan bahasa daerah berarti menjaga identitas budaya bangsa. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga cermin nilai-nilai, tradisi, serta cara pandang masyarakat terhadap kehidupan. Setiap dialek dan ragam tutur mengandung warisan sejarah serta kearifan lokal yang membentuk kepribadian bangsa Indonesia. Maka, ketika satu bahasa daerah punah, hilang pula sebagian identitas yang menjadi bagian dari jati diri nasional.

Dengan digitalisasi dan pengolahan korpus yang berkelanjutan, diharapkan bahasa daerah Indonesia tidak hanya dikenal di masa kini, tetapi juga tetap hidup di masa depan dan menjadi bagian dari kekayaan intelektual bangsa yang mampu berdampingan dengan kemajuan teknologi modern. Korpus digital yang dihasilkan dari kegiatan ini akan menjadi dasar penting bagi pengembangan kamus elektronik, aplikasi pembelajaran bahasa, hingga sistem penerjemah otomatis yang berakar pada budaya lokal.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan bahwa pelestarian bahasa tidak cukup hanya berhenti pada tahap dokumentasi, melaikan harus terus dihidupkan melalui penelitian, inovasi, serta kolaborasi lintas bidang. (*)

✒️ Nada Zahariah, Panita Nur Amaliah & Deasy W Hidayati

Exit mobile version