Site icon TAJDID.ID

Siahaan, Vokalis Punk Medan Luncurkan Album dan Film Dokumenter “Lawan Penggusuran” untuk Perkuat Solidaritas Komunitas Terdampak

TAJDID.ID~Medan || Jovan Siahaan, vokalis punk asal Medan, meluncurkan sebuah proyek ambisius yang menggabungkan musik dan film dokumenter dengan tema penggusuran, sebuah persoalan sosial yang kerap menindas rakyat kecil di Indonesia.

Proyek ini diwujudkan dalam bentuk album kompilasi dan film dokumenter berjudul Lawan Penggusuran dan Medan Punk Lawan Penggusuran yang dirancang untuk memperkuat solidaritas komunitas yang terdampak penggusuran.

Kompilasi: Suara Kolektif Melawan Ketidakadilan

Jovan mendirikan label independen Mata Merah Records untuk mewujudkan album kompilasi Lawan Penggusuran. Album ini melibatkan 10 band punk Medan yang menciptakan lagu-lagu baru dengan tema penggusuran. Sebagai bentuk anti-komersialisme, album hanya dicetak sebanyak 75 kaset pita, dan seluruh proses rekaman hingga produksi dibiayai secara mandiri.

Peluncuran album dijadwalkan pada 20 Juni 2025, disertai pertunjukan langsung dari seluruh band serta diskusi kritis yang melibatkan berbagai kalangan untuk membahas isu ketidakadilan penggusuran.

Menurut Jovan, komunitas punk selalu berada di garis depan solidaritas bagi korban penggusuran, seperti petani Kulon Progo, Kendeng, Wadas, dan Barrabaraya. Namun, semangat perlawanan ini belum pernah terangkum secara khusus dalam karya musik yang fokus pada tema penggusuran.

Album ini menjadi ruang ekspresi bersama yang memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antar komunitas yang menghadapi nasib serupa.

Dokumenter: Arsip Perlawanan dan Inspirasi Solidaritas

Selain album, Jovan juga mengemas proyek ini dalam film dokumenter berjudul *Medan Punk Lawan Penggusuran*, yang digarap secara sukarela oleh produser film lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Film ini merekam proses kreatif, diskusi, dan pertunjukan live sebagai arsip perlawanan yang mendokumentasikan suara-suara kritis yang sering dibungkam oleh hegemoni kekuasaan.

Film dokumenter ini berperan penting dalam membangun kesadaran kolektif dan narasi bersama di antara komunitas penggusuran. Dengan menampilkan kisah nyata dan perjuangan warga yang terus berjuang meski menghadapi tekanan, film ini menginspirasi komunitas untuk bersatu, mengorganisasi diri, dan memperkuat jaringan solidaritas. Pemutaran film yang disertai diskusi juga menjadi forum strategis untuk bertukar pengalaman dan merumuskan langkah-langkah bersama menghadapi penggusuran.

Menegaskan Punk sebagai Gerakan Sosial

Jovan menegaskan bahwa proyek ini bukan sekadar soal musik atau film, melainkan sebuah gerakan sosial yang konsisten membela rakyat kecil dari ketidakadilan penggusuran. Ia menyoroti bagaimana penggusuran atas nama pembangunan kini tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi juga menjerat komunitas adat di pelosok negeri yang kehilangan ruang hidup dan akses sumber daya vital.

“Ini suara bagi yang tertindas. Punk bukan sekadar musik, tapi gerakan!” tegas Jovan.

Ia berharap album dan film dokumenter ini menjadi manifesto musik sekaligus alat edukasi dan mobilisasi yang memperkuat solidaritas antar komunitas terdampak penggusuran, serta menjadi arsip sejarah perlawanan yang berkelanjutan.

Peluncuran album dan film dokumenter Lawan Penggusuran akan menjadi momentum penting untuk menggalang solidaritas, memperkuat suara kritis, dan menginspirasi perlawanan bersama terhadap ketidakadilan yang terus berlangsung di berbagai wilayah Indonesia. (*)

 

✒️ SAS

Exit mobile version