Site icon TAJDID.ID

Puisi~puisi Heri Isnaini (2)

SUWUNG

aku terapung di antara awang uwung
menjadi bambung di hadapan Sang Pandita
di tengah balairung hati terasah-asah
menjadi ada dalam tiada: mengada dalam ketertiada

aku terapung di antara awang uwung
seorang datung bersyair tentang Khidir, tentang Musa,
tentang bahtera, tentang pemuda di dalam goa,
tentang utusan dalam percakapan

aku terapung di antara awang uwung
jagat sunyi dengan air, tanah, api, udara, dan atman
merangkum dalam osmosis yang satu

suwung dalam awang uwung
terapung-apung
: aku dan Engkau

2024

 

 

PINTU

pintu itu sedikit terbuka
aku ragu mengetuknya
:engkau sudah ada di sana
menungguku

di luar, gerimis menyapa
burung beterbangan disentuh tetesannya
lagi, aku melihat pintu itu sedikit terbuka
masih dengan cat mengelupas dan gagang rusak

:engkau selalu di sana
menungguku

masih!

2025

 

 

SESAL

hari berlalu pada lembaran kalender
anak-anak sudah ditinggalkan
matahari melewati kepala
senja menanti dengan sabar
tak ada yang dibawa:
bekal belumlah cukup

aku menatap masa lalu dengan kerugian
betapa banyak utangku kepadamu
engkau begitu mempesona

aku akan menemuimu
dengan cinta yang sederhana

2025

 

 

AKU MENUNGGU BUNGA

aku menunggu bunga
di taman yang kering dan hening
pagar bambu melingkar hati
angin berhembus menelusupi rusuk
ada yang terhempas
di antara rerumpun pohon

aku menunggu bunga
di pelataran sepi dan sunyi
matahari akan bergegas pergi
senja tiba
menunggu jemputan
dengan sabar!

2025

 

 

ADA YANG TERTINGGAL DI BELAKANGMU

ada yang tertinggal di belakangmu
kabur menjadi bayang-bayang purba
ada yang meronta-ronta di belakangmu
hilang menjadi jejak-jejak udara

hujan beranjak ke luar jendela
deras: membasahi kenangan-kenangan
kita hanya bermuram: menunggu

ada yang tertinggal di belakangmu
kabur dan hilang:
bersama

2025

 

 

PRANGKO

ada wajahmu yang sendu
menatap lesu padaku
di luar, angin berhembus
menerbangkan surat tua
amplop lusuh tergenggam jemari

prangko itu tetap setia menempel
walaupun amplop telah menguning

 

2025

 


BIODATA HERI ISNAINI

Heri Isnaini lahir di Subang, Jawa Barat, pada tanggal 17 Juni. Heri sangat menyukai puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Pernah mengikuti acara “Temu Penyair Asia Tenggara 2018” di Padang Panjang, Sumatera Barat, mengikuti Festival Seni Multatuli 6-9 September 2018 di Rangkasbitung, Lebak, Banten. Puisi-puisinya juga pernah dimuat pada Jurnal Aksara, Deakin University, Australia.

Antologi puisinya, Ritus Hujan (2016); Singlar Rajah Asihan: Kumpulan Sajak (2018); Ah, Mungkin Kau Lupa Aku Begitu Merindumu (2019); Manunggaling Kawula Gusti: Kumpulan Sajak (2020); Montase: Sepilihan Sajak (2022). Cerpennya pernah dimuat pada koran Radar Banyuwangi, Radar Kediri, dan Harian Rakyat Sultra. Beberapa media daring di Indonesia seperti Radar Utara, Restorasi News Siber Indonesia, Tebu Ireng Online, Bali Politika, Berita Jabar News, Sip Publishing, Himpun.id, Negerikertas.com, Potret online, Tajdid.id, Madrasah Digital.co, Riau Sastra, Literatura Nusantara, Pustaka Ekspresi juga pernah memuat karya-karyanya.
Kegiatan sehari-hari Heri adalah Dosen Sastra IKIP Siliwangi Kota Cimahi. Selain itu, Heri juga banyak beraktivitas sebagai editor dan reviewer di berbagai jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri. (*)

Exit mobile version