TAJDID.ID~Medan || Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini yang mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, suara publik kembali menggema agar Gubernur Sumatera Utara segera membangun monumen penghormatan untuk Willem Iskander, sosok pelopor pendidikan pribumi yang lahir dan berjuang dari tanah Sumatera.
Willem Iskander, yang bernama asli Sati Nasution, merupakan tokoh pendidikan pertama dari kalangan Bumiputra yang berani menggagas pendidikan modern bagi anak-anak Indonesia pada abad ke-19. Ia mendirikan Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Sekolah Guru untuk Pribumi) di Tano Bato, Mandailing Natal sebuah langkah revolusioner pada masa penjajahan Belanda, saat akses pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan elite dan penjajah.
Pemerhati pendidikan, Irfan Dahnial, dalam refleksinya atas peringatan Hardiknas 2025, menegaskan pentingnya kehadiran monumen Willem Iskander sebagai bentuk penghargaan sejarah dan inspirasi generasi muda.
“Sudah waktunya Willem Iskander tidak hanya dikenang dalam buku sejarah, tapi juga diwujudkan dalam ruang publik sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan pendidikan dan sebagai tokoh yang memerdekakan pikiran anak bangsa dari penjajahan,” ujar Irfan.
Irfan menilai, pembangunan monumen tersebut tidak hanya menjadi penanda sejarah, tetapi juga menjadi panggilan moral bagi dunia pendidikan di Sumatera Utara, khususnya agar semangat perjuangan dan visi Willem Iskander tetap hidup dalam jiwa para pendidik dan pelajar.
“Monumen itu bukan sekadar patung atau prasasti. Ia adalah pengingat bahwa pendidikan di Indonesia lahir dari semangat juang, bukan pemberian. Ia harus menjadi ruang refleksi dan kebanggaan,” tambah Irfan.
Ia juga mendorong agar pemerintah provinsi menjadikan tokoh-tokoh lokal seperti Willem Iskander sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal dan gerakan pendidikan karakter di sekolah.
Sejalan dengan semangat Hardiknas 2025, yang menekankan kolaborasi semua pihak dalam mewujudkan pendidikan yang adil dan bermutu, usulan pembangunan monumen ini menjadi salah satu langkah konkret dalam membumikan nilai-nilai sejarah dan kebangsaan dalam dunia pendidikan.
Jika gagasan ini diwujudkan, Sumatera Utara tidak hanya memperingati tokoh besarnya, tetapi juga mempertegas identitasnya sebagai tanah kelahiran salah satu pionir pendidikan nasional. (*)