Site icon TAJDID.ID

Puisi-puisi Heri Isnaini

MEMORI

 

matahari merambat pelan
di pertengahan Juni
udara begitu sejuk dan dingin
ada kelebat kenangan: mengganggu
mengusiki harapan terus menerus

 

matahari tenggelam di balik cakrawala
mengamini hari sudah petang
di antara kegelisahan rambut yang memutih
lelaki itu duduk sendiri
menatapi bangku kosong
tempat dia kuliah dulu

sendiri.

 

2025

DOA

 

kata menggantung di sawangan
terbang beribu tahun
mengharap getarkan arsy

 

kata menembusi mega dan awan
jalan tujuh lapis melapis
dalam cahaya dan udara

 

kata melebur menjadi isyarat
nyata:
sesuai janjiMu

 

2025

 

ILUSI

 

mata adalah ilusi
tanah yang sepi bukan berarti kosong
sepi tidak sama dengan kosong
kosong bukan berarti sepi

 

mata adalah ilusi
-angin tetap bertiup
mawar tetap mewangi
ruh tetap terjaga-
tanpa terlihat pun

 

mata adalah ilusi
terlihat belum tentu ada
tidak terlihat bukan tidak ada

 

mata adalah ilusi
ilusi adalah musuh!

 

2025

 

 

AKU MENUNGGU BUNGA

 

aku menunggu bunga
di taman yang kering dan hening
pagar bambu melingkar hati
angin berhembus menelusupi rusuk
ada yang terhempas
di antara rerumpun pohon

 

aku menunggu bunga
di pelataran sepi dan tandus
hari sudah senja
matahari akan bergegas pergi
menunggu jemputan
dengan sabar!

 

2025

 

 

MALAM

 

ini malam, pekat
udara bertuba
suasana beringsut mencekam

 

buah apel masih menjadi ingatan
dosa semula
bergegas mencari pegangan

 

ini malam, berkabut
doa dipanjatkan
untuk menghapus kenangan

 

2025

 

 

DANYANG

 

Kabut yang menutupi matamu perlahan menguak:
aroma kemboja, semilir kemenyan, kopi pahit
dan dua buah cerutu
disuguhkan di bawah beringin besar

 

2025

 

ANTEH

 

aku melihat wajahmu tengadah pada cahaya purnama
menenun satu demi satu riwayat hidup
seekor kucing berwarna hitam
mengaduh di kaki

 

aku melihat wajahmu bersama cahaya bebintang
terpantul di sanubari
memercik pada air muka
sendiri

 

2025

 

Bionarasi Penulis

 

Heri Isnaini lahir di Subang, Jawa Barat, pada tanggal 17 Juni. Heri sangat menyukai puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Pernah mengikuti acara “Temu Penyair Asia Tenggara 2018” di Padang Panjang, Sumatera Barat, mengikuti Festival Seni Multatuli 6-9 September 2018 di Rangkasbitung, Lebak, Banten. Puisi-puisinya juga pernah dimuat pada Jurnal Aksara, Deakin University, Australia.

Antologi puisinya, Ritus Hujan (2016); Singlar Rajah Asihan: Kumpulan Sajak (2018); Ah, Mungkin Kau Lupa Aku Begitu Merindumu (2019); Manunggaling Kawula Gusti: Kumpulan Sajak (2020); Montase: Sepilihan Sajak (2022). Cerpennya pernah dimuat pada koran Radar Banyuwangi, Radar Kediri, dan Harian Rakyat Sultra. Beberapa media daring di Indonesia seperti Radar Utara, Restorasi News Siber Indonesia, Tebu Ireng Online, Bali Politika, Berita Jabar News, Sip Publishing, Himpun.id, Negerikertas.com, Potret online juga pernah memuat karya-karyanya.

Kegiatan sehari-hari Heri adalah Dosen Sastra IKIP Siliwangi Kota Cimahi. Selain itu, Heri juga banyak beraktivitas sebagai editor dan reviewer di berbagai jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri.

Exit mobile version