Site icon TAJDID.ID

Pesan Abdul Hakam Mubarok: Jangan Jadikan Shalat sebagai Beban

TAJDID.ID~Paciran || Pengasuh Pondok Pesantren Karangasen Muhammadiyah Paciran Lamongan, Abdul Hakam Mubarok, menyampaikan pesan penting kepada para santrinya tentang esensi shalat dalam kehidupan seorang Muslim.

Dalam kajian kitab Minhajul Muslim bab Shalat yang digelar pada hari Jum’at, 13 September 2024, ia mengajak para santrinya untuk memandang shalat tidak hanya sebagai sebuah kewajiban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya.

Dalam kajian yang berlangsung khidmat di masjid Almanar tersebut, Abdul Hakam Mubarok menekankan bahwa shalat adalah salah satu bentuk komunikasi langsung seorang hamba dengan Allah SWT.

Oleh karena itu, menurutnya, shalat seharusnya dilakukan dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan, bukan sekadar rutinitas untuk menggugurkan kewajiban.

Ia juga menjelaskan bahwa dengan menjadikan shalat sebagai kebutuhan, seorang Muslim akan mendapatkan manfaat spiritual yang lebih mendalam dan dapat merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.

“Shalat bukan hanya soal menggugurkan kewajiban, tetapi harus kita tanamkan dalam diri sebagai sebuah kebutuhan. Dengan begitu, hati kita akan lebih tenang dan hidup kita akan lebih berkah,” ujar Abdul Hakam Mubarok dengan penuh hikmah kepada para santri yang hadir dalam kajian tersebut.

Ia juga mengingatkan bahwa ketika seseorang memandang shalat hanya sebagai kewajiban, sering kali mereka melaksanakannya dengan terpaksa, terburu-buru, tanpa adanya kekhusyukan.

Hal ini, menurutnya, justru akan membuat shalat kehilangan esensi dan nilainya sebagai sarana komunikasi dan permohonan seorang hamba kepada Tuhannya.

“Jika shalat kita baik yang wajib maupun Sunnah hanya sekadar rutinitas, maka kita tidak akan merasakan manfaatnya. Tetapi jika kita menjadikan shalat sebagai kebutuhan, seperti halnya kita butuh makan dan minum, maka kita akan selalu merasa rindu untuk melakukannya,” terangnya.

“Oleh karena itu, jika usai shalat fardhu yang diiringi shalat Sunnah rawatib, maka langsung dikerjakan tanpa menunggu komando dari imam,” tambahnya.

Abdul Hakam Mubarok juga menyampaikan bahwa, dengan memahami makna tersebut, diharapkan setiap individu dapat lebih dekat dengan Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadahnya. Ia mengajak para santri untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas shalat mereka, bukan hanya dari segi gerakan, tetapi juga dari segi penghayatan dan pemahaman akan arti shalat itu sendiri.

Lebih lanjut, ia mengingatkan para santri bahwa shalat bukan hanya tentang gerakan fisik, tetapi juga latihan mental dan spiritual yang melatih kesabaran, keikhlasan, dan ketenangan batin.

“Dengan shalat yang khusyuk, kita belajar untuk lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih tenang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup,” tuturnya.

Pesan Abdul Hakam Mubarok ini tidak hanya relevan bagi para santri di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran Lamongan, tetapi juga bagi umat Islam secara umum. Dengan menjadikan shalat sebagai kebutuhan, setiap Muslim diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya, baik dari segi spiritual maupun emosional.

“Jangan jadikan shalat sebagai beban, tetapi jadikanlah sebagai sarana untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki,” pungkasnya. (*)

✒️ Iwan Abdul Gani

Exit mobile version