Oleh: Jamaluddin
Guru Ismuba SD Muhammadiyah Slawi
Makan-minum itu kebutuhan dasar mahluk hidup. Berbekal makan-minum mahluk bergerak, tumbuh dan bisa bertahan hidup. Secara naluriah, instingtif mahluk bergerak mencari makan. Makan-minum memberi nutrisi dan energi yang dengannya mahluk bergerak dan bertahan hidup. Berbekal makan-minum mahluk berpeluang kembang biak sehingga beranak pinak. Tubuh yang sehat pun didapati dari asupan nutrisi, energi, dan gerak. Gerak itu tanda hidup.
Allah memandang penting perkara makan dan minum, bukan urusan sepele yang diabaikan. Tersua di al-Qur’an puluhan ayat yang tersebar di berbagai surat, di antaranya; al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah, al-An’am, al-A’raf, al-Anfal, an-Nahl, Thaha, al-Hajj, al-Mukminun, an-Nur, Saba, Yasin, at-Thur, al-Mulk, al-Mursalat, an-Naba. Banyaknya ayat tersebut tentu menunjukkan bahwa makan itu perkara penting sehingga Allah sedemikian rupa mengaturnya.
Ada 4 (empat) pendekatan bahasa; kalimat yang tertulis di ayat, yang dititahkan Allah kepada manusia perihal makan-minum. Keempat pendekatan tersebut, gamblang bin terang menunjukkan betapa makan-minum itu perkara besar, bukan kecil sebagaimana diduga. Empat pendekatan tersebut disajikan dalam: pertama; Kata Kerja Perintah, kedua; Kata Kerja Larangan, ketiga; Kata Kerja Aktif, dan keempat; Kata Kerja Pasif.
Data yang berhasil dihimpun dari tema “makan” yang berupa kata kerja perintah “makanlah” diperoleh sejumlah 26 ayat yang tersebar di surat-surat yang berbeda. Kata kerja perintah “makanlah” itu mukhatabnya (komunikan, yang diajak bicara) kamu sekalian. Di sisi lain Allah juga menyebutkan aneka ragam makanan yang tersua di al-Qur’an, berupa; sayur atau tetumbuhan, bebuahan dan daging/ikan. Tetumbuhan, sayur-mayur aneka rupa dan bentuk (al-An’am:99) tanaman sayur dimakan manusia dan hijauan dimakan oleh hewan (Yunus:25). Tetumbuhan di bumi bermanfaat bagi manusia (al-Kahfi:45) tumbuhan beraneka rupa (Thaha:53)
Makanan surga itu buah; minumannya itu susu, madu. Buah di surga itu sebagaimana buah yang pernah dimakan, dinikmati di dunia sebagai rejeki dari Allah (al-Baqarah:25, al-An’am: 99, 141, Kahfi:42, Yasin 35) Jenis buah surga di antaranya; kurma, zaitun, delima (al-An’am:141), labuh, pisang, anggur.
Perintah Tuhan
Betapa mengertinya Tuhan akan kebutuhan dasar mahlukNya. Lapar dan haus menjadi pemantik atas pemenuhan kebutuhan makan-minum. Dan itu naluriah atau instingtif. Mahluk akan tergerak secara otomatis yang memenuhi kebutuhan makan-minumnya. Manusia menjadi sasaran utama atas perintah makan-minum dari titah Tuhan. Tetapi di sisi lain manusia pula yang diperintah untuk menjaga dan merawat bumi (khalifah). Allah telah menyediakan segala sesuatu yang tersaji di alam ini untuk kebutuhan dan kepentingan manusia. Di sini lah ada aturan main yang harus dipatuhi manusia agar bumi dan seisinya lestari, seimbang. Manusia dilarang berbuat kerusakan di bumi (QS. Al-Baqarah:11, al-A’raf:56, 85, Muhammad:22; manusia “dilarang berbuat kerusakan di bumi” dengan menggunakan Kata Kerja Larangan (Laa tufsiduu : fiil Nahyi))
Perintah Tuhan perihal makan-minum tidak cukup sekali, melainkan berulang. Frekwensi perintah tersebut tersua di berbagai surat. Dan menggunakan “kata kerja perintah” yang berarti manusia diperintah untuk makan-minum. Diperintah berarti dilarang mengabaikan perintah tersebut. Dan diksi di ayat-ayat perintah itu pun menggunakan kata yang merujuk pada makna kata yang sebenarnya (denotatif) “straight to the point” “kuluu ; makanlah!, isyrabuu ; minumlah!”. Simak data berikut ini:
Bersambung ke hal 2
Menera teks ayat-ayat perintah makan/minum
Teks ayat-suci tentang perintah makan dinukil dan dikutip dari al-Qur’an secara tematik. Dipilih kata kerja perintah dari kata “akala-ya-kulu-kul” yang artinya; makan. Berbekal kata “kul” itulah didapati data ayat tersebut di atas. Dari data yang berhasil dihimpun tersebut dicuplik 9 ayat dari surat-surat yang berbeda sebagai representasi atas perintah makan dengan menggunakan “kata kerja perintah: kul”. Ayat-ayat tersebut saling menjelaskan satu sama lain, menguatkan dan meneguhkan perintah tersebut (tafsir bil ma’tsur). Makanan yang dikonsumsi pun diatur dan cara memperolehnya. Bahkan manakala tentang cara memperolehnya Allah menggunakan diksi; “mengharamkan atau diharamkan; dan menghalalkan atau dihalalkan”. Pun kata kerja larangan yang ditujukan kepada “kalian” sebagai mukhatab/komunikan.
Ulama sepakat, berpijak pada qaidah ushuliyah yang menyatakan “perintah terhadap sesuatu berarti wajib, kecuali ada dalil yang menyelisihinya”. Atau “perintah terhadap sesuatu berarti larangan atas sesuatu yang sebaliknya”. Perintah “makanlah” menunjukkan bahwa makan itu wajib, kecuali ada dalil yang menyelisihinya. Atau perintah “makanlah” berarti larangan atas perbuatan “tidak makan” atau meninggalkan makan-minum dengan sengaja.
Diperintah makan-minum apa? Makanlah dari apa yang telah direjekikan oleh Allah dan atau dari yang diusahakan oleh manusia. Apa itu? Makanlah yang halal dan bergizi!. Merujuk pada qaidah ushuliyah sebagaimana disepakati ulama bahwa perintah itu bersifat wajib. Artinya wajib makan-minum yang halal dan bergizi dari apa yang telah Allah rejekikan kepadamu atau dari apa yang diusahakan oleh tanganmu.
Manthuq (yang dikatakan) di ayat-ayat perintah makan-minum itu berbunyi “kuluu” dan mafhum (yang dipahami) pun jelas, “makanlah”. Sehingga dilarang makan-minum yang “tidak halal dan tidak bergizi”. Halal itu apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dan RasulNya. Bergizi itu zat nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh untuk memenuhi segala kebutuhan tubuh atas asupan “zat yang baik” bagi kesehatan badan. Sebaliknya makan-minum yang haram dan tidak begizi itu dilarang. Dilarang berarti haram sehingga harus dijauhi.
Di sinilah betapa seriusnya Tuhan memberi perintah makan-minum. Betapa rahman-rahim nya Allah atas asupan gizi yang harus dikonsumsi oleh manusia. Bahkan Allah pun telah menyediakan di atas bumi sesuai kebutuhan manusia. Ayat atau tanda kuasa Allah apa lagi yang kalian dustakan? Bagaimana dengan kita, masihkan kita makan-minum atas nama selera dengan mengabaikan gizi dan nutrisi sebagaimana diperintah oleh Allah, pemilik kehidupan ini.