Oleh: Maolana Evendi
Anggota MPI PDM Kab Tegal
Gonjang-ganjing tahdzir atas salah satu ulama Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat (UAH) sesungguhnya bisa menjadi satu pertanda yang menunjukkan bahwa Muhammadiyah perlu melakukan pembaharuan dalam menyebarkan pemahaman manhaj tarjihnya terutama dikalangan anggota persyaratan.
Bukan sebuah rahasia bahwa dalam tubuh Muhammadiyah sendiri banyak anggota dan simpatisannya lebih condong dengan pemahaman salafi wahabi dibandingkan dengan manhaj tarjih yang menjadi acuan muhammadiyah dalam ibadah dan muamalah.
Salah satu hal yang menyebabkan pemahaman salafi ini mampu mampu melenggang kangkung menggeser manhaj tarjih Muhammadiyah pada anggota persyarikatan, diantaranya masifnya gerakan salafi wahabi dalam menyebarkan pemahaman mereka melalui sosial media yang diiringi kemunculan banyaknya da’i salafi.
Jika kita perhatikan maka akan sangat banyak ditemui da’i salafi yang menyebarkan pemahaman mereka dengan aktif di sosial media yang jumlahnya sangat jauh mengalahkan jumlah Da’i Muhammadiyah yang dikenal masyarakat, bahkan sangat jarang sekali ditemui Da’i Muhammadiyah yang membahas pemahaman beragama dalam kacamata Tarjih Muhammadiyah
Muhammadiyah sendiri memiliki sebuah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang dikenal dengan nama Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) yang berdiri sejak 10 April 1968 dimana dalam profinya disebutkan sebagai bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah dengan program khusus yang mendidik dan mempersiapkan ulama tarjih Muhammadiyah yang berkompeten dalam bidang keulamaan, keilmuan, da’wah tafaquh fi ad-Diin, pendidikan dan kepemimpinan Islam.
Melihat dari nama dan profilnya saja tentu kita semua mengetahui dan berharap bahwa lulusan dari AUM ini akan menjadi garda terdepan yang mensyiarkan dan menjadi benteng manhaj tarjih muhammadiyah namun sepertinya kiprah mereka tidak terlalu diketahui di khalayak umum, maka menjadi layak akan timbul pertanyaan “kemana para alumni PUTM ini?
Kita tentu berkhusnudzan bahwa mereka mengamalkan ilmu dan berkiprah di berbagai tempat seperti kampus, sekolah Muhammadiyah serta menjadi bagian dari struktural di Muhammadiyah namum kiprah mereka yang lebih luas di masyarakat tentu menjadi sesuatu yang dinantikan.
Melihat gempuran semakin banyaknya paham yang semakin beragam di masyarakat para lulusan PUTM yang memang dipersiapkan untuk menjadi ulama tarjih muhammadiyah tentunya sangat diharapkan untuk bisa menguatkan dan membentengi warga serta simpatisan Muhammadiyah, karena seringkali ruang kosong persoalan yang dihadapi umat yang sejatinya sudah difatwakan dalam tarjih, tidak diketahui karena kurangnya para da’i yang menyampaikan menjadi celah masuk paham yang tidak sejalan dengan manhaj tarjih muhammadiyah. (*)