Site icon TAJDID.ID

Prof Haedar Nashir: Intelektualitas Perlu Dikaryakan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si,

TAJDID.ID~Yogyakarta || Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Djazman Al-Kindi bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DPD IMM DIY) telah melaksanakan Seminar Kebangsaan dan Lauching Buku bertempat di Gedung Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) DIY, Selasa (15/10/2023).

Judul buku yang dilaunching adalah “Moderasi Keindonesiaan dalam Pendidikan Islam Tela’ah Kritis Pemikiran Haedar Nashir”. Buku tersebut merupakan buah pikiran dari Muh. Akmal Ahsan atas tesis magister beliau dalam bidang Pendidikan Islam. Muh. Akmal Ahsan Juga merupakan Ketua Umum DPD IMM DIY.

Pada kegiatan ini turut mengundang Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si, sebagai Keynot Speaker. Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, sebagai Pembedah Buku. Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H, sebagai pembicara pidato kebangsaan. Serta Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) M. Afnan Hadikusumo untuk memberikan sambutan.

Ketika kegiatan ini dibuka, sambutan pertama disampaikan oleh M. Haidar Albana Ketua Umum PC IMM Djazman Al-Kindi sekaligus Koordinator acara. pada sambutannya M. Haidar Alban menyampaikan bahwa adanya karya ini merupakan inspirasi bagi semua dalam membangun peradaban.

“Bahwasanya Mas Akmal memberikan inspirasi kepada seluruh kader IMM DIY bahwa intelektualitas perlu dikaryakan karena hal itu merupakan instrumen membangun peradaban. Dan semangat membangun peradaban adalah sunah rasul dimiliki oleh Muhammadiyah” tutur Haidar.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh DPD RI M. Afnan Hadikusumo, yang menyambut baik kegiatan-kegiatan dalam pengembangan literasi. Menurut Afnan kegiatan ini juga senafas dengan agenda-agenda DPD RI yang terus berupaya nenjalankan cita-cita kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Seterusnya adalah penyampaian testimoni oleh Muh. Akmal Ahsan selaku penulis buku. Akmal menyampaikan bahwa karya ini merupakan upaya yang dilakukan oleh penulis dalam menelaah secara mendalam dan kajian komperhensif terkait gagasan moderasi keindonesaiian Haedar Nashir.

Akmal juga menekankan bahwa dorongan besar dalam menulis buku ini bukan karena kekaguman subyektif dan sosok pak Haedar melainkan untuk menguji kemungkinan dan potensi penerapan gagasan moderasi keindonesaan Haedar Nashir.

“Buku ini merupakan upaya intelektual saya untuk menobjektifikasi kekayaan pemikiran, konsistensi sikap yang dimiliki Prof. Haedar Nashir serta memperluas radius pemikiran beliau. Saya ingin, agar pemikiran Prof. Haedar Nashir dapat kita proyeksikan menjadi agenda praksis di seluruh kehidupan”. pungkasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pidato kebangsaan yang disampaikan oleh Irjen Pol Suwondo Nainggolan yang selalu mengapresiasi agenda-agenda yang dilakukan oleh Muhammadiyah selama beliau diundang. Beliau juga mengapresiasi lahirnya karya dari Muh. Akmal karena bagi beliau buku merupakan dokumentasi dari pemikiran dan juga perbuatan. Bahkan beliau menyarakan kepada penulis agar dapat menjadi tokoh yang terus berbicara tentang moderasi keindonesaan, serta menggaungkan tentang persatuan dan perdamaian agar bangsa ini terus mengedepankan perasaan kemanusiaan bagi sesama.

“Kami sangat menyambut baik adanya buku ini, maka kepada penulis buku Mas Akmal jadilah tokoh dan guru besar yang terus berbicara mengenai masalah ini.” ujar Irjen Pol Suwondo Nainggolan.

Tampil sebagai  Keynot Speaker, Prof Haedar Nashir mengatakan, bahwasanya dalam moderasi dalam Pendidikan Islam yang harus menjadi titik tumpu yang teguh adalah Pancasila agar tidak terjadi tarik menarik antara ekstrim kiri maupun ekstrim kanan. Hal ini dikarenakan Pancasila merupakan buah pemikiran yang moderat.

“Ketika saya mendalami betul pemikiran para tokoh-tokoh Indonesia saya sampai pada kesimpulan bahwa konstitusi kita dan Pancasila merupakan buah dari pemikiran yang moderat. Karena perdebatan dalam BPUPKI sarat akan pemikiran yang beragam, sehingga hal ini merupakan kompromi moderat yang dalam Muhammadiyah menjadi fiqih siyasah yaitu negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah,” jelasnya.

Prof. Haedar juga sangat berterima kasih kepada Muh. Akmal Ahsan, walaupun menurut Prof. Haedar banyak jurnalis dan mahasiswa yang ingin menulis biografi dan pemikirannya tetapi tidak diizinkan.

“Khusus untuk Mas Akmal terima kasih atas bukunya, sudah lama ada yang mau nulis terkait biografi dan pemikiran saya tetapi tidak saya izinkan. Karena punya mas Akmal ini merupakan tesis yang sudah disetujui oleh pembimbing, karena itu saya tidak memiliki hak disana. Ketika saya dihubungi Mas Akmal untuk diwawancarai saya sampaikan untuk mengambil tulisan-tulisan saya di sosial media agar tidak ada campur tangaan saya terkait isi didalam karya ini.” ungkap Prof Haedar.

“Buku ini juga penting, mengingatkan kita agar jangan malas belajar terkait pemikiran-pemikiran tokoh. Karena perjalanan bangsa ini masih sangat panjang dan kita semua harus tetap banyak-banyak belajar,” kata Prof Haedar

Setelah Penyampaian oleh Prof. Haedar, Acara kemudian dilanjutkan dengan bedah buku oleh Prof. Dr. H. Irwan Akib bersama dengan Penulis Muh. Akmal Ahsan yang dimoderatori oleh Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK IMM DIY) Haryono Kapitang. (*)

Exit mobile version