Site icon TAJDID.ID

Merdeka dalam Pembelajaran Sains Menggunakan V-Lab

Oleh: Deden Taufik Hidayat

Refleksi dari peristiwa Pandemi tahun 2019, dunia pendidikan khususnya Indonesia waktu itu demikian “gabut”. Pembelajaran di Sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya menjadi tidak terarah, karena tidak mungkin libur dalam waktu yang tidak pasti. Akhirnya, pemerintah memberikan instruksi agar pembelajaran tetap dilakukan tetapi dengan konsep PJJ atau pembelajaran jarak jauh (Surat Edaran Kemendikbud Nomor 3 Tahun 2020).

Hal ini tentu memberi masalah baru, karena sebagian besar Sekolah di Indonesia belum disiapkan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan pola pembelajaran semacam itu. Dengan demikian, setiap Sekolah disamping melaksanakan kegiatan pembelajaran, Sekolah juga harus belajar bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan pola seperti itu.

Bagi Sekolah-sekolah hebat tentu masalah bukanlah sebuah kendala, seperti kata pepatah, orang hebat adalah orang yang mampu menciptakan ide atau peluang dari masalah yang dihadapinya. Tentu saja bagi Sekolah-sekolah hebat, masalah ini adalah peluang untuk berinovasi. Mereka kemudian mulai menerapkan pembelajaran inovatif dengan bantuan teknologi berupa aplikasi-aplikasi media pembelajaran online berbasis visual, audio visual, video interaktif, dll. Meski banyak kendala dalam proses penggunaannya, tetapi seiring waktu berjalan, menjadi terbiasa dan lebih interaktif layaknya pembelajaran di kelas riil.

Masalah yang muncul kemudian adalah dalam melaksanakan pembelajaran Sains atau IPA, seperti pembelajaran Biologi, Fisika, Kimia, Astronomi, dan lain-lain, dan termasuk juga mata pelajaran lain yang membutuhkan praktikum. Seperti diketahui, bahwa pelajaran-pelajaran IPA selalu khas dengan praktikum atau eksperimennya. Praktikum tersebut ternyata tidak bisa dilaksanakan dengan aplikasi-aplikasi pembelajaran online yang biasa dilakukan, praktikum membutuhkan ruang dan peralatan laboratorium secara langsung. Dari sinilah kemudian dibutuhkan suatu Laboratorium yang bisa secara Virtual diakses layaknya Laboratorium fisik. Guru-guru Sains kemudian mulai banyak menggunakan Laboratorium Virtual untuk kegiatan Praktikum yang tidak bisa dilaksanakan di Laboratorium Sekolah secara langsung.

Pada perkembangannya, Laboratorium Virtual atau disebut juga V-Lab, sekarang tidak saja digunakan pada masa Pandemi, tetapi pasca Pandemi pun guru-guru Sains dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Apalagi dalam wacana penerapan Kurikulum Merdeka seperti saat sekarang ini, pembelajaran tidak mesti kaku selalu di ruangan saja, pembelajaran bisa dimana saja, di dalam ruangan, di luar ruangan, bahkan di ruangan virtual. Sumber dan media belajar bisa secara variatif digunakan, hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Lebih khusus lagi bagi Sekolah yang tidak memiliki Laboratorium lengkap, maka penggunaan V-Lab dapat menjadi alternatif penggantinya. Penggunaan V-Lab menjadi sebuah solusi bagi guru Sains dalam mengajar, pembelajaran sains menjadi lebih menyenangkan, lebih praktis dan bisa di eksplor tanpa takut bahaya layaknya laboratorium fisik.

V-Lab merupakan salah satu produk Teknologi Pendidikan berupa layanan website aktif atau aplikasi media pembelajaran yang bisa digunakan guru dan peserta didik saat belajar Sains secara Virtual menggunakan komputer atau smartphone. Media ini dapat menjadi solusi untuk keterbatasan atau ketiadaan perangkat Laboratorium. Melalui Laboratorium Virtual, simulasi suatu kondisi praktikum yang kompleks, terlalu mahal, beresiko dan berbahaya, yang kadang sulit untuk dilakukan dalam kondisi riil, menjadi mudah untuk dilakukan. Laboratorium berbasis aplikasi ini memungkinkan siswa dan bahkan mahasiswa atau masyarakat pada umumnya dapat melakukan praktikum atau percobaan-percobaan atau simulasi-simulasi seolah dibawa kepada fenomena atau setting peralatan laboratorium yang nyata tanpa takut resiko atau bahaya yang mungkin terjadi.

Dilihat dari segi anggaran, membuat sebuah Laboratorium Virtual juga relatif terjangkau dan minim perawatan. Apalagi jika di Sekolahnya sudah terdapat Laboratorium Komputer, pemasangan dan penggunaan Aplikasi V-Lab IPA akan jauh lebih mudah. Jika hal itu masih terlalu merepotkan, maka penggunaan V-Lab juga bisa dilakukan langsung dengan menginstal aplikasi-aplikasi di Google Play atau App Store atau membuka website yang menyediakan layanan simulasi Laboratorium Virtual. Ada cukup banyak situs dan aplikasi V-Lab yang disediakan saat ini di antaranya: PhET Simulation, Lab4u, Physich Lab, Myphysicslab, MEL VR Simulations, 3D Biology+, Human Anatomy, Chemistry Lab, Vascak, Vlaby, Virtual Lab Kemendikbud, dan lain-lain.

Seluruh aplikasi tersebut menyediakan banyak materi yang dapat dipilih sesuai dengan capaian pembelajarannya. Melalui aplikasi V-Lab, guru sains dan peserta didik tetap dapat melaksanakan praktikum, melakukan eksperimen, mengolah hasil-hasil praktikum dengan lebih cepat meskipun memiliki keterbatasan atau ketidatersediaan laboratorium fisik di Sekolahnya,. Tampilan yang disediakan juga cukup menarik perhatian, dan layaknya bermain game, peserta didik akan lebih fokus dan tidak mudah mengalami kebosanan. Dengan demikian, penggunaan Laboratorium Virtual akan membuat pembelajaran Sains jauh lebih menyenangkan, belajar Sains lebih merdeka, capaian pembelajaran lebih cepat karena peserta didik bisa melakukan eksperimen berulang-ulang, kapan saja, dan dimana saja. (*)

Deden Taufik Hidayat (Guru SMA Islam Kreatif Muhammadiyah Cianjur, Mahasiswa S2 Magister Teknologi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta), Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd (Dosen S2 Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Exit mobile version