Site icon TAJDID.ID

Haedar Nashir Minta Pengajian Muhammadiyah Jangan Sampai Pilih Da’i

Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (foto: muhammadiyah.or.id)

TAJDID.ID~Sleman || Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta cabang dan ranting, termasuk seluruh pengajian di lingkungan Muhammadiyah untuk memperhatikan da’i yang diundang untuk mengisi pengajian.

Dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Haedar mengingatkan, jangan sampai salah pilih da’i yang akan mengisi materi pengajian di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Jangan sampai pengajian Muhammadiyah mengundang dai yang tidak kompeten ilmunya, dan diragukan Kemuhammadiyahannya.

“Jangan sampai mubaligh yang kita undang ini tidak memahami atau tidak punya ilmu, dan juga tidak paham pandangan-pandangan Muhammadiyah dan Majelis Tarjih.” ujar Haedar dalam Agenda Peresmian Kantor Bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gamping, Kabupaten Sleman, Selasa (11/7).

“Sekurang-kurangnya, mubaligh yang diundang untuk mengisi pengajian di Muhammadiyah memiliki pengetahuan dalam bidang ilmu hadis, tafsir, nahwu, saraf, fikih, dan juga membaca produk keagamaan yang dihasilkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah,” imbuhnya.

Lebih lanjut Haedar mewanti-wanti supaya cabang dan ranting Muhammadiyah untuk berhati-hati ketika mengundang mubaligh. Jangan sampai mengundang mubaligh yang gemar memicu perpecahan, serba anti, suka marah-marah, bahkan menyelisihi putusan organisasi.

Terkait dengan metode mengaji, Haedar mencontohkan dan mendorong untuk meniru cara pengajian yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan. Pengajian isinya bukan marah-marah, melainkan dilakukan dengan ramah dan berdampak konkrit pada perubahan masyarakat ke arah maju.

“Muhammadiyah ini pembaharu, antara ad-din dan ad-dunya itu menjadi kesatuan hidup kita untuk menjadi khalifatu fil ardh.” sebutnya.

Haedar mengingatkan warga Persyarikatan Muhammadiyah, tidak terputus pada urusan Ketuhanan saja, dan melalaikan urusan dunia. Oleh karena itu, mubaligh Muhammadiyah tidak boleh melepaskan diri dari dunia, misalnya dengan meninggalkan dan lepas tanggung jawab kepada keluarga dengan alasan dakwah.

Haedar meminta Mubaligh Muhammadiyah dalam menyampaikan materi pengajian supaya sesuai dengan Manhaj Tarjih Muhammadiyah, yaitu merujuk ke Al Qur’an dan As Sunnah yang kuat, memahami nash Agama Islam dengan pendekatan teks (bayani), konteks (burhani), dan rasa/intuisi (irfani).

Hal itu diharapkan supaya warga Persyarikatan Muhammadiyah tidak terjebak dalam hijrah simbolik. Dalam pandangan Haedar, hijrah tidak dalam urusan-urusan instrumental yang rigid. Melainkan pada suatu yang besar dan substansial untuk memajukan dan mencerahkan umat. (*)

Exit mobile version