Semuanya Pantas
Karya: Silfi Windriyani
Rembulan mengintip di balik awan Anak-anak tertidur kelelahan
Di atas alas tipis dan dingin
Wajah mereka polos tak mengerti apa-apa
Sunyi di tengah malam menghantuiku Melihat wajah mereka yang lelah
Terbesit keinginan untuk menghangatinya
Oh… malangnya mereka, tak kenal angka tak kenal huruf Apa negeri ini bisa dibilang baik?
Oh adikku, kemarilah tanganmu Ku taruh sebuah lentera yang indah Kakakmu ini berpesan kepadamu Dengan lentera sebagai pengikat
Oh adikku, sinarilah mereka
Sinarilah negeri ini dengan cahaya lentera ini
Ini adalah sebuah pengabdian, sebuah hasil dari perjalanan panjang Ini adalah ilmu, sebuah lentera yang tak akan padam
Bagilah cahaya ini ke mereka Mereka juga layak seperti kita
Layak belajar, layak mendapat pengetahuan
Ilmu tak kenal struktur sosial Ilmu berhak dipelajari siapa saja
Karena inilah sejatinya sebuah lentera abadi
Kekuatan
Karya: Silfi Windriyani
Suatu lentera datang menuntun pada hal tak disuka Berusaha menolak segala realita
Namun lentera memaksa hati tuk terus menerpa Menerpa segala beban tak disuka
Mula tak suka menjadi suka
Mula benci beranjak pada sejuta mimpi Selalu terbenak lika liku kehidupan Nan jauh dari segala tersayang
Mulai beranjak dengan tertekan
Menekuni sebuah perintah Kini semua tidaklah berat
Jiwa raga abdikan pada ketidaktahuan Menerangi bagai lentera
Karena biasa bisa mengalahkan kegelapan
Optimis menggulung kepesimisan
Terimalah segala paksaan kebaikan demi kemerdekaan Hasil pun tak akan jahat bagi mereka yang memang benar Dipaksa…terpaksa…terbiasa…bisa…luar biasa
Datang Kembali
Oleh: Silfi Windriyani
Kupikir diriku lenyap pasca terjadi Terkubur dalam, di dasar bumi Tak terlihatpun seujung jari
Tak satupun mengetahui Hanya angin yang melintasi Lewat telinga kanan dan kiri Cukup sudah langkah ini
Hanya bias bersimpuh di bayang pohon berduri
Kala itu, sudah ada harapan Hancur lebur jalan tujuan Bagai debu beterbangan Hanya tangis pilu tersisasakan Yang meluap jadi lautan Kosong sudah pengorbanan
Penderitaan lah yang ada di hadapan
Hadir tuk kedua kali Tak tersebesitkan terjadi Kobarkan nyala api Dengan berbekal jati diri
Gemparkan suara dunia Dengan kepakan sayap garuda Mencoba tuk genggam cahaya Lewat tangan para pemuda
Itulah mengapa mereka kembali ada
Sang Pengabdi
Karya: Silfi Windriyani
Disaat semua orang masih sibuk dalam mimpinya Kau bangkit dan berjalan menyusuri jalan berdebu Terus berpacu waktu emas demi para penerus ilmu
Kau tak hiraukan dinginnya angina pagi yang menerpa
Bulu kudukmu yang sesekali meremang karena angina kencang Mengabaikan suara klakson yang melengking di garis abu Berbagi ilmumu untuk membuka wawasan kami
Wajah lugu yang haus akan ilmu menari di pelupuk matamu
Seribu tinta yang kau habiskan untuk mengajari kamu Seperti mengajar ribuan ikan tuna di lautan
Yang terbungkus dalam angan-angannya
Hanya semangat, do’a dan harapan yang keluar dari mulutnya
Karenamu aku bisa menulis sejak ini Karenamu juga kita bisa paham sejak ini Kau adalah sang pengabdi
Persahabatan
Karya: Silfi Windriyani
Wahai sahabatku
Matahariku dan pelangi hidupku
Kamu adalah orang terbaik dalam hidupku Seperti persahabatan terbaik kita
Wahai pelangi dalam hidupku Saat aku melihat hujan
Dan kemudian saya melihat pelangi Itu seperti persahabatan kita
Penuh warna
Hujan dan pelangi itu Seperti momen persahabatan Ada suka dan duka
Momen persahabatan yang paling indah
Wahai sahabatku dan matahariku
Persahabatan kita akan selalu menjadi matahari Yang tidak pernah pergi, selama-lamanya
Biodata
Silfi Windriyani adalah mahasiswi UIN SAIZU Purwokerto