Site icon TAJDID.ID

Istilah-istilah Khas Solo ini Perlu Diketahui Penggembira Muktamar

Potret Kota Solo (Solopos-Nicolous Irawan)

TAJDID.ID || Salah satu kekayaan Indonesia terletak di bahasa. Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Ada daerah-daerah tertentu yang beda kampung beda bahasa. Meskipun kampung itu bertetangga, masing-masing memiliki bahasa daerah yang berbeda.

Solo merupakan salah satu kota budaya. Sebagai salah satu bekas pusat kerajaan Mataram, Solo mewarisi nilai-nilai Jawa yang kental. Kendati demikian, peradaban yang terus berkembang membuat budaya mengalami perubahan dan pergeseran. Dalam hal bahasa, ada beberapa bahasa yang khas Solo yang sulit dipahami oleh orang Jawa selain Solo, lebih-lebih orang luar Jawa.

Kota Solo memiliki istilah-istilah khas yang populer yang membuat orang di luar Solo sulit memahami. Sebelum Anda datang ke Solo untuk mengikuti gelaran Muktamar 48 Muhammadiyah Aisyiyah, pastikan memahami istilah-istilah di bawah ini agar tidak bingung ketika memahami basasa Wong Solo.

1. Bangjo
Bangjo adalah istilah untuk lampu merah atau traffic light yang populer bagi masyarakat Jawa. Bangjo merupakan singkatan dari abang yang berarti merah dan ijo yang berarti hijau. Bagi masyarakat non Jawa yang pertama kali datang ke Jawa biasanya akan bingung ketika orang Jawa menyebut istilah bangjo.

Jika Anda bertanya tentang tujuan tertentu di Solo, biasanya yang ditanya akan menggunakan patokan lampu merah. Namun, jangan kaget ketika mereka menggunakan istilah bangjo, bukan lampu merah atau traffic light.

2. Mokmen
Istilah mokmen adalah istilah khas Solo. Istilah ini berarti kegiatan polisi yang melakukan razia di jalan. Jika ada yang bilang “Aku kena mokmen,” itu artinya dia sedang ditilang oleh polisi karena sebuah pelanggaran. Jika Anda diperingati oleh seseorang agar tidak melewati jalan tertentu karena ada mokmen, maka itu berarti ada razia polisi. Namun, konon belakangan razia di jalan sudah tidak ada lagi, digantikan dengan e-tilang.

3. Oglangan
Oglangan artinya mati lampu atau mati listrik. Oglangan secara bahasa sebenarnya berarti giliran. Yaitu giliran untuk mati lampu. Konon, dulu, karena listrik belum merata, setiap daerah mendapatkan giliran untuk mati listrik. Maka, ketika daerah tertentu mendapatkan giliran untuk mati listrik, orang Solo biasa menyebut daerah tersebut sedang oglangan. Ketika Anda sedang berada di Solo dan ternyata mati listrik, Anda dapat menggunakan istilah oglangan ketika bicara dengan orang-orang sekitar.

4. Cagak Ting
Cagak ting berarti tiang listrik atau tiang lampu. Selain berfungsi sebagai salah satu komponen utama dari konstruksi distribusi saluran udara yang menyangga hantaran listrik, di Solo cagak ting juga berfungsi sebagai penanda dan petunjuk jalan. Cagak berarti tongkat atau tiang. Sementara ting berasal dari bunyi “ting” ketika dia dipukul dengan benda. Jadilah disebut cagak ting. Alias cagak yang bunyinya mak ting.

5. Gambar Corek
Gambar corek adalah istilah khas orang Solo untuk menyebut kartun. Asal usul kata ini memang agak sulit untuk dilacak. Namun, secara sederhana, corek artinya coret atau coretan. Mungkin karena kartun merupakan gambar yang berasal dari coret-coretan sehingga disebut gambar corek. Di Solo, semua kartun seperti Spongebob, Naruto, dan lain-lain itu disebut sebagai gambar corek.

Ada banyak istilah lain yang perlu Anda pahami supaya bisa mengikuti percakapan orang-orang Solo. Istilah-istilah di atas hanya sedikit contoh yang perlu Anda pahami sebelum datang ke Kota Solo. (Yusuf).

Sumber: muhammadiyahsolo.com

Exit mobile version