Site icon TAJDID.ID

Dosen FK UMSU Edukasi Masyarakat Terkait Makanan yang Terkontaminasi Bahan Kimia

TAJDID.ID~Medan || Tiga oarang Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FK UMSU) yakni: dr. Isra Thirsty, M.Biomed, dr. Amelia Eka Damayanty, M.Gizi dan dr. Nanda Sari Nuralita, SpKJ melakukan kegiatan  pengabdian masyarakat di Kelurahan Tegal Sari Mandala 2 dan Kelurahan Tegal Sari Mandala 3, kecamatan Medan Denai, 30 Juni 2022.

Kegiatan Pengabdian masyarakat ini mengusung tema “Mengenali Makanan yang Terkontaminasi Bahan Kimia dan Dampaknya Terhadap Kesehatan dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Keluarga”.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberi edukasi kepada masyarakat, khususnya warga Tegal Sari Mandala 2 dan Tegal Sari Mandala 3 mengenai dampak bahan kimia dalam makanan terhadap kesehatan serta cara mengenali bahan kimia dalam makanan.

Dalam paparannya, dr. Amelia Eka Damayanty, M.Gizi menjelaskan, bahwa kesehatan memiliki makna yang sangat luas.

Dituturkannya, menurut badan organisasi kesehatan dunia (WHO) kesehatan didefinisikan sebagai suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Konsep paradigma sehat memandang pola hidup sehat yang holistik dan komprehensif dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan secara berkesinambungan.

“Salah satu pola hidup sehat yang harus diperhatikan adalah pola konsumsi makanan, dimana kegiatan makan ini dilakukan setiap manusia sejak dalam kandungan hingga akhir hayat,” sebut dr Amelia.

“Makan ini merupakan hak dasar manusia untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan namun kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan juga akan sangat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, sehingga keamanan pangan sangat urgensi saat ini,” imbuhnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, makanan sangat beragam mulai dari jenis, proses, pengemasan hingga perkembangan rekayasa genetik yang sudah mampu menciptakan spesies baru bahan makanan tertentu, misalnya pada buah-buahan ataupun sayuran. Salah satu yang sangat mengkhawatirkan akan dampaknya terhadap kesehatan adalah pemrosesan makanan dengan penambahan berbagai bahan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan cita rasa, estetik hingga tujuan meraup keuntungan yang besar.

Menurut dr Amelia, bahan tambahan pangan (BTP) ini tidak menjadi masalah apabila berasal dari bahan alami seperti daun pandan atau kunyit untuk pewarna makanan, namun berbahaya jika menggunakan bahan kimia seperti formalin yang digunakan untuk mengawetkan makanan, sementara lazimnya digunakan untuk mengawetkan mayat, rhodamin B yang merupakan pewarna pada industri tekstil namun digunakan untuk memberi warna pada makanan agar terlihat lebih menarik atau boraks yang dalam kesehariannya berfungsi sebagai pembersih, fungisida, herbisida dan insektisida namun digunakan sebagai pengenyal dalam makanan dan bahan kimia lainnya yang tentunya akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan.

Dampak negatif ini dapat timbul dalam jangka waktu yang singkat (segera) setelah terpapar yaitu berupa gejala keracunan makanan akut seperti sakit perut hebat, muntah, diare, pusing, kejang hingga penurunan kesadaran dan kematian tergantung dosis yang digunakan atau dapat juga timbul dimasa yang akan datang sebagai akumulasi dari bahan kimia tersebut antara lain kanker.

Dokter Amelia membeberkan, saat ini kasus penyakit kanker semakin meningkat bahkan dapat terjadi di semua usia. Penderita kanker tentunya memiliki kualitas hidup yang menurun. Selain penyakit kanker, tentunya pemanis sintetis yang sering digunakan pada industri makanan juga dapat memberikan dampak jika dikonsumsi berlebihan, contohnya adalah penyakit degeneratif yang bersifat kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi akibat konsumsi monosodium glutamate (MSG) berlebihan dimana BTP ini sering ditemukan pada snack atau jajanan anak-anak hingga makanan cepat saji dan produk olahan, sehingga dapat memengaruhi kesehatan dimasa mendatang.

“Bukan hanya dapat menyebabkan penyakit, namun penyakit-penyakit kronis ini tentu dapat menimbulkan komplikasi dengan berbagai kegagalan organ, ketergantungan terhadap obat atau tindakan medis tertentu untuk mempertahankan kehidupan yang pastinya akan memengaruhi produktifitas dan kualitas hidup,” tutupnya.

Sementara itu dr. Isra Thristy, M.Biomed dan pemaparannya menjelaskan, selain pentingnya pengetahuan masyarakat mengenai kandungan bahan kima berbahaya yang terdapat pada makanan serta dampaknya bagi kesehatan, masyarakat juga perlu dibekali mengenai cara mendeteksi sederhana kandungan bahan kimia berbahaya pada makanan tersebut.

Dokter Isra mengungkapkan, salah satu mekanismenya adalah dengan mengenali tanda-tanda makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya tersebut dari warnanya, bau, tekstur dan ketahanan makanan tersebut.

“Selain itu juga cara deteksi dengan menggunakan metode sederhana yang dapat dilakukan oleh masyrakat dengan menggunakan bahan yang terdapat di lingkungan sehari-hari dan dengan biaya yang murah. Antara lain menggunakan kunyit untuk mendeteksi kandungan formalin pada makanan,” ujar dr Isra.

Menurut dr Isra, pengetahuan akan BTP ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sehingga tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan dampak bahan kimia dalam makanan.

“Diharapkan dimulai dari keluarga yang merupakan populasi terkecil ini dapat menjaga kesehatan dengan meminimalkan paparan bahan kimia dalam makanan sehari-hari dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan hingga pencegahan timbulnya penyakit,” kata dr Isra.

Penyuluhan selanjutnya disampaiakan dr. Nanda Sari Nuralita, SpKJ. Ia menjelaskan, selain pentingnya pengetahuan masyarakat mengenai kandungan bahan kima berbahaya yang terdapat pada makanan, masyarakat hendaknya juga memahami dampak gangguan psikis terhadap kesehatan tubuh.

Menurut dr Nanda, salah satu gangguan psikis yang sering kita jumpai pada masyarakat Indonesia adalah stres. Stres adalah gangguan terhadap tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan kehidupan. Ia mengutip pendapat Charles D. Speilberger yang mengatakan stres adalah suatu respons tuntutan eksternal pada diri seseorang yang berhubungan dengan objek lingkungan atau respons stimulus yang dianggap berbahaya. Stres dapat juga merupakan tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Dokter Nanda juga membeberkan laporan penelitian yang dilakukan World Health Organization pada tahun 2006, prevalensi gangguan jiwa adalah 100 jiwa per 1000 penduduk. Stres telah menyebabkan kerugian ekonomi Negara Amerika Serikat lebih dari $100 miliar per tahun, dan diperkirakan 40% dari kasus keluar masuknya tenaga kerja disebabkan karena masalah stres.

Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menunjukkan jumlah penduduk DKI Jakarta saat ini mencapai 9,5 juta jiwa. Jumlah penduduk yang stres mencapai 1,33 juta (14% dari 9,5 juta), sementara stres berat mencapai 95.000-285.000 orang (1-3% dari 9,5 juta).

Dalam menghadapi stres, kata dr Nanda, dapat dilakukan langkah-langkah manjemen stres untuk mengurangi stres yang muncul.

“Jika stres terus berlanjut dan menimbulkan gejala psikosomatis, pengobatan stres harus dibarengi dengan pemberian obat-obatan. Perlu peranan psikiatri dalam mengobati dan menanggulangi gangguan stres yang muncul,” katanya. (*)

Exit mobile version