Oleh: Alif Sarifudin Ahmad
And someone still choose only smile to get happiness, eventhough the cry more strongly to get happiness
Have to balanced between smile and cry.
Dan seseorang tetap memilih hanya tersenyum untuk mendapatkan kebahagiaan, meskipun tangisan lebih kuat untuk mendapatkan kebahagiaan Harus seimbang antara tersenyum dan menangis (ASA-UGD).
Mencari Matahari 2
Lyrik: ASASenyum dan tangisan cinta telah pergi
Bagai sinar Matahari di malam hari….
Tak mungkin kudapatkan sinarnya lagi
Sahabatku hanya nyanyian sunyi.
Biarlah kutulis sebaris doa bersahabatkan mimpi.Aku tak peduli lagi dengan cinta dan janji.
Mencari sahabat setia bagai mencari matahari
di kegelapan malam hariKetidakadilan jadi kebiasaan
Pengkhianatan adalah perjuangan
Kezaliman menentukan kebijakanCemburu dan duka pergilah
Selingkuh cinta sirnalah
Syafaat cinta datanglah
Tangisan cinta senyumlahMerangkai damai para syuhada cinta
Menggapai bahagia
Tinggalkan duka rintihan lukaPeruangan cinta tak ada akhirnya
Tuk dapatkan syafaat sahabat
Saat cinta dikobarkan
Di dalam panji-panji kemenangan
Lirik lagu di atas untuk menyempurnakan Mencari Matahari pertama yang telah penulis upload di chanel youtube sejak 1 tahun lalu tepatnya 25 Mei 2021. Penulis berharap lagu Mencari Matahari kedua ini mendapat sambutan yang positif dari pencinta ASA. Mencari Matahari yang kedua ini sebagai upaya menepis penderitaan cinta yang mengharukan untuk mendapatkan syafaat cinta untuk menguatkan karya di sisa usia dan menghindari sakit hati serta putus asa.
Walaupun di dunia ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mentakdirkan kita untuk bersatu dalam cita dan cinta, tetapi ada yang lebih harus kita syukuri, yakni Allah telah mempersatukan kita sebagai orang yang beriman dan bersahabat itulah bagian dari syafaat sahabat di dunia yang bisa mengantarkan ke surga. Kita ingin kelak di akhirat mendapatkan syafaat sahabat untuk bersama di surga. Syafaat Sahabat di dunia adalah syafaat yang bisa bermandikan di dua sungai cinta, yaitu sungai kebaikan serta sungai taubatan-nasuha.
Memilih sahabat yang shalih adalah upaya untuk merawat persahabatan agar kita sampai ke surga. Perlu diperjuangkan dalam hidup bahwa seorang muslim yang berupaya untuk masuk surga tidak hanya berjuang untuk menyayangi keluarga dan kerabatnya saja, tetapi juga berjuang mengajak sahabat setia untuk masuk surga bersama.
Sahabat setia adalah sahabat yang mengajak ke surga bukan hanya mencari kesenangan di dunia saja.
Kalau kita bersahabat hanya mengharap kesenangan di dunia saja, maka tidak akan abadi dalam menuai kebahagiaan. Bahkan, perahabatan yang tidak hati-hati akan menimbulkan musibah cinta yang berujung kepada dosa. Sungai musibah merupakan sungai ujian bagi orang yang beriman dan menjadi ibrah untuk hikmah kehidupan yang lebih baik lagi. Sakit, dendam, iri, dengki, cemburu, kebencian, permusuhan, perbedaan, saling menyakiti seharusnya segera kita hapus untuk memperolah syafaat sahabat di surga.
Sahabat yang sudah menjadi saudara akan menjadi syafa’at (penolong) di Yaumil Akhir apabila dirawat dengan baik. Karena itu perbaikilah hubungan dengan sahabat yang tidak saling menyakiti. Dalam Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, syarh Imam Nawawi mengatakan, syafaat orang-orang beriman adalah bagi sahabat yang masuk neraka, lalu Allah memerintahkan orang-orang yang memberikan syafaat agar mengeluarkan mereka darinya atau kepada orang yang seharusnya ke neraka.
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersbda,
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (HR. Bukhari, Muslim).
Disebutkan, para ahli surga manakala mereka memasuki surga, akan tetapi mereka tidak mendapati teman dan sahabat mereka sewaktu di dunia, maka mereka akan bertanya kepada para malaikat, “Wahai Malaikat, kemana teman-teman kami dulu sewaktu di dunia?”. Malaikat menjawab, “Teman-teman kalian sedang berada di neraka!” Maka para ahli surga memohon kepada Allah Ta’ala agar teman dan sahabat mereka dibebaskan dan dimasukkan ke dalam surga bersama mereka. Allah pun mengabulkan permohonan mereka serta memerintahkan. “Jemputlah teman dan sahabat kalian di neraka dan bawalah bersama kalian ke surga, meskipun hanya ada satu dzarrah iman di dalam hatinya!” “Berkat permohonan itu, maka dibangkitkanlah para penghuni neraka , karena mereka pernah saling mengenal dan berteman sewaktu masih berada di dunia. Carilah teman-teman yang akan mencarimu di akhirat,”.
Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata: “Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (muslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka peganglah erat-erat”.
Sahabat setia bukan berarti menyukai seluruh teman yang kita kenal tetapi kita harus cerdas memilih sahabat-sahabat yang mengajak kita ke surga. Tidak semua teman yang kita kenal akan memberikan syafaat, ada juga teman yang mempunyai keinginan untuk mendekati kita karena ada harapan yang mungkin kita tidak mengetahui, kita harus waspada ada juga teman yang menjerumuskan kita ke neraka.
Tangisan cinta, merasakan penderitaan sahabat, dan peduli dengan kasih sayang sesama orang beriman, serta senyuman sebagai bagian dari ibadah akan menimbulkan persahabatan yang penuh dengan bunga-bunga pahala. Pererat jalan itu di antaranya dengan shalat berjamah, mengikuti kajian bersama, saling berbagi, saling silaturrahiem, saling mendoakan, saling membantu, dan menjaga perasaan untuk tidak saling menyakiti.
Berikut penulis hadirkan kisah nyata persahabatan yang mengharukan.
Pada tahun 2014, ada seorang ustadz mendapat undangan ceramah ke luar kota. Berangkatlah beliau dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta dengan taksi.
Sepanjang perjalanan beliau ngobrol dengan Supir Taksi (ST)
Ustadz : “Ngomong-ngomong, sudah berapa lama menjadi supir taksi pak?” .
ST : “Owh belum lama pak, baru beberapa bulan saja”.
Ustadz: “Ooh begitu, memang sebelumnya kerja di mana?”.
ST : ” Dulu sempat kerja di perusahaan perkapalan di Surabaya pak, kebetulan dulu pernah ambil Teknik Mesin di
ITS, terus perusahaannya bangkrut jadi saya terkena PHK, lama nganggur di Surabaya akhirnya saya putuskan pindah ke Jakarta.
Ustadz : ” Wah, sayang sekali ya, ngomong-ngomong anak sudah berapa? “.
ST : “Alhamdulillah sudah 4 pak, yang besar sebentar lagi lulus SMA “.
Ustadz: ” Oh begitu, kalo boleh tau, narik taksi sehari bersih bisa dapat berapa? “.
ST : ” Ya Alhamdulillah pak, kalo di rata-rata sehari bisa dapet Rp 75.000, kalau sedang rame bisa sampai Rp 150.000, dan nggak tentu jugalah pak “.
Ustadz: ” Oh ya, tapi sebelumnya mohon maaf nih, emang segitu cukup buat anak istri … ? “.
ST : ” Ya insya Allah cukup pak, daripada gak ada sama sekali “.
Ustadz: ” Masyaa Allah, kok bisa cukup ya pak, ini di Jakarta lho … ? “.
ST: ” Ya kalo dihitung-hitung sih nggak cukup pak, tapi sekarang saya merasa lebih tenang pak. Alhamdulillah sekarang kerja bisa sambil ngurus masjid. Alhamdulillah juga saya masih bisa rutin sedekah,10% dari hasil naksi saya infakkan ke masjid “.
Ustadz : ” Ya Allah, jadi uang segitu masih dipotong lagi buat sedekah .. ?”.( tak terasa air matanya menetes haru ).
ST : ” Iya pak, mumpung Allah lagi ngasih kesempatan saya bersedekah, dulu waktu masih jaya boro² saya mau sedekah pak. Makanya habis apa yang saya miliki. Saya bersyukur kali sekarang bisa dekat sama Allah “.
Tak terasa, mobil sudah memasuki portal menuju terminal 1B Soetta, argo menunjukkan 115 ribu lalu dibayar oleh Pak Uyad 150 ribu. Karena rasa haru yang mendalam dari cerita supir taksi tadi, sebelum keluar dari mobil pak Ustadz mengeluarkan lagi uang Rp 2.000.000 dan diberikannya ke bapak supir tersebut.
“Ini buat anak istri di rumah ya, salam buat keluarga “. sambil beranjak keluar dari mobil. Tiba-tiba bapak supir keluar dari mobilnya dan menyusul Ustadz.
“Masyaa Allah pak, ini kebanyakan ” sambil menyodorkan kembali uang tersebut.
“Oh nggak papa, kebetulan saya lagi ada titipan rezeki dari Allah dan saya mau sedekah sama orang yang Ahli Sedekah, senang bertemu dengan bapak. Tolong jangan dikembalikan. Berilah kesempatan Malaikat mencatat sebuah Amal Jariyah buat saya “. jawab Ustadz.
Dengan mata yang berkaca-kaca, pak supir menerima uang tersebut sambil memeluk Ustadz. Mereka berpisah dan suasana haru itupun berlalu. Sebagaimana detik yang lari meninggalkan waktu.
Pada tahun 2016, di suatu malam, Ustadz sedang bersilaturahmi dengan teman-temannya di lobby hotel Jawa Mariot, ketika asik ngobrol, tiba-tiba datang office boy (OB) yang menghampirinya sambil menyerahkan sebuah amplop.
“Apa ini … ? ” tanya Ustadz,
“Tak tau pak, saya disuruh sama bapak yang di luar tadi, itu titipan dari dia pesannya, supaya diserahkan ke bapak “, jawab office boy.
“Bapak yang mana … ? “, tanya Ustadz.
“Wah, saya juga gak kenal pak, orangnya di luar sana pak” jawab office boy.
Melihat kejadian itu, salah satu teman Ustadz yang kebetulan berdinas di kepolisian memberi saran untuk segera membuka amplop tersebut dan ternyata di dalamnya berisi uang US 2000 dollar. Dalam kondisi keheranan dan terkejut, muncul rasa penasaran dan curiga, jangan-jangan uang ini diberikan sebagai jebakan, apalagi zaman sepeti ini dengan kasus maraknya terbunuhnya Brigadir J dan enam syuhada pengawal Habib Rizik di KM 50. Akhirnya Ustadz berlari keluar hotel meninggalkan temannya di lobby.
“Mana bapak yang memberikan amplop ini … ? ” tanyanya kembali ke office boy yang menyerahkan amplop tadi. “Itu pak, bapak itu masih di luar “.
Dengan setengah berlari, Ustadz akhirnya menemukan bapak yang ditunjuk OB tadi.
“Pak, maaf ya, bapak yang ngasih amplop ini … ? Apa maksudnya? bapak siapa … ? ” tanyanya dengan nada agak meninggi karena beliau takut sedang menerima jebakan dari seseorang.
“Iya saya pak, saya memang sudah lama mencari bapak, saya supir taksi yang pernah nganterin bapak dulu ke bandara, masak bapak lupa?”
“Waduh maaf pak, mana saya inget, saya sering naik taksi ” jawab Ustadz penasaran.
“Saya supir taksi yang 2 tahun dulu pernah bapak kasih uang Rp 2.000.000 “.
“Masyaa Allah maaf pak, saya benar-benar nggak ingat “.
“Saya yang pernah mengantar bapak dari Lebak Bulus ke terminal 1B pas bapak mau ke Bangka Belitung “.
Ustadz mulai mengingat kejadian 2 tahun yang lalu.
“Terus terang pak, saat itu saya memang sedang membutuhkan uang sebanyak itu untuk bayar kontrakan yang jatuh tempo. Hari itu juga sama saya harus bayar sekolah anak saya. Dan saya tidak tau lagi kemana harus saya cari uang sebanyak itu. Jadi ketika bapak kasih Rp 2.000.000 itu saya kaget sampe nangis. Saya berterima kasih sekali sama bapak ”
“Masyaa Allah pak, maafkan saya, saya baru ingat, Lagian itu kejadian 2 tahun yang lalu. Terus ini kenapa kok bapak ngasih sebanyak ini …? “.
“Saya cuma ingin berterima kasih saja sama bapak, Alhamdulillah pak sekarang saya sudah bekerja di perusahaan konsultan teknik untuk proyek-proyek”.
“Masyaa Allah pak, ya sudah pak saya terima tapi ini kebanyakan ” sambil bermaksud menyerahkan amplop itu kembali, namun ditolak …
“Ma’af pak, tolong diterima pak, jangan dikembalikan, berilah kesempatan Malaikat mencatat sebuah Amal Jariyah buat saya “.
Pelukan dan air mata mengiringi haru pertemuan kembali dua hamba yang saling mencintai karena Allah. Inilah kisah nyata yang penulis sadur dari salah satu group WhatsApp. Mudah-mudahan saduran kisah bisa menginspirasi untuk menggapai syafaat sahabat.
Kita sebagai manusia tentu banyak kekurangan, jauh dari sempurna. Ketika ada orang yang menyukai kita kembalikan pujian itu kepada Allah. Ketika ada orang yang tidak menyukai kita, kembalikan kepada hak orang tersebut, tugas kita mengintroseksi diri mengapa orang tidak menyukai kita. Dipuji takkan terbang, dihina takkan tumbang. Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarieb. (*)
Penulis adalah Ketua PD Muhammadiyah Kota Tegal