Site icon TAJDID.ID

Puisi~puisi Anggalih Bayu Muh Kamim (3)

Anggalih Bayu Muh Kamim

Congkak Terjebak

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

 

Dulu bawa pentungan, kini raup keuntungan
ahahahahahaha hidupnya semakin di atas awan
Dahulu diam dalam perenungan, sekarang punya perlindungan
bahahahahahaha tukang pentung jadi juragan

sering main dadu, suka beradu cuan
jarang mau tahu, asal tercapai segala keinginan
anak-anaknya yang gundul nurut pada juragan
anak-anaknya memakai loreng-loreng pada pakaian

Juragan baru punya gawe, anak-anaknya asal nurut
Si agan agak rese, minta pentung siapa yang buka mulut
Urusan diri dibilang bagian institusi
Usaha pribadi tiada boleh diurusi

Warta dibuka, telinga dijembreng
Rahasia diterka, keberanian digembleng
Hayo…… Lo…. siapa yang main kelereng
Bejo……. To….. kok kawula gak berani menempeleng

 

 

Sampul Tertutup

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

 

Orang gundul menenteng senapan,
badan kerempeng mau perang-perangan
Yang awam juga diajak dalam permainan,
mereka asal ikut tiada tahu urusan

Orang gundul jadi komandan,
yang awam tak mau patuh pada arahan
Orang gundul bangun pasukan,
yang awam tak berani melawan

Orang gundul petantang-petenteng, berasa jadi centeng
Yang awam kicep sudah, mau tak mau nurut menyembah
Orang gundul bikin hajatan, yang awam diminta harus ikutan
Orang gundul merasa merakyat, yang awam diam takut kualat

Yang awam dilibatkan, orang gundul tak mau dipisahkan
Yang awam bagian pertahanan, orang gundul punya tujuan

Kawula bikin perbincangan, dikira ingin buat kerusakan
Orang gundul monopoli perjuangan, merasa koloninya pahlawan

Pokoknya……. Intinya………. Yang awam mesti patuh
Maunya……… Inginnya…….. Yang awam tak boleh rusuh

 

 

Jangan Asal Senggal-Senggol

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

 

Keluar dari barak, bawa gerombolan
Selalu siap grak, bela kawanan
Satu……… Dua……… Tiga…….
Itu dia mau menyerbu koloni lain

Aduh brak, asal buat serangan
Hati tergerak, tunjukan perhatian
Satu………. Dua……….. Tiga……..
Mau mereka membalas kepedihan

Tak terima setelah dengar kabar burung
Dilema tapi mau bagaimana sudah mendengung
Tersebar berita kawannya sudah disepak
Berdebar warta kroninya terdepak

Satu……….. Dua……… Tiga………
Tunggu mbok ya tanya dulu jangan asal sengat
Satu……….. Dua……… Tiga……….
Entu kan nyatanya si dia yang tak mau taubat

Kroni salah dibela
Kroni berulah dicinta
Buyar……. Satu….. Dua…… Tiga……..

 

 

Pintar-Pintaran

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

 

Sawit dikira rimbunan hutan,
sakit nampaknya penuh kekalutan
Sawit dibilang rimbunan hutan,
duit-duit biaya perang-perangan

Pusing bingung ingin dirundung……
Bimbang mengambang sabar dibendung…..

Sawit dikira rimbunan hutan,
nyelekit itu punya omongan
Sawit dibilang rimbunan hutan,
merakit pertahanan mereka punya pasukan

Biar ambyar sudah sekalian…….
Buyar bubar demi latihan………

Sawit dikira rimbunan hutan
Sawit dibilang rimbunan hutan
Sedikit bermain punya perkataan

 

 

Akal-Akalan

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

Bikin momok, katanye ada memedi
Kata menohok, dibuatnye bermain sendiri
Hati-hati jangan memperolok, nanti kamu dikuliti

Eh…… itu……. bangkit……. awas……
Tiada boleh hantu merongrong keberadaan negeri
Eh……. Itu……. bangkit……. awas…….
Bilangnya ada lelembut bakal bikin rusuh lagi

Bikin pengumuman,
semua diminta waspada adanya memedi
Buat perhatian,
semua diharap pada unjuk gigi

Eh……. Itu……… bangkit……… awas……
Hantu komunis dikata siap merasuki
Eh……. Itu………. bangkit……… awas…….
Bangsa lelembut kok ya diteriaki

Jin….. Genderuwo….. Kuntilanak….. pada terbahak-bahak
Glundhung pringis…. Banaspati…. Tuyul……. tak berani usul
Yang gundul nakutin memedi
Yang gundul ingin pegang kendali

 

 

Organisasi Tanpa Bentuk

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

 

Melirik pada situasi, menengok tak tahan diri
Melongo pandangnya, meneropong keadaannya
siapa yang osak-asik….
siapa berani mengusik….

Mengawasi pemandangan, mencegah adanya prahara
Mengurusi kegentingan, mencercah peristiwa
siapa yang berulah….
siapa buat masalah….

Badan yang tegap menghalau kacau balau
Kepala yang plontos menerawang pembangkang

Tiada boleh yang berani mencerca
Tiada boleh yang berani mencela

Yang usil bakal ditempeleng, Yang jail bisa digembleng

 

 

Lupa Aturan Main

Karya: Anggalih Bayu Muh Kamim

 

Pasukan kurang asupan, mletre tiada gairah
Pasukan minim pemberian, mutung ogah terima perintah
Bosnya nyentak-nyentak,” Woy…. Woy… harus nurut.”
Bosnya main bentak,”Buseeet….. tak mau taat.”

Prajurit tak boleh sambat, dilarang asal embat
Prajurit jangan kritik, tiada peluang peroleh tambahan setitik
Bosnya ngegas,” Hei….. ayo siap semua.”
Bosnya ganas,” Heh…. jangan ngeyel.”

Pasukan nelangsa, prajurit tak berdaya
Pasukan penurut, prajurit terpaksa takut
Prajurit punya tanya,” Pak, itu anggaran berapa untuk kita?”
Bosnya mencerca,” Hush….. itu rahasia negara.”

 

Biodata

Anggalih Bayu Muh Kamim. Lahir di Sleman pada 14 Juni 1997. Besar dari lingkungan yang sedang mengalami perubahan agraria secara massif membuatnya sering menulis mengenai masalah petani, agraria, lingkungan, ekonomi sumber daya alam dalam berbagai esai, artikel ilmiah, karya tulis ilmiah maupun karya sastra sebagai wujud refleksi atas apa yang terjadi di sekitarnya. Kini sedang menikmati masa-masa menjadi penulis independen

Exit mobile version