Kau… Cukup Bagiku
Karya: Azmi Syahputra
Perjalanan itu dimulai dari dalam diri sendiri,
perjalanan yang memerlukan kesungguhan melewati setapak demi tapak perubahan,
dimulakan dari dalam hati terus merubah wujudmu,
Pandang alam terbentang dengan segala keganjilannya, jadi saksi pencari diri
Peristiwa berlalu beku,karenananya jangan tuntut aku terbuai,
tak mau membangkang,
Usah lagi merusak, jangan lagi merampas hak orang lain,
luput dari lalai, terperdaya, lepaskan cerita hasrat dunia,
yang hanya menunda kekalahan dan membuat tertipu kini jadi penipu kena tipu,
sekali tidak, aku tetaplah aku.
Aku tetap berdiri disini,
perjuangan tak henti melewati tangga kehidupan,
Menikmati hari-hari sederhana, Mensyukuri yang kupunya,
Memperbaiki kekurangan di jiwa, bahwa cuma satu kuingin
dan Kau Cukup bagiku.
23 Ramadhan 1443 H
Yang Benar Belum Tentu Menerima Kebenaran
Oleh: Azmi Syahputra
Melihat dunia ini bekerja,
Ada orang yang punya kebenaran, namun tak baik dalam membungkusnya,
Ada juga yang tak benar,
sengaja dipalsukan, namun begitu baik bungkusannya.
Terkadang yang benar itu,
belum tentu menerima kebenaran,
ada sembilu pedih,
karenanya hindari diri melewati batas.
Suatu pernyataan dikatakan benar, manakala ia tidak mengandung ruang pertentangan dari awal hingga akhir,
tuturannya menyentuh, merenung pikiran, membakar hati,
Mengisi disetiap sudut dan tidak ada manipulasi dalam atasi kebenaran.
Kalau benar pasti akan berpijak pada kebaikan meski itu dipukul angin,
diuji, diwarnai peristiwa tantangan dan ia tetap kokoh menunjukkan
dan membawa kebenaran kebintang dan kebumi Nya.
Kebenaran akan terus hidup… kebenaran tak pernah mati …
Karena kerendahan hati,
kebaikan budi,
kesederhanaan jadi kunci,
panutan mengukir kemenangan.
Hidup yang dibimbing kebenaran, harusnya lebih mudah untuk berlaku baik,
Karena kebenaran itu lebih tinggi daripada kebaikan.
Orang yang menegakkan kebenaran, pasti akan tenang hidupnya di dunia,
sebab bentang indah cakrawala, akan memuliakan orang-orang baik dan orang benar.
5 Tutur Sebelum Kehabisan Umur
Oleh: Azmi Syahputra
Hidup hanya sepintas,
Masih banyak terlihat orang mengelak diri ,
tak dapat dipegang janjinya,
dan keakuan yang belum sudah.
Kecil dan diletakkan disempit pinggiran itu tidak apa,
Tidak cukup sepi,
Tidak cukup pembuangan,
Dimana batas bisa dirasakan.
Telah datang segala petanda,
Manusia hanyalah anak dari beberapa jam,
Sebelum kehabisan umur,
Menuju pemberhentian akhir,
Tujuan yang dimulai bersumber dari hati.
Maka tatap kitab dan asah penamu,
hembuskan, sebarkan kesalehan yang menghujam ke sanubari,
terus dalam kesederhanaan yang kaya akan teladan.
Apa yang dibisikkan senja ini,
akan jadi suara lantang di pagi hari,
Ingat besok lusa akan ada hari,
Menyala pelita abadi pula
Azmi Syahputra adalah seorang akademisi dan praktisi hukum yang juga menggandrungi dunia sastra. Ia adalah penggagas genre “Sastra Hukum” yang produktif menulis puisi-puisi bertemakan hukum. Baru-baru ini, alumni Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Dosen Pidana Fakultas Hukum Universitas Tri Sakti ini sukses menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Antologi Puisi: Sastra Hukum”.