Site icon TAJDID.ID

Puisi~puisi Riska Widiana (3)

Riska Widiana.

Dari Sel Matamu

Karya: Riska Widiana

 

laut itu, memenjarakan tubuhku
permukaan mana?
mana permukaan?
aku menepis riak dalam ombak

bening air menuruni bukit
mana permukaan?
tak kutemukan
sedang arus jatuh hingga bibir

aku dibawa arus
hingga gerimis itu
jatuh di antara dua telapak tangan
mekar menatap langit
“aku ingin pulang dari matamu, lepaskanlah”
aku memohon

Riau, 2021

Belukar

Karya: Riska Widiana

 

meski aku bukan bunga melati putih mekar di halaman
namun, aku tak ingin menjadi mawar pada dadamu
tumbuh dan berakar melilit jantung
lalu, apakah udara bisa bahagia dalam dada

maka biarkan saja tumbuh lapang di ladang
bila kelak harum milikmu
angin akan membawa aroma wangi
pada puncak mekar doa

aku tak ingin menjadi belukar
meski kau tanam dengan seribu tetes air mata
aku takut tak bisa menjadi edelwis
hingga akhirnya hanya menjadi kaktus
pada hatimu yang gembur

 

Riau, 2022

Adakah yang Mampu Menahan Gigil dalam Deras Hujan untuk Berlari Maju?

Karya: Riska Widiana

 

langit kelabu
keraguan melaju
kelopak-kelopak bunga perlahan gugur
membuka kuntum dengan hati-hati
Jatuh setetes hujan
hendak membasahi jantungnya

ia memilih menutup kembali
sebab, bila telah terlanjur kuyup
adakah gigil tanpa dingin?

kendaraan melaju dan aku ragu
apakah yang berangkat pagi
akan kembali pulang petang?
atau memilih bernaung di tempat lebih teduh
menikmati panorama kota, sejenak
jam terbanting di batas senja
waktu berkejaran dan malam menutup jubah hitam
hingga terang hilang, kau kepalang

bila hujan turun
adakah yang tabah melawan hujan, gigil dan dingin?
menuju sepasang mata layu
menanti matahari
juga ragu-ragu menangkup kepastian dalam peluk

adakah yang bisa menembus angin kencang?
meski tubuh berlari dari hujan
adakah sebuah rumah mendekap
sebuah tangan mampu membanting keras keraguan
agar pecah, dan kita berlari maju
adakah?

2022

Romantika Berbunga dan Berdaun Kering

Karya: Riska Widiana

 

di tubuh waktu, cinta berupa bayi di dalam rahim takdir
ia bersemayam di surga
bersatulah cinta dengan dua ikatan perasaan
terlahir dari dua kalbu

meletakkan janji sebagai serbuk sari pada bunga-bunga yang kuntum
saat musim tanah retak, akar tak kuat menopang tubuh
pecahlah bunga yang mekar
menyerahkan warna kepada matahari

janji menjadi biji yang tua terhambur ke tanah
karena kemarau menjamah seluruh yang tertanam, segala yang tumbuh, harus tabah memeluk kematian
segala perasaan pecah seperti Dandalion terhambur diterpa angin
mengikuti arah mata angin, tempat segala musim diterbangkan dan dilenyapkan

ketika kesedihan menjalar di aliran nadi
bersama darah yang hangat, menciptakan nyeri di sepanjang lorong dada hingga ulu hati
berusaha memetik ketabahan dari sudut mana pun
saat romantika berbunga menyulap dirinya menjadi duka berdaun kering

Riau, 2022

 

Riska Widiana, berdomisili di Riau, kabupaten Indragiri hilir. Aktif menulis sejak tahun 2020 hingga sekarang. Kini tergabung ke dalam komunitas menulis yaitu kepul (kelas puisi alit) dan kelas menulis bagi pemula. Alamat facebook Riska widiana dan Instagram riskawidiana97 email tembilahanriska@gmail.com

Exit mobile version