Site icon TAJDID.ID

Puisi~puisi Yanuar Abdillah Setiadi

Yanuar Abdillah Setiadi.

Ilustrasi (net)

Pohon Pisang

Karya: Yanuar Abdillah Setiadi

 

Daun pisang melambai pada kenangan
yang masih kau tanam dalam jantung hatimu.
Pisang juga punya jantung, tapi apa mungkin
ia juga menyimpan kenangan?
Kenangan telah dipangkas bersama buah ranum.
Selepas ditebang, jantung akan rekah lagi.
Berbeda dengan jantung hatimu yang enggan
memetik kenangan yang telah masak, hingga pada
akhirnya jantung hatimu layu.

 

Hatimu gagal mencerna masa lalu dan
masa depan. Pisang yang kau makan
akan memperlancar daya pikirmu
supaya tak sembelit stagnan

 

Purbalingga, Januari 2022

 

 

Ilustrasi (net)

Hujan di Tengah Malam

Karya: Yanuar Abdillah Setiadi

 

Hujan istikamah di malam yang sunyi dan sepi
Tubuh bulan menggigil didekap awan
Genting berdenting melantunkan alarm
di tengah malam menggantikan ayam yang
masih khusyuk dalam tidurnya.

 

Manusia alim mendengarnya sebagai
seruan serupa azan di sepertiga malam.
Manusia lain mendegarnya sebagai
lantunan lagu melow peranti tidur.

 

Hujan menyeka pepohonan
berwudu membersihkan
daun dan dosa yang telah terkulai layu.
Sementara para insan masih membasuh tidur
mereka dengan igauan dan dengkur

 

Ujung ilalang berdesau melantunkan takbir
berjurai sujud memohon agar tuhan
menggugah hati para insan
yang masih diselimuti kekufuran.

 

Purbalingga, Januari 2022

Ilustrasi (net)

Puasa Ramadan, Sebentar Lagi

Karya: Yanuar Abdillah Setiadi

 

Matahari menahan dahaga
saat menjalankan puasa ramadan.
Ia akan berbuka dengan cucuran keringat
para kuli yang susah payah berpuasa
sembari mengais rezeki untuk anak istri.

 

Purbalingga, Januari 2022

Ilustrasi (net)

Ibu

Karya: Yanuar Abdillah Setiadi

 

Membaca lelah dalam setiap
tetes keringat ibu sama saja
dengan menulis sajak dengan
tinta samudera yang tak kunjung habis.

 

Pada punggung ibu ada sajak
yang lebih romantis dari
puisi pujangga pada kekasihnya.
Sajak yang tak sanggup dibaca
siapapun di dunia ini kecuali
Uwais Al Qarni.

 

Senyum sumringah ibu
meneduhkan dunia dari paceklik kasih.
Senyum ibu memancar benderang
dalam buku -habis gelap terbitlah terang- karya
Kartini.

 

Pada mata ibu ada cahaya yang berpendar
Kemilau yang hanya dapat dilihat dari bukit cinta
Kau akan terpana tergoda
Layaknya seorang bocah yang mendengar dongeng
Cinderellah dengan penuh seksama.

 

Purbalingga, Januari 2022

Ilustrasi (net)

Magrib Ayah

Oleh: Yanuar Abdillah Setiadi

 

Azan berkumandang di hati seorang
ayah yang masih menuai padi di sawah
saat senja pamit undur diri.
Ayah mendirikan salat di atas dangau
yang disusun dari tiang iman dan islam.
Zikir ayah menembus kepakan sayap
burung menuju Sidratul Muntaha dan meracau di angkasa.
Menggema merdu menjelma setetes gerimis
yang menemani jalan pulang kerumah dengan
sekantung padi di saku baju yang usang.

 

Purbalingga, Januari 2022

 

 

Yanuar Abdillah Setiadi, lahir di Purbalingga, 01 Januari 2001. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Saifuddin ZuhriPurwokerto. Santri Pondok Pesantren Modern El-Furqon Purwokerto. Karyanya telah tertulis di berbagai media diantaranya; Majalah An-Nuqtoh, Litera.co dan Mbludus.com. Kontributor covid-19 pandemi dunia (2020), lintang 3 (2020), dan di ujung tanjung(2020), Facebook: YanuarAbdillahSetiadi, Instagram: @yanuarabdillahsetiadi

Exit mobile version