Site icon TAJDID.ID

Prof Hasyimsyah Nasution: Pendidikan Muhammadiyah Bagian dari Dakwah

Ketua PW Muhammadiyah Sumut, Prof Dr Hasyimsyah Nasution MA.

TAJDID.ID~Medan ||  Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Utara Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution MA mengingatkan, bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada al-Qur‘an dan as-Sunnah, seperti yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 4 Ayat 1.

Karena itu, kata Prof Hasimsyah, maka pengertian pendidikan dalam Muhammadiyah tidak hanya sebagai learning society atau masyarakat pembelajaran saja tapi juga sebagai lembaga dakwah yang dapat membawa lulusannya menjadi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.

“Artinya, semua program Muhammadiyah dalam rangka mencapai tujuannya, baik yang berbentuk amal usaha, secara langsung maupun tidak langsung, itu adalah gerakan dakwah, termasuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan,” ujar Prof Hasyimsyah saat memberikan bimbingan dalam acara pelantikan Direktur Pascasarjana dan Dekan di lingkungan UMSU yang digelar di Aula Pascasarjana UMSU, Senin (25/10/2021).

Baca Juga: Rektor Prof Agussani Minta Dekan di Lingkungan UMSU Jadi “Petarung”

Menurutnya, penegasan ini penting disampaikan supaya lembaga pendidikan Muhammadiyah, termasuk UMSU, bisa memahami hakikat keberadaannya sebagai bagian dari gerakan dakwah dan bisa menyiasati kecenderungan sekularisi kearah hal-hal yang profan yang terlihat sekarang ini begitu kuat.

“Memang UMSU sudah berbuat dan menghindari hal itu, tapi sebagai Pimpinan Wilayah kami ingin menegaskan UMSU ini juga sebenarnya dipandang oleh Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, walaupun wujudnya lembaga pendidikan, yang tidak sekedar transfer knowledge saja, tetapi juga sesuai dengan sifat dakwah itu membawa orang menumbuhkan suasana kepada yang baik sesuai dengan peraturan-paraturan yang jelas seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, supaya mereka bisa menikmati kebahagian hidup di dunia dan akhirat,” tutut Prof Hasyimsyah.

Kemudian, menyinggung sasaran strategis yang ingin dicapai UMSU ke depan, sebagai panduan Prof Hasyimsyah mengutip Firman Allah dalam al-Qur’an Surat Mujadalah Ayat 11 yang berbunyi: “Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa’illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-‘ilma darajāt, wallāhu bimā ta’malụna khabīr”

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Prof Hasyimsyah menjelaskan, dalam ayat itu, disebutkan ada kata tafassaḥụ fil-majālisi yang artinya berlapang-lapanglah atau bersenang-senanglah dalam majalis.

Tapi menariknya, kata Prof Hasyimsyah, kata-kata itu adalah perintah kepada banyak orang. Jadi kalau majalis itu dalam arti konkrit lembaga pendidikan maka penyelenggaraan pendidikan harus dikerjakan secara kolaboratif.

“Karena itu mari saling mendukung, manajernya tentu para dekan atau diretur. Tapi perlu dingat, selain itu banyak komponen lain sebagai suatu sistem yang saling menguatkan. Bangunlah ukhuwah yang kuat dan semangat kebersamaan, yang didalam bahasa al-Quran disebut bersenang-senanglah dengan amanah dan kerjasama itu, sehingga UMSU ini tidak hanya memberikan hal-hal yang material, tetapi juga hal-hal yang spritual,” sebutnya.

“Itulah kata-kata yang tersirat dalam kata-kata iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi. Lantas jika itu dilaksanakan, maka yafsaḥillāhu lakum, Allah SWT akan memberi kamu kesenangan,” imbuhnya.

Kemudian, lanjut Prof Hasyimsyah, kata yang menarik lagi dari lanjutan ayat tersebut adalah wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ.

Dijelaskannya, kata itu sering diartikan “berdiri”, namun Tafsir at-Thabari menyebutkan makananya sebagai pekerjaan-pekerjaan yang harus dihadapi dengan tegar, semangat yang kuat, profesionalisme pada bidangnya itu harus disegerakan, tidak hanya sekedar berdiri saja, tapi juga tampil dengan tanggungjawab, semangat dan segera menyelesaikannya.

“Karena itu perlu ada perencanaan yang jelas dengan target-target yang ingin dicapai UMSU pada periode empat tahun kedepan untuk memastikan terwujudnya peningkatan,” kata Prof Hasyisyah.

Lebih menarik lagi, kata Prof Hasyim, dalam ayat tersebut disebutkan yarfa’illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-‘ilma darajāt,  bahwa dengan iman dan ilmu orang akan terangkat derajatnya.

“Kata darajat dalam ayat itu adalah jamak. Artinya berapa tinggi derajat kita akan diangkat? Tentunya bukan sesuatu yang given, yang nongol begitu saja, tetapi itu adalah hasil dari usaha kita,” tegasnya.

Kemudian, lanjut Prof Hasyimsyah,  pada akhir ayat itu disebutkan; wallāhu bimā ta’malụna khabīr.

“Maknanya, adalah sebesar yang kamu buatlah yang akan kamu diberi tahu. Apakah perbuatanmu itu betul-betul berorientasi kepad kemajuan. Karena itulah Muhammadiyah selu mendengungkan “Islan yang Berkemajuan” tutup Prof Hasyimsyah. (*)

 

 

Exit mobile version