Site icon TAJDID.ID

Ketua FABB R Khairil Chaniago Tepis Wacana Bahwa Banjir Rob di Belawan karena “Land Subsidence”

Ketua FABB, R Khairil Chaniago.

TAJDID.ID~Medan || Ketua Umum Forum Anak (FABB) R. KhairilChaniago, menolak tegas adanya anggapan atau wacana bahwa banjir rob di Belawan terjadi karena adanya faktor penurunan permukaan tanah atau “Land Subsidence” di wilayah kecamatan Medan Belawan sebelum ada data geologi atau dilakukannya penelitian yang akurat oleh para ahlinya.

Hal tersebut di sampaikan Khairil usai melakukan Zoom Meeting pada acara Fokus Group Discusion (FGD) yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Jumat (17/9/2021).

Khairil menyampaikan bahwa secara ilmu geologi, penyebab dari penurunan permukaan tanah terjadi bila ada 3 hal yaitu : (1) Ada eksploitasi air bawahtanah yang dilakukansecarabesarbesaran; ( 2) Adanya beban permukaan tanah yang berlebih akibat banyaknya bangunan gedung bertingkat; (3) akibat konsolidasi natural atau pemantapan tanah atau ada bagian yang terbentuk dari endapan lingkungan pasir-pasir halus yang mengeras.

“Jadi pertanyaannya adalah, apakah ketiga hal tersebut terjadi di kawasan Belawan.? Apakah sudah ada penelitian yang resmi dilakukan oleh badan geologi kementrian ESDM?,” kata Khairil.

Untuk itu, ia minta agar segenap pihak jangan terburu-buru melemparkan wacana kemasyarakat bahwa banjir rob yang melanda kawasan Belawan adalah akibat terjadinya land subsidence, karena kondisinya belum tentu sama dengan apa yang terjadi di DKI dan Semarang.

“Artinya perlu ada data resmi berapa banyak aktivitas pengeboran air tanah baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun warga masyarakat di Belawan? Dan gedung bertingkat di Belawan yang memiliki beban berat juga cuma ada satu gedung yaitu milik PT.Pelindo I, sedangkan yang lainnya standar saja. Artinya jangan menggiring pikiran masyarakat untuk yakin dan pasrah bahwa banjir rob itu adalah sebuah fenomena alam belaka,” ungkapnya.

Lebih lanjut R. Khairil Chaniago menjelaskan, bahwa ada 2 (dua) faktor yang menyebabkan terjadinya banjir rob di Belawan, yaitu faktor alamiah dan faktor artifisial.

Dijelaskannya, faktor alamiah yang pertama adalah terjadinya pasang surut air laut yang diakibatkan oleh gravitasi bulan dan ini bersifat lumrah dan tidak dapat diintervensi.

Sedangkan yang kedua adalah karena faktor pemanasan global yang menyebabkan mencairnya es di kutub dan menyebabkan bertambahnya volume air laut beberapa centimeter pada setiap tahunnya.

Dan yang ketiga adalah terjadinya pendangkalan alur sungai akibat pengendapan material padat di bagian dasar berupa penumpukan material tanah, pasir atau lumpur.

Sedangkan faktor artifisial, menurut Khairil adalah faktor yang disebabkan oleh sebuah tindakan atau prilaku manusia antara lain seperti deforestasi atau alih fungsi kawasan mangrove, aktivitas reklamasi kawasan bibir pantai, drainase yang buruk serta prilaku manusia yang membuang sampah sembarangan.

Khairil menjelaskan, bahwa kota Belawan itu adalah merupakan zona utama yang saat ini mengalami degradasi tata kelola akibat serbuan banjir rob yang melanda hampir 85 persen wilayah kecamatan, serbuan banjir rob ini terjadi karena wilayah sebaran air pasang yang terletak di zona penyangga (buffer zone), baik di ruang internal (Sicanang dan Bagan Deli) maupun di ruang eksternal (Paluh Kurau dan Sungai Dua – kab. Deli serdang) berubah fungsi menjadi areal pertapakan PLTU, Pertambakan, Perkebunan Kelapa Sawit, depo kontrainer, dan dermaga pelabuhan, yang elevasi benteng atau timbunannya lebih tinggi dari permukaan tanah daratan Belawan, sehingga air pasang laut mengalami kebuntuan (kuldesak) dan akhirnya meluber atau merambah ke wilayah pemukiman masyarakat baik yang ada di kecamatan Medan Belawan, dan sebagian wilayah kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan,

“Itu hukum fisikanya,” kata Khairil.

Lebihlanjut di terangkannya,  bahwa pada prinsipnya Forum Anak Belawan Bersatu (FABB) sangat senang dilibatkan pada kegiatan-kegiatan ilmiah yang bersifat untuk menggali serta penyelesaian masalah terkait bencana berkelanjutan yang dialami masyarakat Belawan.

Tetapi disamping untuk mencarisolusi, kata Khairil, pihaknya juga tetap pada posisi untuk melakukan “kontrolwacana” terhadap hal-hal yang dibahas agar tidak melebar dan akhirnya menjadi ambigu.

“Kami ingin kegiatan FGD yang dilakukan dapat menghasilkan poin-poin positif untuk dijadikan sebagai dasar pijakan bagi pemerintah maupun multi stakeholder lainnya untuk melakukan langkah-langkah sekala perioritas guna memperbaiki situasi yang saat ini terjadi, apa lagi dalam waktu dekat akan dilakukan revisi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan,” tegasnya.

Adapun kegiatan FGD ini berkaitan dengan “Studi Penanganan Banjir Rob di wilayah Medan Utara” yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (USU) yang di dukung oleh PT.Pelindo I, yang dihadiri oleh beberapa narasumber antara lain WakilWalikota Medan, (Aulia Rahman), Anggota DPRD Medan Dapil II (HT.Bahrumsyah. SH MH), SVP Fasilitas PT.Pelindo.I, (Dominggo Pasaribu) BPBD Kota Medan, Balai Wilayah Sungai II Kementrian PUPR, Kepala UPT.PU Kota Medan Wilayah Utara dan Forum Anak Belawan Bersatu (FABB). (*)

Exit mobile version