Site icon TAJDID.ID

Puisi-puisi Ardhi Ridwansyah

Ardhi Ridwansyah.

Ilustrasi. (net)

KEPALA YANG BERAKAR

 

wajah lain ikut bertenggger,
di kepalamu yang berakar,
menebar bunga mawar,
lambang cinta yang akan ditata,
di hati dan sepasang mata.

 

telah tumbuh ia sebagai batang,
sebagai ranting, buah serta dedaunan,
jadi tempat berteduh, merapal doa,
dan sesekali mengaduh.

 

hujan yang begitu jarang,
kemarau lahirkan parau,
dari jiwa tandus nan kering,
berharap air basahi dahaga
berharap cinta rekah,
kembali berakar; di kepalamu!

 

Jakarta, 2021

Ilustrasi. (net)

WAJAH YANG TENGGELAM

 

gagak menggaok kala kupandang,
senja di matamu; pantulkan,
paras selainaku yang menari,
mengejek dan menindas segala,
upaya dengan cinta!

 

kau tak peduli,
segenap langkah kaki,
yang mencetak namamu,
di setiap aspal yang basah,
tak berarti!

 

kau hapus dengan dusta,
kau tuai untuk dia,
untuk dia!
yang kaudekap sampai malam,
hingga wajahku tenggelam

 

Jakarta, 2021

Ilustrasi (net).

SEKADAR JANJI

 

tiap hari makan janii,
sampai kenyang, mual,
berakhir muntah.

 

janji yang takditepati,
pada ujungnya terkapar sebagai tahi.

 

diterpa hujan,
dibelai terik sinar mentari,
sendiri berkawan sepi,
akan lapuk pada waktunya,
bersatu dengan tanah,
tersisa aroma

 

Jakarta, 2021

Ilustrasi. (net)

SEMANGKUK SOP KAMBING

 

kamis kelabu kala itu,
hujan deras mengguyur genting,
sebuah kantin yang riuhdengan,
hilir mudik orang-orang haus dan lapar.

 

kupesan semangkuk sop kambing,
untukmu yang resah selepas mendengar harga,
yang tak seimbang dengan saku kemeja.

 

begitu hangat, begitu nikmat kau santap,
daging dan tulang kambing yang pasrah,
kala dijilat lidahmu, berakhir kerongga mulut,
yang tak tahan untuk lekas melumat segala rasa,
menua memori di kepala tentang cinta manusia.

 

Jakarta, 2021

KESAKSIAN SANG CICAK

cicak itu merayap
di dinding yang dingin,
sebab di luar hujan datang,
begitu deras mengurai sendu.

 

malam janjikan cinta,
di atas ranjang yang menuai kisah,
keringat berhamburan dari dua jiwa,
yang lelah karena mulut terus mendesah.

sedang cicak hanya terpangah,
dia menatap kepingan asmara,
tercecer di lantai yang membisu,
dan waktu seolah mati; tak bisa melerai,
kala sepasang tubuh beranjak menuju puncak,

 

Jakarta, 2021


Ardhi Ridwansyah, kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Tulisan esainya dimuat di islami.co. terminal mojok.co, tatkala.co, nyimpang.com, nusantaranews.co, pucukmera.id, ibtimes.id., dancerano.id. Puisinya “MemoardariTakisung” dimuat di buku antologipuisi “Banjar baru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Puisinya juga dimuat di media seperti kawaca.com, catatanpringadi.com, apajake.id, mbludus.com, kamianakpantai.com, literasi kalbar, ruang telisik, sudutkantin.com, cakradunia.co, marewai, metafor.id, scientia.id, LPM Pendapa, metamorfosa.co, morfobiru.com, Majalah Kuntum, Radar Cirebon, Radar Malang, koran Minggu Pagi, Harian Bhirawa, Dinamika News, Harian SIB dan Harian BMR FOX. Penulis buku antologi puisi tunggal “Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam”. Salah satu penyair terpilih dalam “Sayembara Manuskrip Puisi: Siapakah Jakarta”. E-Mail: ardhir81@gmail.com, Instagram: @ardhigidaw, FB: Ardhi Ridwansyah, Whatsaap: 087819823958. (*)

 

Exit mobile version