Site icon TAJDID.ID

Untung Buntung Dampak Covid-19

Oleh: Roni Jambak


Dari Barat sampai ke Timur jutaan manusia telah merasakan kerugian dampak Covid- 19. Tak perlu jauh – jauh melihat ragam kerugian sampai ke Eropa atau ke Amerika. Salah satu contoh kerugian dari dampak Covid-19 yaitu usaha hiburan (event organizer) yang kini menutup usaha mereka secara permanen terjadi di Kota Medan. Usaha hiburan (event organizer) tak dapat beroperasi karena izin keramaian ditiadakan. Sebelum Covid-19 misalkan, setiap event/pertunjukan konser musik menampung banyak input keuntungan dari berbagai jenis profesi.

Selain itu usaha jasa travel haji dan umroh di Kota Medan, turut juga merasakan kerugian dampak Covid-19. Tak ada keberangkatan haji/umroh selain untuk domestik yaitu untuk warganya dan ekspatriat sebab hingga tahun sekarang Arab Saudi masih menutup kedatangan haji/umroh dari negara lain.

Di luar dari jenis jenis usaha jasa yang telah mengalamai kerugian disebutkan di atas, terdapat jenis usaha yang melejit mendapat banyak keuntungan dampak Covid-19 diantaranya tes Covid-19 (rapid tes antigen dan PCR) khususnya di bandara. Alat rapid test antigen dan PCR yang sekali pakai, menjadi persyaratan utama untuk keberangkatan di bandara demi memastikan calon penumpang bebas Covid-19. Terutama rapid tes antigen yang paling banyak dimanfaatkan mungkin dikarenakan oleh tes antigen lebih murah daripada PCR.

Sungguh mengherankan, kejadian alat rapid test antigen bekas di Bandara Kualanamu yang dilakukan oleh petugas PT Kimia Farma Diagnostik yang merupakan cucu PT Kimia Farma Tbk. Layanan tes Covid-19 itu diduga menggunakan alat bekas daur ulang yang kemudian dimasukkan ke dalam kemasan lagi.

Salah seorang tersangka PC yang menjabat Business Manager Laboratorium Kimia Farma untuk wilayah Medan ditetapkan tersangka oleh polisi. Ternyata PC kini sedang membangun rumah mewah di kampung halamannya di Kelurahan Simpang Periuk Kecamatan Lubuklinggau Selatan II. Menurut informasi dari warga sekitar, pembangunan rumah mewah PC tersebut dimulainya sejak setahun terakhir dan saat ini pembangunannya dihentikan sementara semenjak PC tersandung kasus alat antigen bekas.

Mengapa tidak dengan rumah mewah?. Kalkulator atau alat mesing hitung menjadi panduan demi mengetahui hasil dari pendapatan alat rapid test. Penelusuran dari situs toko online, alat rapid test antigen buatan Kimia Farma seharga Rp 180.000 per buah. Apabila dihitung dengan perkalian jumlah per penumpang keberangkatan Internasional (belum termasuk keberangkatan domestik) di Bandara Kualanamu maka hasil dari penjualan alat rapid tes tanpa mengikutseratakan tes PCR jika mengikuti harga Kimia Farma diperkirakan mencapai Rp 33.785.280.000.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi total penumpang keberangkatan internasional pada periode Januari – Oktober tahun 2020 sebanyak 187.696. Maka total Rp 33.785.280.000 jika dibagi sepuluh (per bulan periode keberangkatan Januari – Oktober) menjadi Rp 3.378.528.000. Mungkin dengan capaian hasil penjualan Kimia Farma tersebut PC dan rekan menjadi gelap mata sehingga mendaur ulang alat rapid tes antigen.

Pasca terungkapnya kasus alat rapid tes antigen daur ulang di Bandara Kualanamu, dengan gerak cepat PT Angkasa Pura II sebagai penyedia jasa layanan bandar udara menambah layanan tes Covid-19 dengan membuka layanan tes covid-19 dengan tes GeNose C19 salah satu alternatif tes Covid-19 selain rapid tes antigen dan PCR.

Tes Covid-19 GeNose lebih murah jika dibandingkan dengan tes antigen dan PCR. Para calon penumpang cukup membayar Rp 40.000 untuk tes Covid-19 GeNose. GeNose yang murah barang tentu akan dicari oleh calon penumpang. Dengan begitu tes covid-19 antigen dan PCR lama kelamaan bisa jadi ditinggalkan. Walaupun hanya GeNose Rp 40.000 per calon penumpang sama dengan memiliki capaian pendapatan rupiah yang sangat tinggi oleh pemasok peralatan tes Covid-19.

Agar adil dan merata agar tak ada yang merasa dirugikan, harapannya dapatkah jenis – jenis peralatan tes Covid-19 menjadi handalan kepada aparat untuk mengizinkan keramaian demi menghidupkan kembali geliat ekonomi. Kepada Arab Saudi dapatkah juga membuka pintu kedatangan haji/umroh. Karena pedomannya ialah siapakah orang – orang bebas Covid-19 atau tidak, karena alat tes Covid-19 tersebutlah yang dapat menseleksinya. (*)

 

Exit mobile version