Oleh : Budi Nurastowo Bintriman
Negeri Zionis Israel kembali mengulang kekejiannya, kebengisannya, dan kebiadabannya. Korban utamanya adalah, lagi-lagi bangsa Arab Palestina, yang dahulunya sudi “menampung” mereka. Entah nilai moral apa dan nilai etika apa yang terinternalisasi begitu mendarah-daging di dalam jiwa raga kaum Yahudi penopang negeri Zionis Israel tersebut?
Ketika mereka terhina-papa atas akibat perangainya sendiri, tak ada satu bangsa pun yang sudi hidup berdampingan dengan mereka. Yang paling eksplisit dan ekstrem mengekspresikan ketidak-sudiannya itu adalah bangsa Aria Jerman yang dipimpin oleh Hitler. Mereka berpendapat, bahwa kaum Yahudi dengan perangainya yang super buruk musti dimusnahkan dari muka bumi.
Maka kita kenal dengan adanya peristiwa holocaust. Dan kemudian, kisah holocaust ini justeru bisa dijadikan “senjata ampuh” bagi kaum Yahudi untuk menipu umat manusia seluruh dunia. Hingga keadaan berbalik, kemudian mereka menjadi pengendali dunia. Itu berlaku sekitar sejak tahun 1940-an hingga detik ini.
Satu bukti saja. Bahwa seluruh presiden USA (Amerika Serikat), ada di bawah kendali loby Yahudi, setelah proklamasi berdirinya negeri Zionis Israel di atas tanah milik bangsa Arab Palestina. Sejak itu, tak pernah ada kebijakan-kebijakan negara Amerika Serikat yang merugikan bagi pihak Zionis Israel. Pasti selalu menguntungkan Zionis Israel, dan pasti selalu merugikan bangsa Palestina. Kebijakan pro Zionis Israel tersebut pun kemudian diikuti oleh negara-negara NATO lainnya.
Bangsa-bangsa Arab atau negeri-negeri di Timur-Tengah dengan sikap terpecah, ragu-ragu, takut, munafik, dan wahn, akhirnya mau tak mau juga turut masuk ke dalam irama permainan yang ditabuh oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Makanya bangsa Arab Palestina bisa dibilang berjuang sendirian.
Itu terbukti dengan begitu leluasanya Zionis Israel bisa berbuat apa saja kepada bangsa Palestina secara telanjang tanpa tedeng aling-aling. Negeri Zionis Israel begitu entengnya bisa menabraki resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB. Semua mata dunia bisa menyaksikannya secara live : penggunaan anjing untuk menyerang warga sipil, penggunaan senjata kimia, penggunaan bom cluster kimia, dan siksaan-siksaan keji di luar batas kemanusiaan terhadap kakek-kakek, nenek-nenek, perempuan, anak-anak bocah belasan tahun, bahkan terhadap gadis cilik sekalipun.
Kini ulangan kebengisan, kekejian, dan kebiadaban Zionis Israel telah sampai di puncaknya. Mereka merampas tanah Syekh Jarrah milik warga Palestina. Kemudian menunjukkan kekuatan dan kekuasaan mereka kepada warga Palestina dengan menyerang warga Palestina yang sedang hendak berbuka puasa di Masjidil Aqsha. Maka terkoyaklah kesucian Baitul Maqdis di tangan kaum Yahudi Zionis Israel laknatullah!
Sangat wajar jika kemudian dunia Islam mengecam dan mengutuk Zionis Israel. Tak ketinggalan bangsa Indonesia, kecuali beberapa gelintir manusia dungu berotak cebong. Sedangkan sikap Muhammadiyah kini lebih maju ketimbang sikap-sikap di masa lalu. Kini Muhammadiyah di samping mengecam, mengutuk, memberi bantuan dana, mendesak lembaga-lembaga dunia, tapi juga menyerukan boikot seluruh produk-produk yang berafiliasi kepada Zionis Israel.
Seruan tersebut disampaikan oleh salah satu pimpinan Muhammadiyah di tingkat pusat, Anwar Abbas, yang kemudian viral ke berbagai media sosial. (Baca: Anwar Abbas Ajak Umat Boikot Total Produk yang Berafiliasi dengan Zionis Israel)
Maka seruan itu mustinya memuat makna untuk ditindaklanjuti (konsekuensi logis). Jangan sampai seruan itu hanya akan menjadi pepesan kosong! Jangan sampai Muhammadiyah hanya dianggap sebagai macan ompong! Lantas siapa yang musti menindaklanjuti seruan tersebut? Mari kita bahas bersama-sama.
Pertama, idealnya Pimpinan Pusat sudah punya cetak birunya terhadap rencana aksi pemboikotan produk-produk yang berafiliasi kepada Zionis Israel. Dengan demikian, setelah seruan tersebut diumumkan, langkah berikutnya tinggal mengeluarkan instruksi-instruksi ke bawah. Dan struktur di tingkat bawahnya tinggal menggerakkan struktur di bawahnya hingga ke Ranting-Ranting. Ini musti dengan dideklarasikan ulang di tingkat Pimpinan Pusat.
Ke dua, jika ternyata Pimpinan Pusat kala menyerukannya lebih bersifat sporadis, maka tentu saja cetak biru aksi pemboikotan tak punya atau belum tersusun. Maka jalan keluarnya, Pimpinan Pusat cukup menyerukan agar tiap PWM atau PDM di seluruh Indonesia untuk menyerukan pemboikotan seluruh produk-produk yang berafiliasi ke Zionis Israel kepada warga Muhammadiyah di wilayah atau di daerahnya masing-masing. Ini musti dideklarasikan oleh Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah masing-masing.
Ke tiga, kemudian di tiap tingkatan pimpinan membentuk Satuan Tugas Pemboikotan. Tugasnya secara internal mengeluarkan semua produk-produk yang berafiliasi kepada Zionis Israel dari lembaga-lembaga ekonomi atau bisnis milik Muhammadiyah. Dan tugas lainnya secara eksternal bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang satu fikrah untuk mengedukasi segala seluk-beluk aksi pemboikotan kepada masyarakat pemilik usaha ritel, kepada masyarakat pengecer, dan kepada masyarakat konsumen.
Ke empat, ini musti dibangun sebagai kesadaran teologis yang berkelanjutan, bukan sekedar euforia reaktif musiman belaka. Ini musti dibangun di atas landasan nilai-nilai al-wala’ wal bara’. Hingga akan menjadi gerakan yang mampu menampar atau bahkan menghentikan arogansi musuh-musuh Islam. Karena secara kebetulan, nilai-nilai al-wala’ wal-bara’ ini (pemboikotan) belum pernah ada pihak yang bisa mengejawantahkannya. Fakta berbicara, bahwa seruan-seruan pemboikotan selama ini, berakhir hanya sebagai pepesan kosong. Dan kita umat Islam semuanya jadi kena akibatnya dilabeli sebagai macan ompong yang sekedar suka menggertak-gertak. Apakah Muhammadiyah akan seperti itu juga…???
Ke lima, pernyataan boikot itu musti kita anggap sebagai pertaruhan nama baik Persyarikatan. Muhammadiyah dikenal rapi dan solid koordinasinya. Muhammadiyah mencitrakan diri sebagai ormas Islam yang tercerahkan dan mencerahkan. Muhammadiyah mencitrakan diri sebagai ormas Islam yang berkemajuan dalam bidang yang kaffah. Maka seruan pemboikotan itu musti menjadi teladan ketika telah diserukan oleh Muhammadiyah. Jangan sampai ia hanya bernasib sama dengan pemboikotan-pemboikotan yang diserukan oleh sembarang kelompok di sembarang kesempatan. Jika demikian hal yang terjadi, lantas apa bedanya Persyarikatan ini dengan “kelompok-kelompok euforia” itu?
Ke enam, jika sekiranya Muhammadiyah tak bisa menindaklanjuti seruannya sendiri itu, maka sebaiknya segera cabut saja! Karena semua pasti memuat konsekuensi logis akibat dari seruan itu sudah terpublikasi secara luas. Mohon kepada pimpinan untuk berkenan mencabutnya! Sekali lagi mohon maaf. Karena pemboikotan adalah amalan suci yang pernah dicontohkan sendiri oleh Rasulullah SAW. Dan pesan-pesan suci itu bisa langsung kita temukan di antaranya di Al-Qur’an surat Al-Maidah 51 / 55 / 56, surat Al-Anfal 73, surat Al-Mujadilah 22, dan surat Al-Mumtahanah 1.
Wa-ALLAHU a’lam bishshawwab…[*]
Penulis adalah kader Muhammadiyah, mubaligh akar rumput, ber-NBM : 576.926