Site icon TAJDID.ID

Pandemi Covid-19 Bukan Cuma Soal Vaksin dan Kematian

Ilustrasi. (foto: un news)

Oleh: Irwan Suhanto


Pandemi Covid-19 bukan cuma soal vaksin dan kematian. Ia juga menyisakan problem organik yang fundamental tentang gagalnya negara melindungi hak-hak dasar rakyat banyak dari ancaman kemiskinan dan menurunnya kualitas generasi muda akibat kelaparan dan kekurangan gizi akibat krisis ekonomi.

Kita tidak menyadari bahwa pandemi ini adalah alat memiskinkan dan mengkerdilkan kualitas rakyat yang paling efektif, terutama bila kekuasaan negara tidak siap dan justru oknum penyelenggara negaranya berharap mengeruk keuntungan dari pandemi.

Jika tidak teratasi maka bersiaplah, beberapa tahun kedepan kita benar-benar menjadi bangsa budak, yang miskin melarat dan mengalami penurunan kualitas akibat kekurangan gizi.

Skema penghancuran kualitas SDM bangsa ini menumpang dalam agenda pandemi. Kita digiring pada rasa ketakutan akan kematian akibat pandemi Covid-19, agar kiat abai pada ancaman jangka panjang yang lebih mengerikan dari sekedar kematian.

Ancaman miskin, bodoh dan terbelakang akibat krisis ekonomi berkepanjangan yang diakibatkan tidak cakapnya negara dan skenario jahat terselubung. Kita sudah dimasukkan ke dalam kategori negara yang akan memproduksi budak yang miskin melarat dan bodoh bersama puluhan negara miskin lainnya.

Skenario ini adalah untuk memuluskan jalan berjalannya praktik penjajahan gaya baru yang kembali mempraktikan penghisapan bangsa atas bangsa. Praktik imperialisme baru yang akan dijalankan oleh sekumpulan negara besar hanya akan bisa masuk ke dalam negara yang miskin total dan bodoh.

Pertanyaannya, adakah pihak di dalam negara ini yang bertugas menjadi operator masuknya skenario ini ?

Siapa mereka? Karena ini adalah kerja sistemik.

Soekarno bilang bahwa imperialisme adalah fase terakhir dari kapitalisme, Natsir memprediksi kapitalisme akan bangkrut dan akan mencari bentuk terbarunya sendiri.

Anthony Giddens mengatakan bahwa liberalisme adalah mesin penggerak kapitalisme baru yang akan melahirkan perbudakan modern. (*)


Artikel ini dikonversi dari utas di akun twitter @satoedoeasatoe

Exit mobile version