• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Jumat, Juni 20, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Harapan kepada KAMI, Jangan Ulangi Sejarah Kesalahan “Gerakan Sosial” di Indonesia

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2020/08/19
in Nasional
0
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

TAJDID.ID-Medan || Pengamat sosial-politik Shohibul Anshor Siregar menilai ada persoalan klasik dalam tradisi gerakan sosial (social movement) dalam babakan sejarah di Indonesia yang sangat perlu diantisipasi.

“Perhatikan dengan cermat, setiap gerakan besar yang mengguncangkan itu selalu saja berakhir dengan ketidaktuntasan. Kemudian peristiwa perubahan besar yang diciptakan ternyata tak mampu menghadirkan perbaikan yang signifikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sesudahnya,” .ujar Shohibul saat menyampaikan orasi kebangsaan pada acara Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Sumatera Utara di Hotel Madani Medan, Selasa (18/8/2020).

Malah, kata Shohibul, tidak jarang orang-orang yang dulu berada di depan gerakan penuntutan perubahan, sesuai perjalanan waktu, akhirnya bermetamorfosis menjadi musuh bagi cita-cita gerakan.

“Ini jadi pertanyaan bagi kita semua. Selalu ada pengulangan gerakan sosial yang menginterupsi dan mengkoreksi sebuah era atau orde kekuasan di negeri ini. Tapi nyatanya kemudian perubahan sejati yang diimpikan tak pernah terwujud,” kata Dosen FISIP UMSU ini.

Shohibul membeberkan, sejarah mencatat bagaimana dahsyatnya gerakan sosial Tritura 1966 yang menjungkalkan rezim Orla, Malari 1974 dan Reformasi 1998 yang sukses melengserkan penguasa Orba Soeharto. Tapi, kata Shohibul, adalah fakta yang tak bisa dipungkiri, bahwa setiap periode gerakan sosial besar itu kemudian terbukti tak konsisiten mewariskan kondisi yang lebih baik bagi bangsa dan negara.

“Persoalan ini harus kita cari jawabannya, koq bisa begini? Jika tidak, bukan tidak mungkin gerakan sosial KAMI yang dideklarasikan hari ini juga akan bernasib sama dengan yang sebelum-sebelumnya,” sebut Shohibul.

Mengutip pendapat Sri Bintang Pamungkas dalam bukunya “Ganti Rezim Ganti Sistem” (2014), Shohibul mensinyalir ada 4 hal utama penyebabnya dan yang ternyata ke 4 hal itu jugalah yang membuat Indonesia sulit untuk maju.

Pertama, terlalu lama dijajah bangsa asing. Kedua, pengaruh atau dikte bangsa dan lembaga asing; Ketiga, penjajahan oleh bangsa sendiri; dan keempat, etnis minoritas yang mendominasi ekonomi dan politik.

Menurut Shohibul, semua itu hanya dapat diselesaikan dengan jawaban strategis menyangkut sistem.

“Artinya rezim selalu saja bisa berganti, namun sistem lama tak menjanjikan perubahan apa pun selain mememoles-moles ornamen politik dan kekuasaan belaka yang tetap tunduk pada 4 determinan yang saya sebutkan di atas (faktor sejarah penjajahan, dikte bangsa dan lembaga asing, penjajahan oleh bangsa sendiri dan dominasi minoritas dalam ekonomi dan politik),” jelasnya.

Jika dikaitkan dengan urusan utama negara dan pemerintahan, lanjut Shohibul, maka keempat masalah itu hanya dapat diselesaikan dengan 4 strategi konsolidasi kebangsaan yang langsung menyasar perubahan sistem:

Pertama, memperteguh identitas bangsa. Siapa kita. Apakah kita punya sejarah dan bagaimana masa depan dalam konsepsi kita?

Kedua, pendayagunaan alat-alat kekuasaan yang sah. Ketiga, model dan proses legitimasi. Dan keempat, sumberdaya dan distribusi.

Jika ditilik, kata Shohibul, ternyata jawaban itu tersedia di dalam konstitusi kita khususnya Pembukaan UUD 1945: Pertama, doktrin kemerdekaan sebagai hak penuh anak bangsa harus ditegakkan, dan penjajahan dalam segala bentuknya (lama dan bari) dipermukaan bumi harus dihapus karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; Memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menertibkan dunia.

“Dari sini kita menilai perlu disusun konsep besar termasuk dalam hal makro ekonomi dan pembangunan berbasis konstitusi. Kita perlu kemandirian politik, ekonomi dan budaya untuk melaksanakan konstitusi. Mungkin, kinilah saatnya memikirkan pelaksanaan jaminan pekerjaan, gratiskan pendidikan untuk semua level dan jaminan kesehatan tanpa iuran,” ujarnya.

Hal lain menurut Shohibul yang tak kalah pentingnya harus memikirkan ulang sistem demokrasi dan politik kita. Dikatakannya, bahwa setelah 4 kali amandemen UUD 1945 Indonesia malah menjadi setara komoditi belaka di dalam sistem neoliberalisasi. Akibatnya sangat dahsyat, bahkan negara atau pemerintah terlihat asyik berdagang dengan rakyat sendiri untuk sektor pendidikan dan kesehatan.

“Padahal seyogyanya rakyat diproteksi dengan baik untuk urusan itu dan jangan ada motif economic return dalam investasi human capital,” tegasnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan soal legitimasi. Shohibul mengatakan, selama ini rutin ada pemilu, tetapi justru dijadikan sebagai sarana legitimasi bagi tampilnya figur-figur yang tak memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat. Itu yang menyebabkan rakyat terbelah.

“Saya meneruh harapan gerakan koreksional KAMI tidak akan mengulangi semua kesalahan dalam gerakan sosial di Indonesia. Bangsa ini tidak boleh jatuh tersungkur berkali-kali di lubang yang sama,” tutupnya (*)

Tags: gerakan sosialKAMIKoalisi Aksi Menyelamatkan Indonesiashohibul anshor siregarsocial movement
Previous Post

Unggah Poster dan Cuitan Bernada Provokasi, Din Syamsuddin Pastikan Akun Twitternya Dibajak

Next Post

Menyoal Pemberantasan Korupsi

Related Posts

Masukan untuk Presiden: Keempat Pulau itu Milik Aceh

Masukan untuk Presiden: Keempat Pulau itu Milik Aceh

15 Juni 2025
147
Pertumbuhan Melambat: Pemerintah Harus Evaluasi Diri

Pertumbuhan Melambat: Pemerintah Harus Evaluasi Diri

10 Juni 2025
115
Raja Ampat Terpenjara dalam Logika Makroekonomi yang Merusak

Raja Ampat Terpenjara dalam Logika Makroekonomi yang Merusak

10 Juni 2025
143
Apa Akar Masalah Tawuran Berulang Seolah Punya Penjadwalan di Belawan?

Apa Akar Masalah Tawuran Berulang Seolah Punya Penjadwalan di Belawan?

6 Mei 2025
141
Piagam Madinah Bukan “Konsensus”

Piagam Madinah Bukan “Konsensus”

7 Januari 2025
146
Presidential Threshold

Presidential Threshold

3 Januari 2025
185
Next Post
Menyoal Pemberantasan Korupsi

Menyoal Pemberantasan Korupsi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In