Dari bagian pertama dan kedua artikel telah di upload kedua orang kontestan Calon Walikota Medan Akhyar Nasution dan Bobby Nasution tak bisa diurungkan untuk ditulis. Tak ada halangan, nama kedua kontestan tersebut semakin hari semakin ramai diperbincangkan. Berbeda dengan nama nama kontestan yang pernah dituliskan sebelumnya terurai kemudian tereliminasi sebagai kontestan.
Misalkan, calon kontestan yang pernah populer Ikhwan Ritonga berkat ketokohan/kedekatannya dengan ulama dan ibu ibu pengajian. Banyak yang menaruh harapan kepada beliau, namun Partai Gerindra telah menyatakan dukungannya kepada Bobby.
Dalam artikel bagian kedua, kepopuleran kontestan tampak dari konsistensi pemberitaan di media massa dan jumlah dari hasil pencarian google Akhyar dan Bobby. Konsistensi pemberitaan di media massa dan hasil dari pencarian google dapat ditelusuri bahwa kedua kontestan kini sedang dalam masa pencarian pasangan untuk melengkapi sebagai kontestan calon walikota.
Artikel terkait:
- Menakar Popularitas Calon Wali Kota Medan 2020 (Bagian 1)
- Menakar Popularitas Calon Wali Kota Medan 2020 (Bagian 2)
Kepopuleran mereka pun bisa saja redup jika salah memilih pasangan.
Kepopuleran calon pasangan/wakil seorang calon walikota pun juga wajib dipertimbangkan, agar dapat meningkatkan kepopuleran karena kontestan calon walikota masing masing memiliki kekurangan, maka dengan pasangan yang tepat diharapkan mampu menutupi kekurangan tersebut. Maka dari itu, popularitas kontestan tentu tak selalu disimpulkan dari flashback prestasi, tetapi kekurangan yang dimiliki diantara Akhyar dan Bobby dapat juga berimbas kepada popularitas.
Akhyar populer karena jabatannya sebagai Plt Walikota Medan, sementara Bobby populer sebagai sang mantu dari seorang presiden. Kedua kontestan memiliki ketangguhan sebagai publik figur. Kekurangan yang dapat meningkatkan popularitas kedua kontestan ialah, sebelum menjadi Plt Walikota Akhyar pernah memprovokasi wartawan untuk berkelahi membuat beliau terkesan arogan. Sementara itu, Bobby diterpa isu membangun “ dinasti politik “ Presiden Jokowi.
Eskalasi Popularitas Akhyar Nasution
Eskalasi popularitas Akhyar Nasution, dapat dilihat semenjak beliau melabuhkan diri ke partai politik yang ia sendiri orang baru di partai itu. Padahal sosok Akhyar merupakan orang lama di PDI Perjuangan. Akhyar pun disebut pengkhianat setelah bergabung dengan Partai Demokrat. Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat menegaskan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas atas keputusan Akhyar.
Sebelumnya, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Medan, Burhanuddin Sitepu memastikan Akhyar Nasution sudah resmi menjadi kader Partai Demokrat. Akhyar Nasution resmi bergabung menjadi kader saat mendatangi Kantor DPP Partai Demokrat.
Kepopuleran Akhyar kian bertambah setelah PKS ikut mengusungnya. PKS untuk di Kota Medan, menjadi partai yang diperhitungkan karena ketangguhan kadernya dalam kepercayaan mengawal hasil suara pemillihan dari TPS hingga ke KPU. Akhyar tak salah memilih partai, apalagi PKS sudah banyak mengusung kontestan calon kepala daerah hingga berhasil menduduki jabatan kepala daerah.
Eskalasi Popularitas Bobby Nasution
Popularitas Bobby Nasution dapat dijajaki saat pertama sekali bahwa ia adalah menantu dari Presiden Jokowi. Tampaknya Bobby tak ingin popularitasnya terukir hanya sebagai “mantu” dari orang penting nomor satu di republik ini. Berkunjung ke organisasi masyarakat, kepemudaan sampai kepada membentuk simpul simpul relawan di setiap kecamatan mendongkrak popularitasnya di tengah tengah masyarakat sebagai orang yang berempati terhadap persoalan masyarakat. Apalagi Bobby mendapat dukungan dari Aulia Rahman seorang legislator Kota Medan, dengan dukungan Aulia semakin membuat warga percaya bahwa Bobby piawai untuk menanggapi kemauan warga Kota Medan untuk yang lebih baik.
Popularitas Bobby kian menanjak ketika ia disebut mendirikan dinasti politik. Untuk soal ini, Bobby tak sendirian. Pada pilkada Jakarta, anak dari Presiden SBY juga ikut menjadi kontestan. Kemudian anak dari Wakil Presiden Ma’ru Amin tampil sebagai kontestan Calon Wakil Walikota Tangerang. Dari laman Tempo.Co menyebutkan, saat ini ada 117 kepala dan wakil kepala daerah yang berasal dari dinasti politik. Ketua Umum PAN pun berkomentar tentang pencalonan Bobby “apakah ada yang salah dengan itu,“ .
Penutup
Kedua kontestan kini sedang disibukkan mencari pasangan, antara Akhyar dan Bobby sedang dalam keadaan tanjakan popularitas. Saya kira jika ada kontestan calon walikota yang lain, tak ada yang dapat mengimbangi kepopuleran mereka berdua. Akhyar dan Bobby merupak figur yang ditunggu tunggu dalam memimpin Kota Medan.
Pada dasarnya, mereka berdua warga negara Republik Indonesia yang ingin membuat perubahan terukur secara yang baik dan benar demi Kota Medan. Beruntunglah Kota Medan karena tak kekurangan sumber daya manusia yang ikut berkompetisi untuk mengurus lebih dua juta penduduknya. (*)
Penulis adalah Kontributor Koran Cerdas UMSU