Site icon TAJDID.ID

Muhammadiyah Tunda Muktamar, Haedar Nashir: Bukan karena Kehendak Kita, Tetapi karena Situasi Darurat

TAJDID.ID || Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menjawab kegelisahan kader, simpatisan, warga Muhammadiyah akan kepastian pelaksanaan Muktamar.

Seperti diketahui, sebelum masuknya Covid-19 ke Indonesia, Muktamar Muhammadiyah awalnya akan digelar pada 1-5 Juli 2020. Untuk menghindari virus ini, Muktamar pun diundur ke 24-27 Desember 2020. Kini, muktamar tersebut diundur lagi.

“Hal yang ingin kami sampaikan bahwa penundaan Muktamar itu bukan karena kehendak kita, tetapi karena situasi darurat di mana kita tidak bisa menerabasnya. Dan ada satu yang lebih luhur, lebih mulia, di balik keputusan kita itu yaitu melindungi nyawa manusia,” ujar Haedar saat menyampaikan Pidato Iftitah pada Tanwir Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang dilaksanakan secara daring, Ahad (19/7/2020)

Haedar menjelaskan, penundaan pelaksanaan Muktamar ini lantaran Pimpinan Pusat Muhamadiyah mendapatkan rekomendasi yang berasal dari kajian tim MCCC dan kajian para ahli virus serta pakar pandemi.Kajian MCCC yang melibatkan para ahli kedokteran, virus, dan epidemiologi termasuk hasil komunikasi MCCC dengan ahli epidemiologi dari berbagai universitas disimpulkan bahwa sampai bulan Desember 2020 belum dapat dipastikan landai sehingga tidak disarankan melakukan kegiatan Muhammadiyah secara komunal.

“Kita rasakan bahwa pandemi Covid-19 ini bukan hanya telah menjadi musibah atau wabah, tetapi juga telah menjadi pandemi di  berbagai negara. Korban terinfeksi telah banyak, juga korban nyawa sudah ratusan ribu. Di Indonesia juga telah kita saksikan bersama, bahwa pandemi ini adalah nyata, pandemi ini bukan ilusi bahkan pandemi ini virus yang berbahaya yang harus kita cegah penularannya,” tegas Haedar.

Dengan demikian, kata Haedar, alasan utama penundaan Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah adalah karena keadaan pandemi yang secara nyata dapat menyebar begitu cepat. Haedar tidak ingin jika pelaksanaan Mukatamar yang melibatkan penggembira sampai ratusan ribu hingga satu juta orang menjadi ruang penyebaran virus.

“Menjaga jiwa adalah hal yang lebih penting. Ancaman terhadap jiwa manusia ini bagi kita bukanlah sesuatu yang sederhana. Bagi Muhammadiyah, bahkan kegiatan-kegiatan ibadah pun kita ijtihadi untuk ditunaikan di rumah yang dari segi Syariah telah terpenuhi dan menjadi solusi kita agar tidak terjadi penularan yang lebih luas,” ujar Haedar. (*)

Exit mobile version