Michael Lipka And Conrad Hackett dari PEWResearch Center (6 April 2017) mengatakan bahwa Muslim adalah kelompok agama besar yang paling cepat berkembang. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan “halal tourism” ini memang terletak pada aspek populasi ini.
Data pengeluaran pelancong Muslim diperkirakan akan meningkat menjadi US $ 220 miliar pada tahun 2020, dengan jumlah wisatawan Muslim tumbuh menjadi 156 juta dari 121 juta pada 2016. Data itu diperoleh dari Indeks Perjalanan Muslim Global (GTMI) tahun 2017. Memang proyeksi itu dapat berantakan karena pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia.
Baca juga: Bagaimana Pariwisata Halal Membentuk Kembali Industri Parawisata Global?
Sebagai fenomena bisnis yang laju pertumbuhannya sangat pesat, wisata ‘halal’ itu jelas merupakan segmen pasar yang berkembang. Turis Muslim pencari tujuan yang memenuhi standar kebutuhan mereka (dalam hal makanan, pakaian, atau ritual, ini) begitu penting untuk diabaikan oleh pasar dan pemerintahan di dunia.
Thailand misalnya, memang adalah negara dengan penduduk mayoritas Budha, meskipun dengan populasi Muslim yang cukup besar di selatan. Tetapi adalah fakta yang takmungkin dipungkiri bahwa Thailand telah terbukti menjadi tujuan populer bagi umat Islam, terutama dari Indonesia, yang mencari liburan yang terjangkau dan makanan Thailand.
Sedangkan untuk Inggris, pengeluaran Muslim diperkirakan akan meningkat menjadi US $ 4,1 miliar pada tahun 20204.
Paradoks lain ialah bahwa di tengah besarnya kesan-kesan politik bersifat peyoratif terhadap umat Islam secara global, data potensi ekonomi populasi muslim dalam sektor kepariwisataan justru melonjak. Tentu saja tidak oleh faktor tunggal, karena tanpa perbaikan ekonomi di dunia muslim tentu saja aktivitas wisata tidak mungkin melonjak. Data yang dimaksudkan di sini sama sekali tidak termasuk ibadah hajj dan umrah.
Faktor Demografis
Dalam laporan berjudul “Why Muslims are the world’s fastest-growing religious group” disebutkan bahwa sebagian besar fenomena ini adalah karena mereka memiliki tingkat kesuburan tertinggi dan populasi termuda dibanding dengan populasi agama lain.
Akibatnya, populasi Muslim diperkirakan akan meningkat dari 1,6 miliar orang (23% dari populasi dunia pada 2010) menjadi 2,76 miliar orang (30% dari semua orang pada tahun 2050). Pada pertengahan abad, Muslim akan hampir menyamai umat Kristen – kelompok agama dengan ukuran terbesar di dunia.
Alasan utama pertumbuhan Islam pada akhirnya melibatkan demografi sederhana. Awalnya, Muslim memiliki lebih banyak anak daripada anggota dari tujuh kelompok agama besar lainnya yang dianalisis dalam penelitian ini. Wanita Muslim memiliki rata-rata 2,9 anak, secara signifikan di atas kelompok tertinggi berikutnya (Kristen di 2,6) dan rata-rata semua non-Muslim (2,2). Di semua wilayah utama di mana terdapat populasi Muslim yang cukup besar, kesuburan Muslim melebihi kesuburan non-Muslim.
Pertumbuhan populasi Muslim juga terbantu oleh fakta bahwa Muslim memiliki usia rata-rata termuda (24 tahun 2015) dari semua kelompok agama besar, lebih dari tujuh tahun lebih muda daripada usia rata-rata non-Muslim (32).
Sebagian besar Muslim akan segera menjadi titik dalam kehidupan mereka ketika orang-orang mulai memiliki anak. Ini, dikombinasikan dengan tingkat kesuburan yang tinggi, akan mempercepat pertumbuhan populasi Muslim.
Kawasan Persebaran Muslim
Lebih dari sepertiga Muslim terkonsentrasi di Afrika dan Timur Tengah, wilayah yang diproyeksikan mengalami peningkatan populasi terbesar. Tetapi bahkan di dalam daerah-daerah dengan pertumbuhan tinggi – dan juga yang lainnya – umat Muslim diproyeksikan tumbuh lebih cepat daripada anggota kelompok lain.
Sebagai contoh, Muslim di Afrika sub-Sahara, rata-rata, lebih muda dan memiliki kesuburan yang lebih tinggi daripada populasi keseluruhan wilayah tersebut. Bahkan, umat Islam diharapkan tumbuh sebagai persentase dari setiap wilayah kecuali Amerika Latin dan Karibia, di mana relatif sedikit Muslim tinggal.
Dinamika yang sama juga berlaku di banyak negara di mana umat Islam hidup dalam jumlah besar bersama dengan kelompok agama lain. Sebagai contoh, jumlah Muslim India tumbuh pada tingkat yang lebih cepat daripada populasi mayoritas Hindu di negara itu, dan diproyeksikan meningkat dari 14,9% dari populasi India 2015 menjadi 19,4% (atau 333 juta orang) pada tahun 2060. Dan sementara ada jumlah yang sama Muslim dan Kristen di Nigeria pada 2015, Muslim memiliki kesuburan yang lebih tinggi di sana dan diharapkan tumbuh menjadi mayoritas padat populasi Nigeria (60,5%) pada tahun 2060.
Hal Yang Wajib Diwaspadai
Menurut kajian Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) Tahun 2019 top destinasi halal tourism di Indonesia ialah Lombok (NTB), Aceh, Riau dan Kepulauan Riau, DKI Jakarta dan Sumatera Barat. Sedangkan destinasi unggulan ialah Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Malang Raya dan Sulawesi Selatan.
Tentulah posisi itu bersifat dinamis. Tetapi juga harus dilihat dari berbagai budaya dan bahkan faktor politis. Ke depan dorongan ke arah pengembangan memerlukan sosialisasi dan pembenahan infrastruktur serta faktor non fisik lainnya.
Dalam dunia turism ada yang disebut sebagai dampak pariwisata overtourism. Efek pariwisata terhadap lingkungan, perubahan masyarakat tujuan, dan kontribusi ekonominya telah menjadi bagian dari wacana pariwisata. Dalam beberapa tahun terakhir masalah (overtorurism) ini makin seru diperbincangkan. Dampak tidak selalu mudah dikategorikan, memiliki komponen langsung dan tidak langsung. Pariwisata yang juga sering musiman, dan dampaknya hanya menjadi jelas seiring waktu, dengan berbagai efek, dan pada berbagai tahap perkembangan.
Bagaimana masyarakat di daerah destinasi tidak mengalami kekeroposan nilai dan budaya dan bagaimana menyertakan mereka dalam perputaran modal dan investasi sehingga tak menjadi penonton dalam hiruk-pikuk bisnis sangat serius untuk diwaspadai. (*)
Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU