Pada tulisan bagian pertama, disimpulkan bahwa Pilkada Kota Medan tidak diikuti oleh kontestan dari calon perseorangan. Dengan adanya kesimpulan tersebut, maka terdapat beberapa nama kontestan terpopuler Calon Wali Kota Medan yang beredar – dari jalur partai politik yaitu Ketua DPC Partai Gerindra Ikhwan Ritonga, Ketua DPD PKS Salman Alfarisi, Plt Walikota Akhyar Nasution, dan Bobby Nasution.
Baca juga: Menakar Popularitas Calon Wali Kota Medan 2020 (Bagian 1)
Akibat framing media massa terkait dengan berita politik Kota Medan, popularitas kontestan Calon wali kota Medan yang beredar tersebut mengerucut menjadi dua nama yaitu Akhyar Nasution dan Bobby Nasution. Dalam hal ini, Akhyar Nasution paling sering diberitakan oleh media massa menjadi populer karena kunjungannya ke partai partai politik (parpol) – dapat nilai kunjungan itu bermakna bukanlah kunjungan biasa dari seorang Plt wali kota ke kantor parpol yang berdomisili wilayah kerjanya. Alhasil, kunjungan demi kunjungan itu menuai sejumlah sinyalemen dukungan secara lisan oleh petinggi parpol.
Dari Partai Demokrat (PD), Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu Kamhar Lakumani mengatakan PD telah mengeluarkan surat tugas kepada Akhyar sebagai tanda pemberian dukungan (https://news.detik.com/berita/d-5093557/datangi-pks-jelang-pilkada-medan-akhyar-nasution-insyaallah-sejalan). Kamhar juga mengatakan PD tidak bisa mengusung sendiri maka PD telah membangun komunikasi dengan PAN dan PKS untuk berkoalisi. Dilain tempat, Ketua Partai Keadilan Sejahtera Sumut mengatakan menyambut kedatangan Akhyar ke kantor PKS bahwa keputusan akhir tetap kepada DPP (https://news.detik.com/berita/d-5093557/datangi-pks-jelang-pilkada-medan-akhyar-nasution-insyaallah-sejalan/2).
Selain itu Akhyar semakin populer di tengah tengah masyarakat semenjak resmi diangkat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan setelah Dzulmi Eldin ditetapkan menjadi tersangka dan ditahan oleh KPK. Mengajak media massa, ia mengampanyekan membangun kesadaran masyarakat agar tidak lagi menggunakan kemasan air minum sekali pakai, serta tidak membuang sampah sembarangan. Sebelum terkenal menjadi Plt Wali kota Medan.
Akhyar juga dikenal seorang yang gampang “naik darah” – sempat menjadi topik utama dalam pemberitaan, Akhyar menantang seakan memprovokasi untuk melakukan bentrok fisik kepada awak media yang sedang melakukan peliputan Pengadilan Negeri Medan. Walau ia gampang “naik darah“, Akhyar merupakan seorang penggagas/visioner. Gagasan beliau yang banyak berseliwiran di media massa menaruh harapan baik untuk Kota Medan.
Jauh berbeda dari Akhyar, langkah politik Bobby Nasution dari framing media massa tak terkait dengan kunjungannya ke kantor–kantor parpol. Tetapi lebih kepada mencari wakilnya demi melengkapi sarat untuk menjadi kontestan. Dalam Jejak digital, Bobby diberitakan akan berpasangan dengan Aulia Rahman anggota DPR dari Partai Gerindra dari pemilihan Medan Utara.
Bak gayung bersambut, Aulia Rahman pun menyatakan kesiapannya untuk dampingi Bobby (https://www.hetanews.com/article/181071/aulia-rahman-nyatakan-kesiapan-dampingi-bobby-nasution) di rumah Haji Doyong Komplek Deli Raya Platina 1. Bobby sendiri pun hadir dalam kesempatan itu. Dengan kehadiran tersebut, menambah isyarat Bobby dan Rahman semakin solid untuk berpasangan dalam Pilkada Kota Medan Desember 2020 nanti. Rekam jejak digital tentang pencarian Bobby terhadap wakilnya juga di isyaratkan oleh Partai Golkar. Partai Golkar yakin menjatuhkan pilihan mendukung Bobby. Namun, surat keputusan (SK) belum dikeluarkan karena masih mencari pendamping yang tepat (https://mediaindonesia.com/read/detail/328520-golkar-masih-cari-pasangan-bobby-nasution-di-pilwalkot-medan).
Selain kepopuleran dilihat dari rekam jejak media massa, kepopulera calon walikota tertentu juga bisa dirujuk kepada penelitian ataupun survey yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Namun sebelum merujuk kepada hasil survery tak ada salahnya juga membahas ataupun menakar popularitas kedua calon walikota itu karena time is runing out pemilihan sudah dekat. Apalagi Pilkada Kota Medan diprediksi menjadi sorotan nasional. Pasalnya, Bobby Nasution sebagai menantu presiden meramaikan bursa merebut orang nomor satu di itu.
Kepopuleran antara Akhyar dan Bobby dapat dibandingkan dari mesin pencarian google dengan cara mengetik nama kedua kontestan tersebut dan kemudian dapat dilihat berapa kali nama mereka berdua dicari/ketik oleh mesin pencarian google. Sampai saat ini, Akhyar Nasution telah dicari/diketik sebanyak 891.000 hasil. Dan untuk Bobby Nasution telah dicari/diketik sebanyak 1.900.000 hasil. Berarti, nama Bobby jauh lebih populer di mesin pencarian google daripada Akhyar. Bisa disangka bahwa, kepopuleran Bobby dikaitkan rasa penasaran netizen ketika Bobby mempersunting anak dari Presiden Jokowi.
Banyak macam, yang ingin diketahui seseorang ketika orang lain telah menjadi populer. Di jaman revolusi industri 4.0. rasa ingin tahu yang lebih dapat terpuaskan dengan internet. Namun rasa ingin tahu melalui internet/dunia maya tentu tak bisa bertabayyun (mencari sesuatu mencari kejelasan kebenarannya) seperi kita berada di dunia nyata. Ketika di dunia nyata kita dapat langsung bertanya kepada seseorang secarang langsung perihal apabila seseorang tersebut telah mengungkapkan perbuatan/perkataannya.
Teruntuk Akhyar dan Bobby, kepopuleran mereka dapat dinilai berpotensi diingat oleh calon pemilih saat mengungkapkan visi dan misi mereka ketika nanti ditetapkan oleh KPU sebagai Calon Wali Kota Medan. Dengan populer dapat menjadi modal Hb utama kontestan untuk mencapai elektabilias atau tingkat keterpilihan dan ketertarikan pemilih. (*)
Roni Jambak, Kontributor Koran Cerdas UMSU