TAJDID.ID || Ustadz Abdul Somad (UAS) membeberkan kiat merajut ukhuwah antara NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas Islam terbesar di Indonesia. Menurutnya NU-Muhammadiyah hanya bisa disatukan pada satu titik, yakni mukhlisina lahuddin.
Kiat yang cukup elegan itu diungkapkan UAS ketika menjawab pertanyaan Prof Din Syamsuddin MA dalam salah satu sesi tanya-jawab pada pengajian virtual dengan tema ‘Dengan Ukhuwah Mengisi The New Normal Era Secara Bermarwah’ yang digelar oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu yang disiarkan langsung akun Youtube tvMu Channel, Ahad (14/6).
“Bagaimana cara merajut ukhuwah antara NU dan Muhammadiyah,” tanya Din Syamsuddin yang merupakan Ketua Umum PRM Pondok Labu, dan pada pengajian itu ia tampil langsung sebagai pemandu acara.
Dalam penjelasannya, UAS mengutip pokok pikiran Syekh Abdul Halim Mahmud, seorang ulama dan cendkiawan muslim dunia yang pernah menjabat sebagai Grand Syekh Al-Azhar dalam buku Otobiografinya yang berjudul “Muhasibi Hayatı, Eserleri ve Fikirleri”
UAS mengatakan, dalam buku otobiografi yang ditulis sendiri oleh Syekh Abdul Halim Mahmud di atas pesawat saat perjalanan dari Kairo menuju India disebutkan, bahwa dalam sejarah tradisi literatur pemikiran Islam ada tiga kelompok dalam Islam yang sulit untuk disatukan.
Pertama kalangan aqlion (rasionalis). Kedua, kalangan irfanion, kelompok yang mengandalkan intuisi atau ilham. Dan ketiga kalangan nashion atau kelompok tekstualis.
“Sejak awal Islam ketiga kelompok ini sulit disatukan dan sering terjadi clash, bahkan hingga hari ini,” sebutnya.
Tapi, kata UAS, ketiga kelompok ini akan bisa disatukan dengan satu titik, yakni “wama umiru illa liya’budulloha mukhlishina lahuddin” (QS al-Bayyinah Ayat 5-red)
“Kalau sama-sama ikhlas, insya Allah yang ketiganya akan bertemu pada titik muklisina lahuddin,” ujarnya. (*)