MALAM SYAHDU (1)
malam ini
dingin bersenggama dengan sunyi
tanpa desahan dan erangan
cuma bayu malam yang cemburu
resah berseliweran
di bawah guyuran sinar rembulan
amboi, nikmat sungguh kurasa
geliat rindu memacu kalbu
pungut dedaun kata
yang gugur dari pohon
cinta yang pucuknya
sentuh cakrawala jiwa
sedang akarnya terhunjam
jauh ke dalam pekat kelam
malam ini
Bintan, 2009
MALAM SYAHDU (2)
dingin
angin
iringi ingin
menuju hening
berharap bening
lewat sandaran kening
pada lantai eling
saat tersungkur
sujud di hadapanNya
Yang Maha Paling
Bintan, 2010
hening dan dingin
berkelindan
senadungkan simfoni
rindu yang tabu
sementara di sini
dan di sana
dipisahkan oleh ruang
dan waktu
dua keping hati
berjibaku
berjuang tuk bisa
bersinergi
wujudkan presisi
cinta sejati
Bintan, 2011
MALAM SYAHDU (4)
aku tahu ini saatnya hati
minta lebih dimengerti
makanya kubiarkan saja ia telanjang
menari, menyanyi dan berlari
aku berharap ruangruang sunyi
di sini jadi terangsang
bahkan terbakar
dan munculkan kobaran api
puisi
Lubuk Pakam, 2013
MALAM SYAHDU (5)
malam ini
aku ingin sekali
jadi sebulir embun
yang bergayut di ujung sehelai
daun nan hijau
dan tak ingin aku segera menetes
atau hembusan bayu malam
meluruhkanku
ku mau cuma belaian lembut
sinar mentari
yang akan mengusapku
esok pagi
Lubuk Pakam, 2014
MALAM SYAHDU (6)
kukecup kening hening
amboi dinginnya
mendadak jiwaku jadi eling
setelah sekian lama berpaling
kuremas jemari sepi
amboi lembutnya
tiba-tiba qalbuku bersemi
setelah sekian waktu seakan mati
kubelai rambut senyap
amboi halusnya
spontan nuraniku menggeliat
setelah sekian masa terlelap
Allahu Akbar !
akhirnya sampai juga aku di puncak nikmat
di dalam kamar kerinduan ini
jiwaku terkulai lemas
dalam kepasrahan yg paling ikhlas
padaNya
Lubuk Pakam, 2015
MALAM SYAHDU (7)
malam ini
ingin kupungut kembali serpihan
pemikiran dan remah-remah perenungan
yang bercecer dan berserakan
di atas lantai pergulatan hidup
aku ingin tiada yang tersia
dari apa yang tersisa
oh, betapa luka ingin aku sandingkan
dengan cinta di bawah guyuran cahaya
rembulan
:akhirnya kuputuskan saja tuk menulis
sepotong puisi tentang malam
yang melulu menangis
dan air matanya adalah
tetesan bulir embun
Lubuk Pakam, 2016
Maestro Sihaloho adalah nama pena dari M. Risfan Sihaloho (Pemred TAJDID.ID)