Oleh: Shohibul Anshor Siregar
Saya kira saat-saat sekarang ini, kita di Indonesia, tak terkecuali di Sumatera Utara, sangat memerlukan lebih banyak lagi waktu untuk membicarakan secara serius tentang penegakan integritas akademik.
Sukar membantah bahwa saat ini kita mengalami krisis dalam bidang itu. Ukurannya cukup mudah ditemukan. Banyak orang yang merasa insecure saat harus berbicara kebenaran. Bahkan iman yang benar pun terkadang harus disembunyikan untuk sekuritas.
Apa pun taruhannya, integritas itu adalah kehormatan yang berfokus pada tugas, kebanggaan, kekuatan, dan harga diri sebagai lembaga maupun sebagai insan akademik.
Nilai-nilai kejujuran yang menegasikan kecurangan, meniscayakan pemeliharaan dan pemupukan standar akademik, promosi berkelanjutan atas penghargaan berimbang terhadap proses dan substansi yang menjamin tiada jebakan formalisme yang beku nalar di perguruan tinggi.
Nilai-nilai pragmatisme begitu terasa merontokkan misi profetik perguruan tinggi yang menyebabkan banyak yang mengadopsi trend menjadi industri sertifikasi.
Padahal pendidikan itu sintuhan budi pekerti, akalbudi, akhlaqulkarimah dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Saya berharap UIN Sumatera Utara benar-benar berhitung dan menjadikan hal ini sebagai salah satu determinan dalam suksesi kepemimpinannya dalam waktu dekat.
Karena menurut aturan yang berlaku keterpilihan rektor sebetulnya lebih tergantung pada restu Jakarta, maka dengan begitu saya tak segan mengalamatkan pikiran ini kepada Menteri Agama dan Presiden. (*)