Site icon TAJDID.ID

Peran Aisyiyah Sumut di Tengah Pandemi Covid-19

 

 

Oleh: Nur Rahmah Amini, M.Ag, Wakil Ketua PWA Sumatera Utara


 

Kehidupan dunia sebenarnya merupakan ujian dari Allah. Ujian terhadap harta, ujian terhadap anak, ujian terhadap jabatan, ujian terhadap berbagai ciptaan Allah yang ada dimuka bumi ini. Setiap ujian itu bisa menjadi sebuah teguran dari Allah atas kesalahan dosa yang kita kerjakan dan bisa jadi sebagai ujian keimanan yang ada dalam diri ini.

Ditengah wabah covid-19 ini, peran Aisyiyah Sumaera Utara sangat penting agar bisa meningkatkan solidaritas sesama orang lain yang membutuhkan dengan berbagi sembako sebanyak 6.040 jiwa se Sumatera Utara. Dengan kegiatan ini menjadikan sebuah perjuangan Aisyiyah Sumatera Utara untuk meningkatkan kepedulian yang lebih tinggi dalam membantu masyarakata yang tidak mampu.

Aisyiyah Sumatera Utara juga melaksanakan kajian Ramadhan melalui Webinar pada masa Covid-19. Ada beberapa tema yang sangat bermanfaat dan menjadi kajian yang dapat menjadikan diri ini semakin dekat kepada Allah.

Tema yang pertama membahas tentang positive thinking dalam menghadapi Covid-19 menuju ketaqwaan dan berkah ramadhan tinjauan medis, psikologis dan HPT. Kedua, peran orangtua dalam pendampingan anak untuk mewujudkan keluarga sakinah. Ketiga, komitmen kader Aisyiyah dan implementasinya terhadap ideologi Muhammadiyah.

Beberapa materi diatas menjadi kekuatan keimanan dan ketaqwaan kita agar bisa menjadi kader Aisyiyah yang berkemajuan dalam meningkatkan ketaqwaan serta kepedulian.

Berbicara tentang ujian wabah ini, Rasulullah Saw bersabda yang artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bertanya (kepada sahabatnya), ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ Mereka menjawab, ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,.’ Rasulullah SAW merespons, ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ Para sahabat bertanya ‘Mereka itu siapa ya Rasul?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang mati di jalan Allah (bukan karena perang) juga syahid, orang yang tertimpa tha‘un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid,’” (HR. Muslim).

Disamping itu kita melihat saat ini wabah Covid-19 sudah berjalan dua bulan. Wabah virus ini merupakan bentuk ujian hidup manusia bahwa Allah memberikan teguran kepada kita untuk kembali kejalan yang benar, terutama meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Dengan ujian cobaan ini, apakah kita semakin dekat kepada Allah ataukah sebaliknya diri ini semakin jauh.

Sebagai insan yang beriman, dengan ujian ini marilah kita semakin dekat kepada-Nya dan jadikanlah ujian virus ini semakin meningatkatkan diri kepada yang Maha Kuasa.

Namun realita yang terjadi saat ini, dengan ujian tersebut masih banyak manusia yang hidupnya terjerumus kedalam perbuatan dosa dan bahkan ia tidak sadar dengan perbuatan yang dilakukannya. Jika hal ini terjadi dengan diri ini, yakinlah kita termasuk insan yang merugi.

Berdasarkan informasi yang di sampaikan oleh pemerintahan Indonesia, bahwa saat ini yang sudah positif Covid-19 sekitar 2491 Jiwa. Dengan wabah virus tersebut, maka kita harus waspada dan tetap istiqomah dijalan-Nya serta memperbanyak muhasabah diri bahwa saat ini kita sedang di uji oleh Allah.

Dalam ajaran Islam, kita harus memahami bahwa wabah virus merupakan ujian dari Allah, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian atau cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35).

Kemudian penulis menjelaskan, bahwa saat ini kita sebagai kader Aisyiyah harus melakukan beberapa amalan mulia agar terhindar dari Covid-19.

Pertama, berikhtiar menghindarinya dengan memperhatikan hukum kausalitas Sunnatullah. Misalnya, kita harus mencuci tangan ketika akan makan atau minum atau baru datang dari bepergian.

Kedua, kita bertawakkal sepenuhnya kepada Allah setelah berikhtiar. Bahkan kita yakin sepenuhnya atas usaha sungguh-sungguh pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Hal ini sebagaimna firman Allah yang artinya: “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal. Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang bisa menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah hanya kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imran: 59-60).

Ketiga, muhasabah. Setiap manusia tidak luput dari yang namanya perbuatan dosa. Namun yang harus kita lakukan yaitu bagaimana diri ini agar tidak terjerumus kedalam perbuatan dosa. Maka salahsatunya yaitu muhasabah atau intropeksi diri sangat perlu dilakukan. Misalnya tentang ketaqwaan kepada Allah, apakah kita pada hari ini sudah menjadi orang yang benar bertaqwa ataukah sebaliknya menjadi orang yang jauh dari ketaqwaan-Nya.

Keempat, memohon ampunan kepada Allah. Setiap musibah yang terjadi merupakan teguran dari Allah dan harus sabar untuk menghadapinya. Sebagain insan yang baik dan taat kepada Allah haruslah memohon ampunan kepada-Nya agar kita bisa menjadi orang yang sabar dan tabah atas musibah yang terjadi. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Hud: 3).

Penutup
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, kita merasakan bahwa setiap musibah yang terjadi pasti akibat dari pebuatan dosa dan maksiat yang sering dilakukannya. Namun kebanyakan diantara mereka tidak sadar bahwa Allah sangat murka terhadap orang yang berbuat dosa. (*)

Exit mobile version